Explanation

3.3K 367 9
                                    

***
Hina meremas kedua tangannya dan hina tak bisa berhenti mondar-mandir didepan pintu ruangan khusus milik jaemin. Hina khawatir dan ingin sekali tahu bagaimana keadaan jaemin sekarang setelah dia tahu semua kebenaran tentang dirinya.

“kenapa kau tidak masuk saja??”, tanya jeno ketika sampai dihadapan hina.

“dia tak akan mengijinkanku masuk… dia pasti akan mengusirku…. Dia tidak akan membiarkanku tahu apa yang terjadi”, jeno iri, dia tahu seharusnya disaat seperti ini dia tidak boleh iri dengan semua perhatian yang hina miliki untuk jaemin. Sejak awal dia tahu siapa yang ada dihati hina bahkan dia beruntung hina mau berteman dengannya karena keinginan hina untuk berteman dengan jaemin.

“tidak… dia tidak akan mengusirmu… dia membutuhkanmu… aku tahu.. bahkan disaat terburuknya, dia membutuhkanmu disisinya”, kata jeno meyakinkan hina. Hina menghentikan gerakan tangan dan kakinya, menatap jeno penuh pertanyaan.

“aku…. Aku bingung jeno”, lirih hina

“wae??”,

“aku bingung apakah apa yang akan aku lakukan menyakiti salah satu dari kalian”, hina mengambil beberapa nafas dalam sebelum menatap jeno.

“kita bahkan tak pernah benar-benar bicara dari hati-kehati secara langsung… kita bertindak hanya dengan saling menyimpulkan… aku bertindak egois dengan berpikir untuk menyalahkanmu atas sikap dingin jaemin… aku seharusnya tidak pernah melakukan hal seperti itu… tindakan itu mungkin akan merusaak hubungan kita lebih jauh… dan aku tak ingin itu terjadi…aku-“,

“aku mengerti… kau tidak perlu menjelaskannya lebih jauh… yang terpenting sekarang… kita harus ada disisi jaemin… sekeras apapun dia menolak… harus ada yang menemaninya disaat seperti itu… jadi… cepatlah masuk… ini giliranmu… aku sudah menemaninya sejak pagi dan selama pelajaran”, jeno mendorong sedikit tubuh hina agar dia mendekati pintu.

“gomawo….”,

“masuklah”, bujuk jeno. Hina mengambil nafas dalam lagi sebelum akhirnya dia benar-benar membuka pintu ruangan itu.

-

“jaemin-ah”, hina membuka pintu ruangan khusus itu begitu pelan sambil mendongakkan kepalanya mencari keberadaan jaemin.

“jaemin-..... a… kamjigaya… “, pekik hina ketika jaemin menyentuh kakinya. Jaemin sedang duduk dilantai dengan menekuk kedua lututnya. Jaemin hanya termenung, entah kemana pikirannya. Hina mengatur nafasnya lalu menutup pintu ruangan dengan hati -hati.

“kenapa…. Kenapa kau duduk dibawah jaemin-ah??”, hina perlahan duduk disamping jaemin.

“kau tak seharusnya datang kesini”, kata jaemin tanpa sedikitpun menatap hina.

“wae??... apa… apa kau marah padaku karena hal yang aku katakan terakhir kali??”, jaemin menggeleng pelan.

“aku tidak punya hak untuk marah padamu… kau punya hak untuk mengatakan apapun yang kau inginkan”, hina hanya memperhatikan jaemin, ada begitu banyak pertanyaan dibenaknya tapi hina ragu untuk bertanya.

“aku yakin kau dan jeno sudah tahu apa yang terjadi… kalian selalu mencari tahu segala hal tentangku”, kata jaemin sambil menatap hina. Hina mendadak salah tingkah dan gugup karena tatapan jaemin mengintimidasi dirinya.

“itu… aku…aku tidak tahu segalanya… ada…ada banyak hal yang kau sembunyikan dan kami tak tahu…seperti… tentang renjun”, jaemin menajamkan tatapannya dan seketika jaemin membenahi posisi tubuhnya.

“kau??... dari mana kau tahu?”,

“itu… sebenarnya… 2 hari yang lalu… renjun bertanya padaku dimana rumahmu.. saat aku tanya apa dia mengenalmu… dia bilang jika kalian teman sekolah dulu… jadi… aku menyimpulkan jika teman yang kau ceritakan saat itu adalah renjun”, jaemin menghela nafas pelan, dia tak ingin ada yang tahu tentang hubungannya dengan renjun karena itu sama saja dengan mengungkit masa lalu.

“kau memberi tahu jeno??”, tebak jaemin.

“anio…”, jaemin baru saja akan bernafas lega sebelum akhirnya hina berkata “tapi aku memberi tahu jaehyun oppa… jadi kurasa jaehyun oppa menemui renjun malam itu”,

“Apa??!!”, jaemin memijit kepalanya pelan dan rasanya dia ingin meledak. Kenapa jaehyun harus tahu… bagaimana jika renjun memberi tahu jaehyun segalanya. Jaemin tidak ingin berurusan dengan hukum ataupun bertemu dengan ayah renjun lagi.

“apa aku salah??... jaehyun oppa sangat mengkhawatirkanmu… dia ingin tahu kenapa kau bolos dan tidak bekerja hari sabtu kemarin”, kata hina ragu.

“dia menyayangiku dan mengkhawatirkanku sepanjang waktu… tapi aku…. Aku berkali-kali menolaknya dan aku mengatakan padanya jika aku membencinya”, jaemin menundukkan kepalanya dan tiba-tiba jaemin menyesal. Dia menyesal memperlakukan jaehyun dan ayahnya seperti itu.

“jaemin-ah....”, jaemin menoleh dan hina memberikan sebuah senyuman hangat untuknya.

“kau hanya belum tahu… dan memang sulit untuk menerima hal yang tak pernah kau bayangkan… tidak apa-apa…. Jaehyun oppa akan mengerti”,

“kau memang mengetahuinya… iya kan??... bahkan jauh sebelum aku tahu”, jaemin kecewa, iya… dia dikecewakan oleh banyak orang tapi dia tak bisa menyalahkan siapapun saat ini.

“mianhae… aku tidak bermaksud untuk membohongimu”, sesal hina.

“malam ini… bolehkah aku menginap dirumahmu??”,

“huh??”, jaemin menggeser sedikit posisi duduknya mendekati hina dan dengan perlahan menyandarkan kepalanya dibahu hina. Jaemin selalu saja melakukan sesuatu yang spontan dan membuat jantung hina berdetak tidak beraturan. Terkadang saat dia dingin, dia menjauh seolah ada ratusan kilometer terbentang diantara mereka, tapi kadang jaemin memutus semua jarak dan mendekati hina seperti ini.

“aku rasa orang tuamu juga sudah tahu… aku ingin menanyakan beberapa hal… dan… aku belum siap bertemu jaehyun hyung… aku… aku mungkin merasa menyesal tapi… ketika aku bertemu dengan mereka… kekecewaan dan besarnya penolakanku atas kenyataan ini membuat aku memperlakukan mereka dengan dingin dan buruk… aku… aku merasa begitu buruk”, sangat buruk, ketika ayah kandung dan kakak kandungmu melakukan segala hal untukmu dan kau masih menolaknya. Ketika jaemin akan turun dari mobil, yoon ho menahan tangan jaemin dan memberinya sebuah pelukkan hangat. Membelai wajah jaemin, meneliti setiap lekuk wajah jaemin dan memberikan sebuah kecupan hangat di kening jaemin. Sungguh sebuah sentuhan kasih sayang yang sangat jaemin rindukan. Tidak ada yang bisa membuat jaemin merasakan ketenangan seperti itu.

“arraseo… pulanglah bersamaku… aku tidak akan les hari ini”,

“ani… kau tetap les, aku juga harus bekerja… aku juga ingin bertanya pada bosku”,

“arraseo-“, jaemin membenahi sedikit posisi kepalanya lalu menutup matanya mencoba untuk tidur, hina hanya diam dan membiarkan jaemin tertidur di bahunya, dia yakin jaemin lelah dan butuh istirahat.

***

Jaemin dan jeno masih duduk ketika seluruh siswa sudah berebut keluar dari kelas dan pulang kerumah ataupun berangkat ke tempat les. Jeno ingin mengatakan sesuatu dan jaemin pun begitu.

“gwaenchana??”, tanya jeno memecah keheningan.

“hmm…. Untuk saat ini”, suasana kembali hening diantara mereka.

“sudah baikan dengan hina??”, jaemin mengangguk pelan.

“kami tidak pernah bertengkar sebenarnya hanya aku saja yang membuat semuanya tidak nyaman….mianhae… “, jaemin menundukkan kepalanya dan menghela nafas. “semuanya rumit karena pemikiranku”, lanjut jaemin menyesal.

“aku juga minta maaf karena aku tidak menghentikanmu tapi justru membiarkanmu melakukannya”, sesal jeno juga.

“aku hanya ingin melakukan sesuatu untukmu.. setidaknya sebagai teman yang selalu menyusahkanmu aku pernah memberimu sesuatu yang berharga”,

“dan aku membiarkanmu karena kau lebih memilih dekat dengan mark sunbae… aku cemburu… aku tidak suka kau dekat-dekat dengan mark sunbae yang sudah jelas-jelas menganggumu… aku pikir kau tidak menghargai usahaku untuk melindungimu darinya”, timpal jeno.

“aku ingin mark sunbae berubah… dan aku juga ingin kau mempunyai lebih banyak waktu untuk hina”,

“aku tak pernah berpikir jika kau akan secepat itu sadar tentang perasaanku.. aku justru bersikap egois dengan membiarkanmu mendekati mark sunbae hanya agar aku bisa dekat dengan hina.. tapi… semua itu tidak akan merubah segalanya… dia hanya melihatmu… dia hanya mengkhawatirkanmu… bahkan dia berteman denganku juga karena mu.. sejak awal aku sudah tidak ada dihatinya”, jeno tersenyum pahit dan jaemin semakin merasa bersalah telah membuat semuanya semakin rumit.

“dia hanya seorang teman dan akan tetap menjadi teman… aku tidak punya pikiran tentang kisah cinta atau pacaran”, aku jaemin.

“ya… aku tahu prinsipmu… tapi kenyataannya… kau menyukai hina… kau mengkhawatirkannya setiap saat… aku tahu semuanya… kau boleh bicara jika kau tidak percaya kami dan tidak akan pernah bisa menerima kami sebagai sahabat yang sesungguhnya… tapi kau sudah melakukannya dengan tindakanmu… kau mempercayai kami, melindungi kami, mengkhawatirkan kami, dan kami berharga bagimu… karena kami temanmu”,

“aku tidak yakin”,

“kau akan mengakuinya suatu saat… dan… dia bukan hanya seorang teman untukmu… hina.. kau juga menyukainya… aku tahu dari mata dan tindakanmu”, jaemin tidak menjawab. Dia sendiri tak yakin dan dia tidak ingin memusingkan hal itu.

“mari berteman saja… aku tidak akan melakukan hal seperti itu lagi dan aku tidak ingin membahas hal itu lagi-“

“biarkan semuanya mengalir seperti air”,

“aku akan bekerja”,

“aku akan mengantarmu”, jaemin tidak menolak, dia membiarkan jeno ikut bersamanya dan membiarkan jeno menghiburnya dengan beberapa ceritanya tentang ibunya.

***

Ko eun hanya mematung ketika secara tiba-tiba ibu dari seorang mark jung datang ke toko buku tempat ko eun bekerja. Ko eun membungkuk pelan lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan mark yang tadi bilang ingin membaca buku.

“coseonghamnida nyonya… aku akan memanggil mark kesini”,

“kau menyukai anakku??”, ko eun yang hendak pergi menatap ibu mark bingung dan selaanjutnya dia menggeleng cepat.

“animnida… dia hanya temanku nyonya… tolong jangan salah paham”, bantah ko eun cepat.

“benarkah??... baguslah…. Karena anakku itu tergila-gila pada hina dan aku ingin dia pacaran dengan gadis terpandang”, ko eun mendesah kasar, dia mengerti tatapan yang diberikan ibu mark adalah tatapan ketidak sukaan dan dia mengira ko eun  gadis tidak punya hanya karena ko eun bekerja paruh waktu.

“coseonghamnida… tapi sepertinya anda sudah sangat salah paham…. Katakan saja jika aku hanya seorang gadis yang tidak terpandang … tapi aku juga tidak punya ketertarikan sedikitpun terhadap  anak anda… asal anda tahu.. laki-laki seperti mark yang tidak punya perasaan, egois dan hanya memikirkan diri sendiri sama sekali bukan tipeku… bahkan meski dia berasal dari keluarga orang kaya, dia tidak ada bandingnya dengan laki-laki biasa yang baik hati-“,

“hya gadis lancang… berani sekali kau menjelek-jelekan anakku dihadapanku… kau tak tahu siapa aku??”, geram ibu mark.

“anda??.. tidak… dan aku tidak ingin tahu… cukup aku tahu jika sikap buruk mark merupakan turunan dari anda!”,

“HYA!!”,

“Mom!!”, sebelum tangan kecil soo yeon menyentuh wajah ko eun. Mark sudah datang dan menahan tangan ibunya.

“Apa yang kau lakukan mark??... biarkan mom memberi pelajaran pada gadis lancang ini!”, kesal ibu mark masih berusaha menampar ko eun tapi mark tak akan membiarkannya.

“Tampar aku saja mom…. Ko eun itu temanku!”, tegas mark dan soo yeon semakin kesal karena mark menantangnya.

PLAKKK, Ko eun menutup mulutnya setelah soo yeon benar-benar menampar anaknya sendiri.

“PULANG!!... Siapa yang menyuhmu meninggalkan rumah disaat seperti ini??... Kau harus pulang dan mengamankan posisimu!!”, mark mengusap pipinya pelan dan tanpa terasa dia meneteskan air mata.

“Posisi apa mom???... bukankah aku bukan siapa-siapa dirumah itu???... Aku bukan anak kandung ayah.. kenapa kalian tidak pernah memberi tahuku??... dimana ayah kandungku???.. aku ingin bertemu dengannya!!.. aku akan mencari ayah kandungku mom-“,

PLAKKK, Sekali lagi sebuah tamparan keras menyapa pipi mark.

“Kau pikir usahaku untuk membawamu ke dalam keluarga jung itu mudah sehingga kkau ingin berpikir untuk mencari ayahmu itu??... kau pikir kau akan senang ketika tahu siapa ayah kandungmu??... tidak!.. kau akan menyesal… karena dia tidak pantas disebut ayah!!... dia hanya sampah yang menghabiskan hidupnya untuk menghabiskan uang!!”, mark menggepalkan kedua tangannya begitu erat dan membiarkan air matanya mengalir.

“Jika kau tak mau pulang itu sama saja kau membiarkan posisimu direbut oleh anak itu!... jaehyub akan membawa anak itu kembali tapi aki tidak akan membiarkannya…. Jika kau tidak sadar juga kau akan kehilangan semua yang kau miliki sekarang mark!... pulang sekarang!!”,

“Ayah juga akan menceraikanmu kan mom… tidak ada bedanya… aku pulang atau tidak.. aku sudah kehilangan semuanya”,

“Kau pikir mom akan membiarkan itu terjadi??... tidak…. Mom tidak akan kehilangan segalanya!!.. mom tidak akan membiarkan itu terjadi!!.. jadi kau harus membantu mom, karena kau harus menghancurkan anak itu!... kau membencinya sejak awal…. Jika kau begini itu sama saja kau mengakui kekalahanmu!!... hancurkan dia dan jangan biarkan dia mengambil posisimu!!”, soo yeon menatap tajam ke arab ko eun sebentar…” dan berhenti berteman dengan sembarang orang!!... Pulang sekarang!!... aku tunggu dirumah!”, soo yeon menghentakkan kakinya lalu meninggalkan mark dan ko eun.

“gwaenchana??”, mark hanya mengangguk pelan tanpa menatap ko eun yang sebenarnya saat khawatir dengan mark.

“Sebaiknya kau pulang… aku tidak tahu apa masalahnya tapi pergi bukanlah jalan yang tepat untuk menyelesaikan masalah… dan…. Aku berharap kau tidak membantu ibumu… jika bukan milikmu tidak seharusnya kau merebutnya dari orang lain…. Mark… jangan menyakiti orang lain ketika kau sendiri sudah tahu rasanya disakiti seperti ini”, mark hanya diam. Ada banyak hal yang memenuhi pikirannya. Tentang jalan seperi apa yang harus dia pilih dan seperti apa sebenarnya perasaannya kini.

***

“Jaehyun berpura-pura sebagai seniormu ketika pertama kali datang mencarimu... awalnya aku percaya tapi aku ingat wajahnya dan dia akhirnya memberi tahuku.... aku sendiri tidak percaya tapi melihat sendiri bagaimana dia menangis dan mengenggam erat tanganmu.. aku tahu jika dia tidak berbohong”,

“jaehyun membeli apartemen itu dan menyuruhku untuk menawarkannya padamu.. dia bilang kau pasti menolak jika dia yang menawarkan... dia tidak ingin kau terlantar saat kondisimu sakit.... dia bilang rasanya tidak adil ketika dia tidur ditempat yang nyaman tanpa mengkhawatirkan apapun tapi adik kandungnya sendiri hidup menderita tanpa rumah dan kesulitan untuk bertahan hidup",

“jaehyun sangat menyayangimu... dia selalu mengatakan padaku jika dia akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu”,

Jaemin menggeratkan pelukkan dilututnya dan kembali mengingat semua hal yang dikatakan orang tua hina padanya. Tebakan jaemin benar, jaehyun membeli apartemen itu untuknya dan semua sikap protektif jaehyun itu karena dia ingin mengatakan bahwa dia adalah kakak jaemin.

“Jaehyun datang kesini setelah tahu jika aku memerlukan pegawai, kebetulan sepupuku teman jaehyun. Dia mengatakan padaku jika dia ingin aku mempekerjakan adiknya tapi aku menolak karena umurmu masih 16 tahun. Dia memohon padaku dan akhirnya aku menyerah.. dia bilang jika kau tidak akan pernah menerima bantuannya dan dia tak mungkin membiarkanmu kelaparan dan sedih karena tidak punya pekerjaan. Dia menyewa orang untuk memasang iklan dan memastikan kau melihatnya”,

Bahkan pekerjaanpun, jaehyunlah yang membantunya. Jaemin teringat kembali saat dia berteriak dan mengatakan pada jaehyun dan ayahnya jika dia bukanlah keluarga mereka, jika dia membenci mereka karena berbohong.

Tok tok

“boleh aku masuk??”, hina mendongakan sedikit kepalanya dari balik pintu. Jaemin mengangguk pelan dan membenahi posisi duduknya.

“belum bisa tidur??”,

“kau juga belum tidur”, hina terkekeh pelan lalu duduk di samping jaemin.

“gwaenchana??”, jaemin menggeleng pelan.

“aku tidak yakin”, hina tersenyum kecil.

“pelan-pelan saja... kau akan menerima mereka”, hibur hina

“bukan itu... hanya ... kenapa aku harus kehilangan seluruh ingatanku??... aku merasa semakin buruk karena itu”,

“suatu saat kau akan mendapatkannya kembali.. untuk sekarang... sebaiknya besok kau kembali dan bicara dengan jaehyun oppa... oppa menelfonku dan menanyakanmu... sebenarnya oppa ingin kesini untuk menjemputmu-“,

“aku mohon jangan-“,

“tidak.. aku sudah bilang pada jaehyun oppa jika kau masih perlu waktu”, jaemin mendesah pelan. Dia sungguh belum siap, bagaimana jika pada akhirnya jaemin hanya akan mengacuhkan jaehyun sama seperti dia mengacuhkan ayahnya sendiri.

“hina-ya”,

“ya”,

“apa kau berpikir jika sikapku padamu terlalu dingin??”, hina terdiam sebentar. Kenapa jaemin tiba-tiba bertanya seperti itu, apa mungkin karena dia dan jeno sudah bicara tentang renggan mereka.

“kadang-kadang... kau dingin dan menjauhiku hingga aku tak tahu seberapa jjauh jarak yang telah kau ciptakan.. tapi... kau juga hangat ketika kau menolongku... membiarkan aku memelukmu .... ketika kau mengenggam tanganku dan tidur dibahuku, saat itu aku merasa bahwa kau tidak sedingin yang aku pikirkan... kau hangat tapi kau menutupinya”, jaemin juga baru menyadari sikapnya yang berubah-rubah pada hina. Semuanya karena ucapan jeno yang begitu melekat dipikirannya. Apakah dia benar-benar menyukai hina atau justru karena jaemin merasa nyaman dengan hina sebagai temannya?

“kau mau tahu bagaimana aku dulu???”, dengan antusias hina mengangguk dan tanpa sadar hina menggeser duduknya lebih dekat dengan jaemin.

“kau terlalu antusias”, hina terkekeh pelan dan jaemin tertawa kecil. “saat kecil aku itu banyak bicara dan punya rasa ingin tahu yang besar.. aku juga sangat aktif disekolah... aku memiliki banyak teman... tapi sahabatku hanya satu... kau tahu siapa dia”,

“apa yang sebenarnya dia lakukan padamu??.. kenapa.. kau sangat membencinya??”, jaemin terdiam sesaat sebelum dia menjawab.

“bukan salahnya.. tapi seseorang dari keluarganya... aku tahu dia merasa bersalah... tapi dengan tak menemuiku dan justru pergi ke cina saat aku mengalami depresi bukanlah hal yang bisa aku terima... aku mempercayainya... mungkin jika saat itu dia menemuiku dan meminta maaf, aku masih bisa memaafkannya dan tetap menjaga hubungan baik... tapi.. dia memilih untuk memutuskan hubungan itu... jadi... aku tidak bisa menerimanya kembali... “,

“pasti sangat berat saat itu”, jaemin tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya.

“kau mau tahu ranking berapa aku dulu??”, jaemin mengalihkan pembicaraan dan sepertinya berhasil karena hina begitu antusias mendengarkan ceritanya. “aku ranking 10 dikelas dan 50 di antara 100 siswa”,

“MWO??”, pekik hina tak percaya dan jaemin justru tertawa melihat ekspresi kaget hina.

“Kau tak percaya??”, hina dengan cepat menggeleng.

“itu mustahil... kau raking 1 di sekolah sekarang jaemin”,

“tentu... aku dulu lebih sibuk menjadi atlet...aku seorang atlet basket dan juga speed skating",

"Jinja??"

"Ya... --" jaemin melanjutkan ceritanya dan hina mendengarkan dengan antusias. Merek menghabiskan malam untuk bercerita satu sama lain. Membiarkan jarak yang selama ini terbentang diantara mereka menghilang begitu saja. Hina bahkan berkali-kali membuat jaemin tertawa dan rasanya sudah lama sekali jaemin tidak tertawa.
***

Everything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang