“Jung Jaehyun!!... hya!!... kapan kau kembali??”, sebuah rangkulan kuat melingkari tubuh jaehyun hingga rasanya dia tak bisa bernafas. Pelakunya tak lain adalah sahabatnya semasa smp kim doyoung. Dia masih saja cerewet dan tak berlebihan.
“hya!... aku tak bisa bernafas!... bagaimana bisa kau memiliki tenaga sekuat itu dengan tubuh kurus seperti ini??”, heran jaehyun. Do young terkekeh pelan lalu membiarkan sahabatnya itu duduk dengan bebas.
“aku laki-laki tentu saja kuat.. tak peduli sekurus apa tubuhku... hahahha... jadi... kapan kau kembali??”, tanya do young lagi sambil mengenguk birnya dengan tergesa.
“eiyy... minum dengan benar tuan kim... apa kau bayi??.. minum saja sembarangan”, gerutu jaehyun dan do young lagi-lagi hanya terkekeh pelan. “aku sudah 5 hari di seoul, aku mengurus 2 bayi besarku dulu sebelum berkeliaran diluar rumah”, kata jaehyun santai.
“jika semua kakak seperti dirimu , aku yakin anak-anak akan tumbuh dengan baik karena mereka mendapatkan kasih sayang”, do young tahu betapa jaehyun sangat menyayangi adik-adiknya hingga banyak yang mengagumi sosok jaehyun yang penyayang.
“kau masih dalam pelatihan kim??”, do young mengangguk kecil. Do young adalah ahli teknologi dan komputer, jadi dia melamar untuk menjadi detektif bagian syber.
“wae??... melihat tatapanmu aku yakin kau ingin meminta bantuanku”, memang dasar otaknya pintar dia pasti tahu dengan mudah.
“bantu aku menemukan ibuku”,
“mwo??... ibumu??... memangnya ibumu kemana??”, jaehyun hanyalah remaja yang menyimpan dendam ketika dia belum tahu jika ibunya tak bersalah. Jadi selama di sekolah menengah jaehyun hanya mengatakan jung soo yeon sebagai ibunya, dia tak pernah menceritakan ibu kandungnya.
“ibu kandungku... bantu aku mencarinya”, do young menatap jaehyun lebih dalam dan mencoba meresapi apa yang dia dengar.
“ayah dan ibuku bercerai ketika aku berusia 8 tahun... ibu pergi membawa adikku yang belum genap 3 tahun”,
“jadi... bibi jung itu bukan ibu kandungmu??”,
“ya... dia ibu tiriku”,
“lalu mark dan ji sung??”,
“mark tak memiliki hubungan darah denganku, tapi ji sung memiliki darah ayahku”, do young masih terdiam tak percaya. Dia sungguh tak tahu jika jaehyun juga Broken home, dia bahkan tak terlihat seperti itu karena dia selalu menunjukkan bahwa keluarganya adalah keluarga bahagia.
“kenapa tak bertanya pada ayahmu??”,
“ayah tak mau membicarakan ibuku... dia takut aku akan memilih tinggal bersama ibuku seperti 7 tahun yang lalu”,
“baiklah... aku akan membantumu sebisaku... berikan saja informasi terakhir tentang ibumu”, jaehyun mengeluarkan sebuah amplop kecil dan memberikannya pada do young.
“bisa kau cari tak lebih dari 1 minggu??”,
“hmm... jika tak ada halangan aku bisa menemukan ibumu dalam beberapa jam”,
“jinja??... aku akan membelikan apapun yang kau mau tuan kim”,
“berhentilah memanggil margaku jung jaehyun!”, kesal do young. Jaehyun terkekeh pelan, dia sangat suka menjahili do young.
“arraseo... gomapta do young-ah”
***
Byurrrrr.... Jaemin seketika terbangun ketika tubuh dihantam air sedingin es disaat hari mmasih begitu pagi.
“bagun lah bocah pemalas!!” jaemin menggigil kedinginan dan bisa-bisanya bibinya tak peduli sama sekali. Wajahnya bahkan terlihat marah tanpa rasa bersalah. “kau ingin bangun kesiangan??... ini sudah jam 7 pagi, buatkan kami sarapan!!”,
Planggg... jaemin hanya meringis melihat baskom yang digunakan untuk menyiram tubuhnya dibuang begitu saja di kamarnya yang sempit.
“oh my god!”, pekik jaemin karena dia benar-benar akan terlambat jika begini. Jaemin pasti kelelahan sampai dia tak terbangun, biasanya dia bangun jam 6 pagi untuk membersihkan rumah dan membuat sarapan. Dengan tergesa jaemin membuat sarapan seadanya dengan roti dan susu lalu mandi dan pergi kesekolah. Dia tak mau peduli dengan kemarahan bibinya karena hanya makan roti seadanya hari ini.
“hah... aku tak ketinggalan... hah..hah”, jaemin mengambil nafas sebanyak-banyaknya dan tersenyum lega karena bisnya belum datang.
“kita bertemu lagi na jaemin”, jaemin memutar matanya malas, kenapa dia harus berurusan dengan gadis ini lagi. Apa dia benar-benar tak takut menjadi mainan mark jika mark sampai tahu.
“ini pertama kalinya aku naik bis... mobilku rusak dan baru diperbaiki nanti jadi aku harus naik bis dulu”, jaemin menghela nafasnya malas. Dia bahkan tak tertarik untuk tahu jika ini pertama kalinya gadis itu naik bis.
“oh... bisnya datang”, hina buru-buru naik bergiliran dengan beberapa orang yang juga ikut naik sementara jaemin memilih masuk paling terakhir.
Ketika masuk kedalam bis, kondisi bis sedikit ramai dan tempat duduk sudah habis tepat ketika hina masuk. Karena ini pertama kalinya bagi hina, dia hanya berdiri sambil menunggu jaemin masuk.
“apakah kita harus berdiri??”, tanya hina dengan polosnya tapi jaemin tak peduli. Jaemin berdiri membelakangi hina dan berpegang erat pada salah satu pegangan tangan yang menggantung diatas. Hina melihat apa yang jaemin dan beberapa orang lakukan, tapi sebelum dia meraih pegangan itu, bis sudah mulai berjalan. Karena tubuhnya belum siap, tubuh hina terlonjak membentur jaemin yang ada didepannya.
“aghhkk...”, rintih hina karena dahinya membentur tulang bahu jaemin. Jaemin mendesis pelan lalu membalikkan tubuhnya menghadap hina. Tanpa bicara jaemin menuntun tangan hina untuk berpegangan diatas sedangkan tangan hina yang satunya mencengkeram tali tas punggungnya.
“gomawoyo”, ucap hina pelan bahkan meski jaemin masih menunjukkan tatapan datarnya.
***
“hya... mark..mark...mark.... daebak..daebak..daebak”, mark yang kebetulan sedang bersama herin menoleh dengan tatapan malas. Siapa lagi yang akan membuat keributan kalau bukan lucas sang pemilik suara besar.
“wae??”, tanya mark ketus. Lucas hanya terdiam, dia bingung bagaimana harus memberi tahu mark karena herin sedang ada disampingnya.
“mwo ya??... kau ingin bicara atau mematung seperti itu disana??”, lucas gelagapan dan akhirnya memilih memberi tahu mark dengan berbisik di telinganya.
“hina kesekolah bersama dengan jaemin”, mata mark seketika membulat dan kedua tangannya menggepal kuat. Dia tak suka jika ada yang mengusik incarannya.
“kita akan bersenang-senang nanti lucas.. kumpulkan teman-teman”, kata mark dingin.
“siap bos!”, lucas dengan sigap keluar dari kelas dan mulai mencari teman-temannya.
“ada apa mark??”, tanya herin curiga.
“bukan apa-apa sayang... hanya masalah mainan”, jawab mark santai sambil membelai rambut herin. Mark tak pernah benar-benar menyukai herin, jika dia bosan dia akan membuang herin kapan saja dan mencari incaran barunya.
***
Jaemin hanya diam dan memfokuskan diri membaca bukunya saat teman-teman dikelasnya terus berbisik tentang dirinya. Ini sangat menyebalkan karena gadis bernama hina itu mengikutinya setelah turun dari bis. Apa dia ingin terkenal sampai-sampai harus mengikuti jaemin??, apa dia tak tahu jika dia adalah incaran mark??, jika dia tahu pacaran saja dengan mark maka dia akan terkenal.
“hya... kau benar-benar kesekolah dengan hina?... apa hubungan kalian??”, tanya jeno penasaran.
“astaga lee jeno!.. kenapa kau tiba-tiba seperti mereka??.. kami hanya kebetulan naik bis bersama... aku bahkan tak bicara dengannya... astaga... “, kesal jaemin. Yang dia pikirkan adalah, mark pasti akan mencarinya dan jaemin harus bersiap untuk babak belur lagi.
“aku kan hanya bertanya bukan membicarakanmu dibelakang seperti orang-orang... galak sekali”, keluh jeno lalu beralih mengambil buku dari dalam tasnya.
-
Penderitaan jaemin akhirnya dimulai saat jam istirahat, jaemin terlalu lapar hingga dia lupa mark akan membuatnya tak melupakan hadiahnya hari ini.
Planggggg..... , jaemin terjatuh bersama dengan seluruh makanan yang dia bawa.
“oppsss... maaf... aku tak melihatmu na jaemin”, kata mark santai lalu dengan sengaja menendang nampan makanan milik jaemin. Mark dan teman-temannya melewati jaemin yang masih tergeletak dilantai. Mereka tertawa meremehkan, bahkan jungwoo menyiramkan susunya di atas kepala jaemin.
Jaemin hanya diam, dia tak ingin marah hanya karena tingkah kekanakan yang dilakukan mark dan teman-temannya. Jaemin selalu mengatakan dalam hatinya jika tidak apa-apa, suatu saat jaemin akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik meski sekarang dia menderita. Mereka yang memperlakukan jaemin dengan buruk akan menyesal suatu hari nanti.
Jaemin bangun dan mendesah pelan, dia membersihkan kekacauan seolah hal itu bukanlah hal besar. Jaemin membersihkan dirinya di toilet dan memlih ke perpustakaan untuk menenangkan diri. Dia bisa menahan laparnya dengan membaca buku, itu lebih baik.
-
“Berani sekali kau bertingkah dengan mendekati hina... sudah merasa tampan??”, jaemin hanya mendesah pelan karena mark mulai lagi. Jaemin hanya berharap dia bisa ke tempat kerjanya dengan tenang tapi mark sepertinya tak akan membiarkan itu terjadi. Dia tak akan membiarkan jaemin tenang setelah dia berpikir jaemin mendekati hina.
“ceoseonghamnida... aku hanya kebetulan datang satu bis.. aku hanya tahu namanya dan kami tak sedekat yang kau pikirkan sunbae”, jawabku setenang mungkin.
“a.. jinja??...bagus... tapi aku ingatkan kembali... jangan berpikir untuk mendekati hina... karena dia adalah incaranku... kalau kau tak menurutiku... bersiaplah untuk menerima pelajaran”, mark mendorong kasar tubuh jaemin hingga jaemin tersungkur di tanah.
“beri dia pelajaran!”, kata mark dan semua teman-teman mark memberikan tinju dan juga tendangan mereka pada jaemin. Mereka tertawa dan tak peduli dengan wajah kesakitan jaemin. Mereka hanya menganggap jaemin mainan yang tak punya perasaan dan pantas untuk disakiti.
Jaemin tak akan marah atau membalas mereka, sesakit apapun yang harus dia rasakan. Ibunya mengajarkan jaemin untuk menjadi anak yang sabar bahkan di saat dia merasa sudah tak sanggup menahannya lagi.
***
Hari ini jaehyun bermaksud untuk mampir ke sekolah mark, dia ingin melihat bagaimana adiknya itu belajar disekolah. Jaehyun juga ingin menanyakan nilai mark pada wali kelasnya, jika ayah dan ibu tirinya tak peduli tentang nilai mark maka jaehyun tak bisa melakukan itu.
Ketika jaehyun sudah hampir dekat dengan sekolah mark, jaehyun tak sengaja menangkap seseorang anak duduk dipinggir jalan dengan seragam kotor dan juga luka lebam diwaajahnya bahkan masih ada darah yang mengalih dari pelipisnya. Jaehyun memilih untuk menepikan mobilnya dan berniat menghampiri anak itu. Jaehyun sejujurnya paling tak suka dengan pembulian atau bahkan anak-anak yang gemar berkelahi hanya untuk menunjukkan mereka punya kekuatan dan bebas.
“kau baik-baik saja?”, jaehyun menyentuh pundak anak itu dan perlahan anak itu menoleh padanya. Tatapan matanya lemah dan entag kenapa jaehyun merasa hatinya sakit, terlebih anak itu terlihat sangat lemah dan tak berdaya.
“Tolong aku...”, suara lemahnya menyayat hati jaehyun dan anak itu kehilangan kesadarannya.
“hei??... astaga... sadarlah... “, jaehyun terkejut bukan main. Anak itu jatuh pingsan dan tak ada siapapun didekat sana, kecuali kendaraan yang beralalu lalang dijalanan. Jaehyun berusaha bersikap tenang dan memilih menolong anak itu. Jaehyun mengendong tubuh pelajar itu dan membawanya ke dalam mobil. Jaehyun akan membawa anak itu ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
-
Jaehyun terdiam memperhatikan pamannya Jung Siwon memberikan perawatan kepada pelajar yang baru iya ketahui bernama jaemin dari name tag seragamnya. Jaehyun menggendong tas punggung jaemin dan berdiri didekat ranjang pasien.
“dimana kau menemukannya jaehyun??”, tanya sang paman usai mengobati jaemin.
“didekat sekolah mark, dia pasti satu sekolah dengan mark”,
“sepertinya dia korban bullying disekolahnya... dia mendapat banyak luka lebam akibat pukulan..kasihan sekali, anak-anak jaman sekarang masih saja melakukan hal kenakan seperti ini”, si won menggelengkan kepalanya heran.
“samcheon... anak ini... kenapa dia terlihat seperti ibu?”, siwon terdiam. Dia memperhatikan bagaimana cara jaehyun menatap jaemin begitu dalam. Jaehyun memperhatikan setiap inchi wajah jaemin dan berusaha mengingat apakah dia mengenal jaemin.
“iya... tapi jangan berpikir dia adikmu...jangan menyimpulkan hanya karena dia terlihat mirip”, siwon bahkan lebih dekat dengan jaehyun dari pada kakaknya yang merupakan ayah kandung jaehyun.
"Aku tahu... lagi pula, ayah mengatakan padaku jika ibu dan keluarganya pindah dari seoul setelah aku dan adikku kecelakaan... jadi ibu tak mungkin ada di seoul.” Lirih jaehyun. “tapi.... aku sungguh ingin tahu siapa nama adikku.... dia diberi nama Jung Jae Hwan oleh ayah tapi saat terakhir kali aku bertemu dengan ibu, ibu bilang jika mereka mengganti nama adikku... dan aku sungguh tak ingat siapa namanya”, bahkan siwon pun tidak tahu. Yoon ho tak pernah mau berbagi masalahnya atau pembicarakan ibu jaehyun lagi dengannya.
“kau sungguh ingin mencari ibu dan adikmu??.. bagaimana jika ayahmu tahu??”, siwon hanya takut jika kakaknya melakukan hal buruk pada jaehyun. Dia tahu kenapa dulu kakaknya marah besar ketika jaehyun ingin ikut dengannya, tak lebih karena dia sangat mencintai jaehyun dan takut ditinggal sendirian. Dia sudah cukup hancur dengan penyesalannya pada ibu jaehyun dan juga anak keduanya dan dia tak ingin kehilangan jaehyun lagi setelah menerima kenyataan pahit bahwa ibu jaehyun telah menikah lagi.
“aku tak peduli...ayah bisa bersikap egois padaku dengan mengirimku ke amerika dan aku juga bisa bersikap egois dengan mencari ibuku... dimana salahnya ketika seorang anak hanya ingin melihat ibunya??”,
“aku tahu tapi kau tahu sendiri bagaimana ayahmu tak mau membicarakan ibumu lagi-“,
“aku-“, ucapan jaehyun dan siwon terpotong ketika jaemin mulai bergerak gelisah. Kedua mata jaemin bergerak gelisah sebelum akhirnya terbuka sempurna.
“Bagaimana perasaanmu nak??”, tanya siwon spontan dan langsung memeriksa jaemin.
“air... aku ingin air”, kata jaemin dengan suara seraknya. Mendengar itu, jaehyun dengan sigap mengambil air yang ada diatas meja dan membantu jaemin minum.
“sepertinya dia belum makan sama sekali... ini bahkan sudah jam 6 sore”, jaehyun membantu jaemin berbaring lagi dan menatapnya dengan iba.
“Namamu Na Jaemin kan??”, jaemin menatap jaehyun dan siwon sebentar lalu mengangguk pelan. Dia sadar jika dia sudah ada dirumah sakit, sungguh jaemin sebenarnya tak ingin merepotkan siapapun tapi tadi pukulan yang diberikan mark dan teman-temannya ada diluar bayangannya. Mereka memukul jaemin tanpa ampun seolah jaemin melakukan kesalahan yang sangat besar.
“Kau tak punya ponsel??... atau kau ingat no ponsel orang tuamu??.. biar aku menghubungi mereka”, tawar jaehyun dengan lembut. Jaemin terdiam, dia tak punya siapapun untuk bisa jaemin datangi ketika dia punya masalah seperti ini. Tanpa sadar kedua mata jaemin mulai basah dan hatinya begitu sakit, dia merindukan orang tuanya. Dia berharap mereka masih ada di dunia ini dan memeluknya.
“apa sakit sekali??.. menangis saja... tidak apa-apa”, tanpa sadar jaehyun membelai surai rambut jaemin. Jaehyun merasa sakit dan mata ikut basah menatap jaemin yang sangat menderita.
“aku... aku tak punya... “, jaemin tiba-tiba berusaha untuk duduk dan jaehyun dengan sigab membantunya.
“sungguh aku sangat berterima kasih pada anda, aku akan mengganti uang anda untuk biaya rumah sakit ini... sekali lagi maaf merepotkan anda”, jaemin membungkuk memberi hormat.
“kau belum boleh pulang nak... kau perlu istirahat sebentar”, siwon berusaha menahan jaemin yang hendak turun dari ranjang rumah sakit.
“gwaenchanayo... aku sudah tidak apa-apa”, elak jaemin. Jaemin hanya berpikir dia tak akan punya cukup uang untuk biaya rumah sakit.
“bagaimana kau bisa mengatakan tidak apa-apa dengan luka seperti ini... kau belum boleh pulang selama kau tak memberi tahu kami berapa no ponsel orang tuamu... jika mereka datang kami akan membiarkanmu pulang”, jaemin terdiam. Jika saja dia bisa meminta orang tuanya kembali tapi semua itu tak mungkin.
“aku... aku tidak punya.... mereka sudah tidak bersamaku”, jawab jaemin pelan. Jaehyun dan siwon Saling menatap dan ada rasa menyesal mendengar jawaban jaemin.
“kau tak tinggal dengan orang tuamu??”, tanya jaehyun pelan sambil mendekat. Jaemin awalnya enggan menjawab tapi dia memutuskan untuk tetap menjadi jaemin yang tegar.
“mereka sudah bahagia diatas sana”, jaemin berhasil memaksakan senyuman kecil diwajahnya. Hati jaehyun terenyuh, dia tak menyangka akan mendapatkan jawaban menyakitkan seperti itu dan jaemin justru mengatakannya dengan senyuman.
“sekali lagi aku berterima kasih.. saat ini aku tidak punya uang untuk mengganti uang anda tapi aku akan berusaha untuk mengembalikannya... aku murid kelas 1-2 di SM high School, anda bisa mencariku kesana.. sekali lagi terima kasih”, jaemin membungkuk beberapa kali sebelum akhirnya pergi meninggalkan jaehyun dan siwon yang masih terpaku.
***
“Jaemin ssi!... Na Jaemin!!”, Jaemin yang masih berjalan dengan langkah pelan dilobi rumah sakit menghentikan langkahnya. Ternyata jaehyun yang memanggilnya, dia berlari sambil membawa tas gendong jaemin. Astaga, kenapa jaemin bisa melupakan hal paling penting baginya.
“ah... ceoseonghamnida... aku melupakannya” jaemin ingin mengambil tas nya dari tangan jaehyun tapi jaehyun menjauhkan tas jaemin.
“aku tak akan mengembalikannya sebelum kau memberi ijin padaku untuk mengantarmu pulang”, jaemin ternengun. Bagaimana mungkin dia bisa bertemu dengan seseorang yang mau membantunya tanpa memedulikan jika mereka sama sekali tidak saling kenal.
“iya atau aku akan menahan tas ini sampai kau melunasi hutangmu”, jaemin mendesah pelan. Dia perlu tas itu karena dia tak punya tas lain untuk dibawa ke sekolah terlebih ada tugas sekolahnya disana.
“tapi aku tidak akan pulang... aku harus pergi kesuatu tempat tuan”, kata jaemin pelan.
“jaehyun hyung... panggil aku hyung”, jaemin kembali terdiam. Sejak kecil dia bermimpi memiliki seorang kakak tapi dia tak pernah memilikinya. “dan aku akan mengantarmu meskipun itu bukan pulang”, jaemin mendesah pelan lalu menganggukan sedikit kepalanya.
“bagus... setidaknya kau tidak membiarkanku menjadi orang jahat”, jaemin ingin mengambil tasnya kembali dan lagi jaehyun melarangnya.
“jalan saja... aku akan membawakannya untukmu”, jaemin ingin membantah tapi jaehyun sudah melewatinya dan memimpin jalan ke area parkir.
***
Selama ada didalam perjalanan tak ada satupun dari jaehyun dan jaemin memulai pembicaraan. Jaehyun sebenarnya punya banyak pertanyaan tapi dia tahu jaemin masih sangat lemah untuk meladeni semua pertanyaannya. Jaemin hanya menatap jalanan, pikirannya entah kemana. Ada banyak hal yang dia khawatirkan termasuk apa yang harus dia katakan jika pamannya sampai tahu.
“aku berhenti direstaurant itu hy....hyung”, kata jaemin ragu. Dia masih belum terbiasa untum memanggil jaehyun dengan sebutan kakak. Jaehyun tersenyum kecil karena jaemin terlihat sangat manis ketika bicara dengan ragu.
“kau lapar??... kebetulan aku juga lapar... ayo makan bersama”, ajak jaehyun sambil memarkirkan mobilnya.
“anio... aku bekerja paruh waktu disini”, jaehyun mengurungkan niatnya melepas sabuk pengaman dan menatap jaemin tak percaya.
“kau masih ingin bekerja dengan keadaan seperti ini??... dan... kau seharusnya fokus belajar bukannya bekerja paruh waktu seperti ini-“
“Aku tak akan bisa bertahan hidup jika aku tak bekerja hyung... tak peduli bagaimanapun keadaanku, aku harus tetap bekerja.. aku juga tak ingin berhutang terlalu lama padamu hyung”, jaehyun terdiam. Dia seharusnya ingat jika jaemin sudah tak memiliki orang tua, tentu saja dia harus membiayai dirinya sendiri.
“maaf... maafkan aku”, sesal jaehyun.
“sekali lagi terima kasih banyak hyung... sebuah keberuntungan bagiku karena hyung menyelamatkanku... terima kasih hyung... aku tidak akan melupakan kebaikanmu dan aku akan membayar hutangku”,
“tidak..tidak... aku tak akan menerimanya... dibanding kau membayar hutangmu lebih baik kau gunakan untuk membeli seragam yang baru... dan...”, jaehyun mengambil sesuatu dari kursi penumpang lalu memberikannya pada jaemin. “gantilah seragammu dengan ini, jangan menolak... aku memberikannya bukan karena aku kasihan tapi aku tak mau menjadi orang jahat dengan membiarkanmu memakai seragam kotor dan robek itu pulang”,
“tapi-“,
“aku bilang tidak ada penolakan... aku memiliki 2 orang adik dan aku tak bisa membayangkan adikku yang terluka seperti ini.. anggap saja ini dari kakakmu”, jaemin hanya terdiam. Mimpi apa dia semalam hingga dia bertemu dengan jaehyun yang menolongnya bahkan memberikan perhatian seperti seorang kakak. Hatinya terenyuh saat tangan jaehyun membelai rambutnya lagi dan memberikan senyuman yang sangat lembut untuknya.
“meskipun aku baru mengenalmu, aku yakin orang tuamu sangat bangga padamu... kau hidup mandiri dan sangat dewasa... dan... aku juga bangga padamu... aku harap kedua adikku bisa sepertimu”, dan sekali lagi jaemin merasa mendapatkan hadiah yang sangat besar. Dia mendapatkan sebuah pelukan hangat dari seseorang yang bahkan bukan siapa-siapanya. Jaemin merasa begitu hangat dan seolah semuanya bebannya terangkat, jaehyun memberikan sebuah pelukan yang bahkan tak pernah jaemin dapatkan dari pamannya sendiri.
“sekarang bekerja lah... jika sakit jangan memaksakan dirimu”,
“gomawoyo... sunguh aku berterima kasih hyung”, kata jaemin haru.
“sama-sama... semoga aku masih punya kesempatan bertemu denganmu dan melihatmu sukses”,
“ne... aku berjanji bahwa aku akan menjadi orang yang sukses kelak”,
Jaehyun tetap setia memperhatikan setiap langkah jaemin hingga dia menghilang dari balik pintu restaurant. Dia tak menyangka akan bertemu dengan seorang anak yang memiliki hati besar dan mandiri seperti jaemin. Jaehyun tak bisa membayangkan jika saja sallah satu adiknya harus menjalani kehidupan yang sulit seperti jaemin.
“aku yakin orang tuanya akan sangat bangga diatas sana... mereka membesarkannya dengan baik”, jaehyun tertunduk, entah kenapa dia justru tak ingin pergi dari sana. Ada sesuatu yang membuatnya tak ingin pergi dan berharap bisa melihat jaemin pulang dengan selamat.####

KAMU SEDANG MEMBACA
Everything For You
FanfictionAku tahu segalanya tentangmu tapi aku takut kau akan membenciku jika kau tahu semuanya -Jung Jaehyun Hidupku penuh Kemalangan sejak orang tuaku pergi tapi aku mendapatkan kebahagiaan ketika kau datang.... bahkan meski kau hanya orang asing dalam hid...