Welcome To The World

8.7K 624 23
                                    

Arman duduk di kursinya dengan tegang. Usia kandungan istrinya sudah memasuki bulan terakhir. Tinggal menghitung hari dan sang istri akan melahirkan. Arman melirik jam tangannya. Dia menghela kecil saat merasa rapat kali ini berjalan cukup lama. Arman melihat sekretaris barunya sedang menulis rangkuman dari ucapan peserta rapat.

Sekretarisnya adalah titipan dari sang ayah. Gadis itu adalah teman Alesha, adik bungsunya, sewaku sekolah menengah atas dulu. Gadis itu juga yang menjadi incaran adik kembarnya, Arsen. Arman tahu Arsen menyukai gadis ini karena pembawaan gadis ini tenang dan dewasa. Entah karena keadaan atau karena dia anak sulung, yang jelas pemikiran gadis di kursi pertama sebelah kanannya itu sangat dewasa.

"Jadi, bagaimana menurut bapak?" Tanya kepala divisi proyek pada Arman.

"Selesaikan dulu izinnya baru mulai menghitung dana dan mencari bahan," ujar Arman.

Memang, perusahaan keluarga ayahnya ini sedang berencana membangun sebuah apartment. Namun, pembangunan itu masih terkendala izin mendirikan bangunan di tanah tersebut.

"Itu bisa dilakukan sambil kita memulai pembangunan, pak. Kalau kita hanya menunggu saja, saya rasa akan memakan waktu,"

Mata Arman menatap tajam ke arah kepala divisi proyek-nya.

"Anda sudah mengkalkulasi semuanya?"

"Sudah, pak. Seluruh biaya sudah saya kalkulasikan,"

"Bahan-bahannya sudah diurus?"

"Saya sudah mengunjungi beberapa supplier. Hanya tinggal memilih mana yang terbaik,"

"Izin mendirikan bangunan sudah di dapat?"

"I... itu sedang diusahakan, pak,"

Arman semakin menajamkan matanya.

"Sejak awal anda berdiri disana, anda sama sekali tidak membahas masalah izin. Anda seolah lupa kalau sebelum membangun kita harus mendapat izin dari pemerintah. Apa anda pikir, yang akan kita bangun ini adalah apartment dari lego yang bisa anda bongkar dan pasang sesuka anda?"

"Sa-saya pikir..."

"Anda pikir sambil meminta surat sambil membangun, begitu?"

Pria itu mengangguk.

"Anda sangat percaya diri kalau izinnya akan anda dapatkan seperti mengambil hasil ulangan di meja guru?"

"I... itu..."

"Dengar, kalau izin belum sampai di tangan saya, jangan harap pembangunannya bisa dimulai! Kalian masih boleh mendiskusikan bahan dan biaya. Tapi, pembangunan akan dilaksanakan setelah surat izin mendirikan bangunan saya terima di tangan saya,"

"Pak-"

"Apa? Mau membantah?"

Semua peserta rapat diam. Mereka tidak setuju namun takut pada Arman.

"Sekarang coba anda pikirkan! Jika kita melakukan pembangunan sebelum izin kita dapatkan, berapa besar kerugian kita jika tiba-tiba pemerintah tidak memberi izin dan kita sudah membangun seperempat jadi?"

"Ingat-ingat! Jika hal itu terjadi, bukan hanya kerugian materil, kita juga rugi karena nama baik perusahaan Levas tercoreng karena hal ini. Lalu, jika Levas kehilangan kredibilitas, darimana kita mendapatkan pekerjaan? Apa kalian memgharapkan anak perusahaan Luzuar yang lain menyuntikkan dana ke Levas? Jangan bermimpi!"

Arman melihat kepala divisi masih keras kepala. Arman hanya menarik napasnya dalam-dalam.

"Pak Tyo," panggil Arman.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang