Pernahkah Arman mengumpat di depan umum? Jika belum, maka kalian harus melihatnya saat ini. Arman berulang kali mengumpat di sepanjang koridor rumah sakit. Sekitar setengah jam yang lalu, adik kembarnya menghubungi dia, mengatakan kakak tertua mereka kembali berbaring di rumah sakit.
Kaki jenjang Arman menyusuri ruangan demi ruangan di rumah sakit itu.
"Ah! Tuan Gio!" Panggilan itu membuat Arman berhenti.
"Apa?" Tanya-nya sedikit ketus.
"Mari, saya antar ke tempat tuan," ujar orang itu.
Arman mengangguk. Dia mengikuti langkah orang di depannya. Sekretaris sekaligus asisten pribadi sang kakak. Kening Arman mengerut saat dia menyadari tidak ada lagi pintu yang berderet rapi. Hanya ada tembok dan tembok.
"Kita kemana?" Tanya Arman.
Kaki orang di depannya berhenti dan orang itu menghadap ke arah kanan. Arman mengalihkan pandangannya ke arah kanan dan matanya terbelalak. Jantungnya berdegub cepat. Tanpa Arman sadari tangannya gemetar dengan sendirinya.
"A-apa yang terjadi padanya?" Tanya Arman lirih.
Arman menarik bagian depan pakaian Jim-sekretaris sang kakak.
"Apa yang terjadi padanya?!"
Arman menyadari telapak tangannya sedikit basah. Arman melihat telapak tangannya dan terkejut. Telapak tangannya penuh dengan warna merah.
"Ini darah siapa?!" Tanya Arman.
"Tuan, sebaiknya anda mengabari ayah anda,"
Arman mau tidak mau setuju dengan perkataan Jim. Dia menghubungi sang ayah dengan cepat.
"Ya?"
"Cepat ke rumah sakit kita, pi"
"Ada apa? Apa kamu sakit?"
"B-bukan... tapi, kakak,"
Arman mendengar suara sesuatu yang terbanting. Lalu, dia mendengar juga suara sang ayah yang menyuruh seseorang pergi. Mungkin ayahnya sedang dalam rapat.
"Tunggu disana. Papi akan segera sampai disana,"
Arman hanya bisa menggumam. Setelahnya dia terus bolak-balik tanpa henti. Kakinya terus bergerak. Tangannya masih gemetar. Arman terus dibayangi saat dimana kakaknya dulu- entahlah, Arman bahkan tidak mau mengingatnya.
"Kak..." panggil Arman lirih.
Lelah bolak-balik tidak jelas di tempat yang sama, Arman memilih menunggu sang ayah di lobi. Arman melihat mobil ayahnya datang dan berhenti di depannya.
"Ardan dimana?" Tanya Alvaro saat dia baru sampai.
Arman hanya menunduk dan menunjukkan jalan menuju ke tempat sang kakak. Arman tahu ayahnya mengekor di belakangnya bersama Alesha. Kaki Arman berjalan menyusuri lorong dan terhenti di depan ruangan dimana sang kakak berada. Arman bergeser dan menyandarkan punggungnya di dinding.
"Arman?" Suara ayahnya yang penuh tanya itu membuat Arman semakin menunduk.
"Ka...kak Ardan ada di dalam, pi," ujar Arman terbata.
Arman tidak berani menatap wajah ayahnya. Dia entah kenapa malah terus mengulang kejadian belasan tahun lalu. Terlebih saat ini sang kakak berada di ruang yang sama. Ruang operasi.
"Ada apa sebenarnya?"
"Arman nggak tahu, pi... Arman hanya tahu Arsen menelpon Arman tadi dan bilang kak Ardan dibawa kesini oleh Jim."
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+