Saving Her

8.7K 579 18
                                    

Arman menyesal. Sungguh-sungguh menyesal! Kalau dia tahu Natasha akan berpikiran buntu seperti ini, Arman tidak akan pernah mengatakan hal semacam itu padanya.

"Kau benar-benar brengsek Arman! Sangat brengsek!" Maki Arman pada dirinya sendiri.

Arman mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Natasha berkali-kali sejak dua minggu lalu. Namun, apa daya nomor itu tidak pernah tersambung.

"Permisi, tuan,"

Arman menoleh.

"Dokter meminta saya menjemput anda ke ruang terapi,"

Arman mengangguk. Perawat yang kebetulan adalah pria itu membantu Arman berpindah ke kursi rodanya. Arman bersyukur pada keluarganya. Mereka benar-benar mendatangkan dokter dari Belanda dua hari setelah kabar mengenai Natasha dia terima. Lalu, sehari setelah dokter itu datang, Arman langsung menjalani operasi untuk memulihkan otot, syaraf, dan tulang belakangnya. Kini, sudah hampir dua minggu Arman menjalani terapi dan bisa dikatakan dia banyak mengalami kemajuan.

Arman bisa duduk tanpa terjatuh, sebelah kakinya mulai bisa ditekuk dan mulai merasakan sakit. Arman mengerutkan kening saat melihat Arsen sedang berbincang dengan dokter dari Belanda itu. Seingatnya, Arsen ada jadwal di Penang kemarin.

"Hai, kak. Apa kabar?" Tanya Arsen.

"Lumayan. Kapan kamu kembali?"

"Kemarin malam,"

Arman mengangguk.

"Astaga! Jadi, kalian ini kembar?" Ujar dokter dari Belanda itu dengan bahasa inggris yang lumayan lancar.

Arman dan Arsen tersenyum.

"Iya. Kami kembar. Sebenarnya ada satu lagi, kakak kembar kami,"

"Kakak kembar kalian? Kalian kembar 3?"

Arman dan Arsen mengangguk lagi.

"Nah itu dia datang," ujar Arsen menunjuk ke arah Ardan yang baru datang bersama Maura.

"Ada apa?" Tanya Ardan saat dia sampai.

"Tidak," jawab Arman dan Arsen.

"Serius, ada apa?"

"Dokter Berland menanyakan tentang kita,"

Ardan hanya mengangguk. Dia menyapa dokter itu dengan formal. Maura sendiri sudah mengobrol dengan dokter itu. Karena memang, dokter itu adalah kenalan ayahnya Maura. Harry, kakak Maura pernah ditangani oleh dokter ini.

"Adik anda mengalami kemajuan yang lumayan. Biasanya pasien saya belum bisa menekuk kakinya dalam waktu yang lumayan singkat ini,"

Ketiga anak kembar itu diam saja.

"Apa sebelum operasi dengan saya, ada yang membantu anda?" Tanya dokter itu pada Arman.

Arman mau tidak mau mengingat Natasha. Gadis itu selalu memijat kedua kakinya setiap dia datang selama setengah jam. Terkadang dia juga membantu Arman menekuk kakinya walau tidak bisa tertekuk sempurna. Natasha melakukan itu sejak Arsen mengatakan kaki Arman harus diperlakukan begitu agar otot kakinya tidak kaku.

"Ya," Arman menjawab singkat.

Dokter itu memulai terapinya kali ini. Dia menekuk kaki Arman lebih dalam dari biasanya. Jika biasanya dia menekuk kaki Arman sampai membentuk sudut siku-siku, maka kali ini dia mencoba menekuk kaki Arman sampai membentuk sudut lancip. Menyakitkan. Itu yang Arman rasakan. Tapi, Arman tidak mengeluh. Sedikitpun tidak. Karena dia tahu, ucapannya pada Natasha hari itu rasanya lebih menyakitkan dari apa yang dia rasakan saat ini.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang