Entah berapa lama mereka berada diposisi saling memeluk. Yang jelas, Arman benar-benar enggan melepaskan pelukannya. Dia takut saat dia melepaskannya semua akan hilang dan dia kembali pada kenyataan kalau sang istri meminta pisah.
"Arman..."
Arman tidak menyahut. Dia mengeratkan pelukannya.
"Arman... lepas dulu..."
Arman menggeleng.
"Albern menangis. Sepertinya dia sudah bangun,"
Arman langsung menyadari ada suara tangis bayi yang lumayan keras. Dia melepaskan Natasha dengan segera. Membiarkan istrinya itu menghampiri putra mereka. Arman hanya bisa menatap punggung kecil itu berjalan menjauh. Arman mengambil pakaiannya yang terjatuh di lantai karena dia terkejut tadi. Dia segera pergi ke kamar mandi luar dan membersihkan dirinya.
Arman membuat sarapan setelah dia selesai mandi. Setelah itu dia memakan sarapannya dengan cepat. Dia juga menuliskan memo untuk sang istri. Lalu, Arman segera pergi dari apartment-nya.
"Hhh!" Arman menghela berat. Dia berada di dalam mobilnya dan tidak tahu harus kemana. Yang jelas dia tidak bisa berdiam di apartment karena, takut mengganggu sang istri.
Arman melirik laci di mobilnya. Dia membuka laci itu dan mengambil bungkus rokok disana. Akhirnya Arman memilih merokok.
"Kalau Arsen tahu, dia akan meneriaki-ku," gumam Arman sambil menghisap rokoknya.
Arman bukanlah perokok. Masalah di keluarganya membuatnya menjadi perokok. Awalnya karena masalah di keluarganya, Arman pergi ke sebuah restoran, kebetulan disana ada pria yang menawarinya. Dia menolak namun, pria itu mengajaknya berbincang singkat dan mengatakan terkadang rokok bisa membantunya menenangkan otak. Arman akhirnya mencoba dan keterusan seperti sekarang.
Walau tidak setiap hari tapi, pasti akan ada saat dimana Arman menghisap satu atau dua batang rokok. Bahkan Bian dan beberapa pengawalnya pernah memergokinya merokok. Miris bukan?
"Hhh!" Arman lagi-lagi menghela sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
Arman melirik ke samping dan melihat tidak ada ponselnya disana. Dia baru ingat, ponselnya ada di kamar Albern. Arman mematikan rokoknya dan segera keluar. Dia kembali ke unit apartment-nya dan masuk ke kamar Albern saat yakin, istrinya tidak disana.
"Benar-benar tertinggal disini," gumamnya.
Arman segera mengambil ponselnya dan keluar. Saat dia melewati kamar sang istri, saat itu pulang Natasha keluar dari sana. Mereka saling bertatapan cukup lama.
"Habis dari mana?" Tanya Natasha.
"Keluar. Ini juga aku mau keluar lagi," ujar Arman dengan mata yang tidak terfokus pada Natasha.
Natasha tahu Arman menghindarinya. Tapi, ada bau rokok di badan Arman dan itu sedikit mengganggunya. Natasha menarik lengan Arman menuju ke kamar mandi di sekat dapur. Dia mendorong badan Arman untuk masuk ke kamar mandi itu.
"Mandi lagi! Badanmu bau rokok!" Omel Natasha.
Natasha segera beranjak dan masuk ke kamar mereka. Dia membawakan handuk juga pakaian bersih untuk Arman.
"Jangan mencoba kabur lagi!" Teriak Natasha dari dekat pintu kamar.
Lima menit dan Arman sudah mandi serta berganti pakaian dengan pakaian yang Natasha bawakan. Natasha mengajak Arman duduk di kursi lalu, dia mengeringkan rambut Arman dengan handuk di tangannya.
"Tidak mau cerita?" Tanya Natasha membuat Arman yang sejak tadi melamun jadi tersentak.
"C-cerita apa?" Tanya Arman dengan suara agak tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+