Janji Arman

8.8K 640 36
                                    

Arman menghela berat. Dia baru saja dihubungi oleh pihak sekolah kalau putra sulungnya membuat ulah. Arman turun dari mobilnya saat dia sampai. Jas dan dasi miliknya masih melakt rapi di badannya. Arman segera menuju ke ruang kepala sekolah dengan bantuan satpam sekolah.

"Permisi," ujar Arman.

Arman masuk dan menemukan putranya berdiri sementara di sofa ada anak perempuan bersama kedua orang tuanya. Arman menghampiri kepala sekolah Albern dan langsung menanyakan masalah disana.

"Begini, pak. Albern katanya sudah melakukan hal yang tidak sepantasnya pada siswi ini," ujar kepala sekolah.

Arman mengerutkan keningnya. Albern dia didik dengan sangat baik. Tidak mungkin rasanya Albern melakukan hal itu. Tapi, dia tidak bisa asal membela Albern juga.

"Albern..." Arman memanggil anak sulungnya itu dengan tegas.

Kepala sekolah, siswi, dan orangtua siswi itu sampai ikut bergenjit sepeeti Albern saat mendengar bagaimana Arman memanggil putra sulungnya itu.

"Daddy mengajarimu untuk tidak berbohong, kamu tahu itu, kan?"

Albern mengangguk dengan kepala yang tertunduk. Sungguh sejak tadi, Albern mengangkat kepalanya. Bahkan saat dia dituding oleh ayah dari siswi di depannya. Tapi, saat mendengar nada suara ayahnya saat memanggilnya, Albern langsung menundukkan kepalanya.

"Apa daddy pernah mengajarimu kalau sedang berbicara harus menatap lawan bicaramu?" Tanya Arman lagi.

Albern mengangguk kecil dan mengangkat kepalanya. Dia menatap Arman dengan raut datar namun, Arman mengetahui putranya takut padanya. Sorot mata anak itu sudah dia hafal di luar kepalanya.

"Apa yang kamu lakukan padanya?"

Albern melirik siswi di belakang badan ayahnya.

"Albern?"

"Aku tidak melakukan apapun," ujar Albern.

"Kamu yakin?"

Albern mengangguk. "Aku saja tidak tahu dia siapa,"

"Kalau begitu, kenapa dia bisa mengatakan hal itu?"

"Aku tidak tahu,"

Albern masih menatap Arman. Arman tahu putranya tidak berbohong. Anak itu memang tidak tahu apa-apa.

"Pak, kalau Albern tidak mengaku, kami bingung harus memberikannya hukuman apa,"

Ucapan kepsek itu membuat Arman mengerutkan keningnya.

"Apa saya yang salah mendengar atau maksud dari ucapan ibu adalah ibu membawa putra saya kesini untuk ibu paksa mengakui apa yang tidak dia lakukan?" Tanya Arman.

Kepala sekolah itu langsung terdiam. Arman menatap kepala sekolah itu dengan tajam. Dia mau marah namun, Albern ada di sebelahnya. Dia tidak mau Albern mencontohnya.

"Apa yang Albern lakukan padanya?" Tanya Arman pada kepala sekolah.

"Dia bilang Albern melecehkannya,"

"Saya bisa menghukum Albern di depan anda semua sekarang juga. Tapi, apa jaminannya kalau putra saya benar-benar salah? Bagaimana kalau setelah saya menghukumnya, hal yang sebenarnya baru terkuak?"

Arman menatap kepsek dan tiga orang di sofa dengan tatapan tajamnya.

"Apa kalian yakin putra saya melakukan hal semacam itu?"

Keempat orang itu terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.

"Kalau bapak membela putra bapak terus dan menyudutkan putri kami, saya akan membawa masalah ini ke jalur hukum!"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang