He Did It

10.5K 602 51
                                    

Arman duduk dengan wajah tertekuk di kursinya. Dia merasa kesal dan marah pada ayahnya sendiri. Sungguh Arman marah. Sangat teramat marah.

"Gio?"

Panggilan itu dia abaikan. Tak lama segelas minuman berwarna orange dan kental tersaji di depannya. Arman mengangkat kepalanya dan menemukan wajah cantik itu tengah tersenyum padanya. Natasha, dia duduk sebelah Arman.

"Kenapa?"

"Aku kesal pada papi!"

Natasha mengusap punggung tangan Arman dengan lembut.

"Minum dulu. Aku yakin kamu pasti haus,"

Arman menurut. Dia mengambil gelas itu dan meminum isinya. Jus mangga yang sangat dia sukai. Arman menoleh ke arah Natasha dan gadis itu mengusap sudut bibir Arman yang terkena sisa jus mangga.

"Sudah lebih tenang? Kalau belum biar aku ambilkan lagi,"

Arman menghela kecil sebelum dia tersenyum. Ada Natasha di sebelahnya ternyata bisa menghilangkan kekesalannya. Walaupun tidak menghilang sepenuhnya tapi, lumayan.

"Jadi?"

"Papi melepaskan mereka!"

"Pantas kamu marah sekali,"

"Bukan cuma aku. Kakak dan Arsen juga sangat marah,"

Tangan Natasha mengusap punggung tegap Arman dengan perlahan.

"Aku tahu. Kalian melakukan itu karena, kalian menyayangi Alesha. Tapi, om Alvaro pasti punya alasan sendiri untuk tindakannya,"

"Tetap saja," Arman menoleh ke arah Natasha dan amarahnya surut seketika saat melihat mata teduh Natasha menatapnya lekat.

"Sudah, jangan marah lagi! Ini sudah jam makan siang dan kamu pasti belum makan. Aku ambilkan makan siangmu dulu!"

Natasha pergi sebentar keluar. Tak lama dia kembali dengan sebuah tas kecil. Natasha mengeluarkan beberapa tempat makan kecil di dalam tas. Natasha membuka semua kotak makan itu dan berhasil membuat Arman tersenyum senang.

"Kamu seperti anak kecil kalau sedang seperti ini, kamu tahu itu?" Ujar Natasha.

Arman menoleh dengan wajah penuh raut heran.

"Masa?"

Natasha mengangguk.

"Lihat! Ada nasi menempel di pipimu,"

Arman terkekeh. Sudah lama sekali sejak dulu maminya membuatkan dia makan siang. Sejak ada Natasha dia mendapatkan kembali apa yang sempat hilang. Natasha membawakannya makanan kesukaannya, buah kesukaannya, dan camilan kesukaannya.

"Jadi, bagaimana rasanya?"

"Enak tentu saja,"

"Syukurlah kalau kamu suka. Habiskan ya,"

Arman mengangguk. Dia memakan makanan di dalam kotak makan itu dengan lahap. Sebenarnya, makanan yang sedang dia santap hanyalah seporsi nasi putih hangat dengan lauk berupa ayam asam manis dan juga sebuah sosis goreng mentega. Akan tetapi, hal itu berhasil menghangatkan hati Arman.

Arman akan selalu memakan makanan yang dibuatkan Natasha untuknya. Pasti. Dia akan memakannya sampai habis. Natasha sendiri tersenyum senang saat melihat Arman begitu antusias memakan makanan yang dia bawakan. Makanan kesukaan Arman tidaklah sulit. Apapun itu asal berasal dari bahan baku yang berupa paha ayam dan sosis. Dia akan memakannya.

"Aku bisa gendut kalau kamu membawakan aku satu set ini untuk hari-hari ke depan nanti,"

"Maksud kamu, kamu nggak mau aku bawakan makan siang lagi? Ya sudah. Aku tidak akan memasak makan siang lagi mulai besok,"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang