Maaf

8.5K 625 61
                                    

"Istri anda mengalami stress berat, tuan. Boleh saya tanya, sudah berapa hari istri anda mengkonsumsi obat penenang dan berapa banyak dosisnya?"

Pertanyaan itu membuat Arman tercengang. Dia merasa telinganya salah mendengar. Natasha paling anti dengan obat. Bahkan jika dia mengalami kesulitan tidur, dia akan memilih membaca beberapa buku untuk mendatangkan kantuk.

"Anda tidak salah memeriksa, kan?" Tanya Arman.

"Tidak, tuan. Kandungan nyonya mengalami gangguan karena obat penenang yang nyonya konsumsi. Beruntung, janin anda bisa diselamatkan. Saya sarankan nyonya menjalani bedrest sampai dua bulan ke depan. Kandungannya agak melemah karena efek obat penenang,"

Arman meneguk kasar ludahnya. Dia terlalu terkejut dengan kenyataan yang tidak dia tahu. Seketika dia tersadar dan mulai mengingat sudah berapa lama dia tidak bermalam di apartment-nya sendiri?

"Saya permisi tuan," ujar dokter itu. Mungkin sang dokter tahu kalau Arman tidak tahu menahu tentang obat penenang yang dikonsumsi oleh istrinya.

Plak!

Lagi, Arman menerima pukulan kuat dari ayahnya. Arman diam saja. Dia menerimanya. Sejak tertangkap mata oleh ayahnya di restoran tadi, Arman memang sudah berkali-kali mendapat tamparan dari ayahnya. Bahkan ayahnya memakinya dengan banyak umpatan tadi.

"Lihat perbuatamu Arman! Papi tidak pernah mengajarkanmu menjadi pria bajingan seperti ini! Dimana letak kesalahan papi dalam mendidikmu sampai kamu jadi seperti ini?"

Arman hanya diam. Dia membiarkan ayahnya mengamuk. Dia salah. Dia tidak memberi tahu istrinya alasan dia tidak pulang. Dia juga salah karena dia tidak sama sekali mengabari keluarganya. Dia juga salah saat berita itu keluar, dia tidak mengkonfirmasi kebenaran berita itu.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang