Tok! Tok!
Arman melihat tubuh Natasha tersentak sebelum gadis itu membuka kunci pintu mobil Arman. Arman meletakan barang-barang Natasha di bawah kaki gadis itu.
"Are you okey?" Tanya Arman saat melihat Natasha masih nampak shock.
Arman hanya menghela kecil saat Natasha tidak menjawabnya. Dia memilih segera masuk ke dalam mobilnya. Arman bahkan langsung menggenggam tangan Natasha dan mengusapnya dengan lembut. Dia bahkan membawa tangan itu ke bibirnya untuk dia kecup. Perbuatannya membuat Natasha menoleh padanya.
"Kamu takut padaku?" Tanya Arman saat melihat Natasha menatapnya dengan tatapan yang Arman artikan sebagai ketakutan.
Natasha menggeleng kecil. "Tidak," katanya.
"Kamu percaya padaku?"
Natasha diam saja. Dia tidak menjawab sama sekali. Arman hanya melepaskan tangannya dari tangan Natasha. Jujur saat itu, Natasha merasa kehilangan. Dia ingin menahan tangan Arman untuk dia genggam. Akan tetapi, tangan besar itu justru malah menariknya dan mendekapnya.
"Jangan takut lagi! Hal seperti ini tidak akan terjadi lagi, aku janji,"
Natasha tertegun mendengar ucapan itu. Ucapan yang sangat lembut yang mampu membuatnya berdebar. Natasha percaya pada Arman dengan cepat. Dia yakin, berada di dekat Arman akan membuatnya aman. Arman menjalankan mobilnya dan mengantarkan Natasha ke apartment-nya. Dia menunggu Natasha masuk ke dalam gedung apartment itu. Baru saja dia mau beranjak, sebuah pesan dari Natasha masuk ke ponselnya.
"Menunggu? Untuk apa?" Gumam Arman saat melihat isi pesan dari Natasha.
Sepuluh menit menunggu, Natasha menghampiri mobilnya dan mengembalikan jaketnya.
"Kenapa dikembalikan?"
"Tidak enak menyimpan barang orang lain terlalu lama,"
Arman mengangguk saja. Dia menyuruh Natasha masuk dan setelah melihat Natasha masuk, dia baru beranjak pulang.
............
"Asha,"
Arman mengetuk pintu unit apartment Natasha. Tidak ada jawaban. Dia sudah menghubungi ponsel gadis itu dan tidak terangkat sama sekali. Jadilah, Arman terus mengetuk dan memanggil nama Natasha di depan pintu unit apartment itu.
Merasa panggilannya tidak akan terjawab, Arman memutuskan menggunakan cara terakhir. Mendobrak pintu apartment itu. Saat Arman sudah bersiap untuk mendobrak, saat itu pintu di depannya terbuka. Untung saja, Arman bisa mengendalikan badannya dengan cepat atau dia akan terjatuh mencium tanah.
"Kamu kemana saja?" Tanya Arman saat melihat wajah Natasha di depannya.
"Sedang di kamar mandi,"
Arman menghela kecil. Dia melihat wajah Natasha tidak sepucat kemarin malam. Jujur saja, Arman lega.
"Sudah siap?" Tanya Arman.
Natasha mengangguk kecil.
"Ayo berangkat!" Ajak Arman.
Arman tanpa ragu mengambil tangan Kiri Natasha dan dia menggenggam tangan itu. Natasha sampai tertegun dibuatnya. Bukan apa, Natasha terlalu kaget melihat sikap manis Arman. Meski dengan wajah datar dan aura arogan yang kental, perlakuannya justru membuat dia sangat manis di mata Natasha.
"Kenapa?"
"Ha-ah?"
"Kamu kenapa melamun?"
Natasha menggeleng kecil. Dia terlalu malu untuk menatap wajah Arman. Terlebih dia tahu, saat ini Arman tengah menatapnya dengan tatapan tajamnya yang juga melumerkan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+