Good Daddy

8K 562 20
                                    

"Dad!"

Panggilan bernada penuh dengan antusiasme itu membuat Arman meletakkan koran yang sedang dia baca. Arman berdiri saat melihat ketiga putranya ada di pintu ruang kerjanya. Arman menghampiri mereka. Dia dengan segera menggantikan posisi Alvian dan memapah Alden duduk di sofa yang ada di ruangannya itu.

"Tumben sekali kalian kesini. Ada apa?" Tanya Arman.

"Kami mau bertanya. Tapi, aku mau minum dulu," ujar Alvian.

Alvian mengambil minuman di kulkas kecil milik ayahnya. Dia segera menandaskan air mineral yang dia ambil hingga setengah. Dia juga membawakan air mineral untuk kakak dan adiknya.

"Kalian mau bertanya apa?" Tanya Arman.

"Daddy sudah baca berita?" Tanya Albern.

Arman melirik Albern yang sedang berdiri di dekat meja kerjanya.

"Berita? Daddy baru saja memegang koran itu. Membacanya saja belum,"

"Yah! Sayang sekali..." ujar Alvian.

"Memangnya ada apa?" Tanya Arman penasaran.

"Itu dad... mereka yang menyebalkan itu..." ujar Alvian.

"Siapa?"

Alden menarik lengan jas Arman. Arman menoleh dan menatap anak bungsunya.

"Kenapa?"

"Daddy yang melakukannya?" Tanya Alden.

Kening Arman berkerut.

"Melakukan apa?" Tanya Arman.

"Membuat teman-teman di sekolahku sengsara,"

"Hah?"

Alvian mendecak.

"Mereka tidak pantas disebut teman. Mereka hanya menghina dan menjelekkanmu terus,"

Arman melihat Alvian dan Alden yang saling menatap dengan sengit. Dia langsung saja menepukkan tangannya.

"Cukup! Tidak ada yang berkelahi hari ini," ujar Arman.

Alvian mendengus begitu pula Alden. Arman hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat kedua anak itu saling membuang muka.

"Jadi, kenapa?" Tanya Arman.

Albern tiba-tiba meletakkan koran dari meja sang ayah ke meja di depan sofa.

"Daddy lihat," ujar Albern.

"Mereka yang masuk dalam pemberitaan hangat pagi ini adalah keluarga dari siswa-siswi yang sering mengejek Alden," ujar Albern lagi.

Arman mengerutkan keningnya kembali.

"Lalu?"

Ketiga anak itu sontak menatap ayah mereka dengan tatapan yang seolah berkata, "serius? Daddy tidak tahu apa-apa?" padanya.

"Kenapa menatap daddy begitu?" Tanya Arman.

"Ah! Kalian mengira daddy yang melakukan itu?" Tanya Arman lagi.

Ketiga anak itu mengangguk. Arman terkekeh.

"Daddy terlalu sibuk untuk melakukan hal itu. Lagi pula, daddy ini pebisnis bukan polisi,"

"Tapi... mereka..." ujar Alden.

Arman mengusap puncak kepala putranya.

"Karena mereka pernah bermasalah denganmu, bukan berarti daddy yang melakukan itu," ujarnya.

Albern masih menatap Arman sebelum akhirnya dia menghela kecil. Berbeda dengan Alvian yang sedang keheranan.

"Kalau bukan daddy lalu siapa?"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang