Hwang

2.9K 379 19
                                    

“kalian tidak terlihat mirip sama sekali”, jaehyun hanya tersenyum menanggapi komentar tiffany

“Karena aku mirip ayah sedang dia mirip ibu… meskipun kami tidak mirip tingkah laku dan beberapa kesukaan kami sama”,

“kau pasti sangat ingin mengatakan jika dia adalah adik kandungmu”,

“hmm…. itu sangat menyiksa… dia ada didepanku tapi aku harus memperlakukannya seperti orang lain”, tiffany menyatukan tangannya dengan tangan jaehyun, memberikan senyuman hangat untuk memberi tahu jaehyun, Jika dia ada bersamanya.

“kenapa kau tidak jadi mengajak adikmu?, dia sudah sampai kemarin kan?”,

“dia bilang dia lelah… lain kali saja… kasihan juga jika memaksanya ikut… oh iya… dia akan bersekolah di sekolah pamanmu”,

“jinja?…. berapa umurnya?…apa dia seumuran mark?”,

“tidak… dia seumuran jaemin…. kuharap mereka bisa berteman”,

“itu bagus… jaemin pasti mau berteman dengannya… ah…. hanya saja jaemin sulit dekat dengan orang baru”, jaehyun lupa jika jaemin tak akan mudah menerima orang baru, bahkan dengannya butuh waktu lama untuk benar-benar membuat jaemin menerimanya.

“ah… sepertinya akan sulit… adikku itu pemalu dan pendiam… mereka akan susah untuk dekat”,

“gwaenchana… nanti juga mereka dekat”, hibur jaehyun dan mereka tersenyum bersama.

-

“hyung ayo naik yang itu… hyung!!”, ji sung menarik jaemin memasuki wahana roller coaster.

“ji sung… kau berani??.. bagaimana jika muntah??”, tanya jaemin sebelum ji sung menariknya lebih jauh.

“tidak… ji sung berani hyung… ayo hyung…”, kata ji sung meyakinkan, tapi sekarang yang jaemin lihat adalah wajah tak yakin hina.

“kalau tidak berani jangan ikut”, saran jaemin.

“tidak… aku ikut”, kata hina dengan yakin walaupun diwajahnya ada ketakutan.

“biar aku yang duduk sendiri, jaemin duduk dengan ji sung… jeno dengan mark, tiffany dengan hina” kata jaehyun memutuskan sebelum mereka benar-benar masuk.

“aku juga takut hina… kita berteriak sekencang mungkin nanti”, ajak tiffany dan hina mengangguk. Mereka pun masuk dan duduk sesuai dengan permintaan jaehyun. Jaehyun tersenyum pelan melihat jaemin dan ji sung sangat akrab, ji sung bahkan tak peduli dengan jaehyun dan mark. Tiffany juga mulai terlihat akrab dengan hina.

“A..aaaaaaaaa…”, baru saja wahana akan dimulai, tiffany dan hina sudah berteriak duluan. Mark yang awalnya tidak terlalu tertarik ikut ke lotte world ikut hanyut dalam permainan dan bersenang-senang.

“hyung kita naik yang itu ya!”, pinta ji sung sambil menunjuk gyro swing.

“ji sung berani??.. itu berbahaya”, bujuk jaemin. Sebenarnya jaemin masih mengatur detak jantungnya akibat naik roller coaster.

“bilang saja kau takut… kaja ji sung-ah!”, cibir mark lalu menarik ji sung bersamanya.

“kau tak ingin ikut??”, tanya jeno pada jaemin.

“tidak… aku disini saja… kalian bisa ikut”,

“kalau begitu aku juga tidak ikut…. Aku takut naik itu… terlalu tinggi”, kata hina. Jeno tahu hina ingin bicara dengan jaemin dan dia tak ingin menganggu.

“bagaimana kalau kita mencari permainan yang tidak berbahaya”, usul jaehyun.

“hyung aku juga ingin naik itu.. temani aku ya”, bujuk jeno pada jaehyun, dia memberikan kode jika jaemin dan hina perlu bicara.

“ah… arraseo… kaja nuna”, tiffany sebenarnya ingin menolak karena takut tapi jaehyun sudah terlanjur menariknya. Jaemin menghela nafasnya, dia sadar jeno pasti sengaja membiarkan dia dan hina berdua saja.

“aku akan mencari toilet dulu”,

“odi??... aku ikut…”, rengek hina.

“kau bisa menunggu mereka dengan berdiri saja disana”, kata jaemin dengan wajah datarnya.

“kau menghindariku??”, jaemin menekuk alisnya mendengar pertanyaan hina.

“untuk apa???... tidak ada manfaatnya”, jaemin memilih pergi dan hina tetap tidak mau kalah. Dia memilih mengikuti jaemin.

“kalau begitu, kenapa kau jarang ke ruangan khusus lagi.. kau bahkan tak membiarkanku datang ke kafe… kau bahkan mengancamku… apa itu???... bukankah itu seperti menghindari??”, tanya hina bertubi-tubi sambil berusaha menyamai langkah jaemin.

“aku sudah bilang aku tak ingin kalian membuat masalah dengan mark sunbae”,

“kenapa kami??... mark sunbae yang memulai”,

“sama saja… dan aku tak ingin menjadi alasan pertengkaran kalian”,

“aku menyusahkanmu??”, hina menghentikan langkahnya dan jaemin juga ikut berhenti.

“ya… kau menyusahkanku… jadi tolong… berhenti mengikutiku dan jangan membuat masalah dengan aku sebagai alasannya… aku tidak bertanggung jawab atas risiko yang kau tanggung”, untuk sesaat jaemin dan hina hanya saling menatap. Hina tak tahu seperti apa perasaannya kini setelah jaemin mengatakan hal seperti itu.

“kita berteman... karena kita berteman bukankah sudah seharusnya aku membelamu saat mark sunbae merendahkanmu??”, tanya hina dengan tatapan sendunya dan jujur jaemin tak suka melihat itu.

“aku tidak pernah memintanya… dan… bagiku….meskipun kita berteman… kalian tidak berhak mencampuri privasiku… ataupun membelaku ketika ada yang merendahkanku… ini hidupku… dan itu hak mereka menilaiku… jangan melibatkan diri terlalu jauh”, hina terdiam. Kenapa jaemin begitu dingin dan tertutup, dia tak pernah benar-benar menerima jeno dan hina sebagai temannya.

“kenapa kau begitu dingin??”, jaemin mengalihkan tatapannya sebentar. Jaemin tak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya kepada hina.

“karena aku tak bisa mempercayai siapapun… karena aku ingin melindungi diriku”, jaemin meninggalkan hina dalam kesedihan. Hina tahu bahwa jaemin masih sulit untuk menerima seseorang didalam hidupnya tapi rasanya sangat menyakitkan ketika jaemin membiarkan hina menjadi temannya tapi masih membatasi dirinya.

***

Hina akhirnya membiarkan jaemin membatasi jarak diantara mereka. Hina jadi lebih sering bicara dengan jeno, ji sung dan tiffany. Tiffany orang yang menyenangkan bagi hina, tiffany juga cepat membiasakan diri dengan mereka. Sementara jaemin terus bersama dengan ji sung dan mark, terlihat jelas sekali jika mark tak suka jaemin terlalu dekat dengan ji sung, bahkan dengan jaehyun pun begitu. Ketika jaehyun menyeka keringat jaemin, mark menyela.

“biar aku saja hyung!”, mark tak suka jika jaehyun memanjakan jaemin jadi dengan terpaksa dia yang menyeka keringat jaemin.

“kalau bukan karena jaehyun hyung, aku tak sudi melakukan ini padamu!”, ketus mark sambil menyeka keringat jaemin sedikit kasar. Jaemin hanya tersenyum, dia tahu mark terpaksa tapi rasanya menyenangkan mark menurunkan sedikit egonya.

“gomawo sunbae”, ucap jaemin tulus tapi mark tak peduli.

“ji sung-ah… kemari… biar hyung pakaikan”, kata jaemin saat ji sung kesusahan memakai sepatu ice skatingnya.

“aku yang akan melakukannya… jangan mendekati adikku”, ketus mark lalu menghampiri ji sung dan membantunya memakai sepatu. Jaemin senang, mark mulai perhatian dengan ji sung. Ji sung sering mengeluh pada jaemin , jika mark tak menyayanginya, mark sibuk dengan waktunya sendiri dan mark hanya akan mengajak ji sung bermain jika dia tidak punya kegiatan dengan teman-temannya.

Jaemin mengurungkan niatnya memakai sepatu ice skating ketika dia menyadari jika dia sendirian. Mark sudah bermain dengan ji sung, jeno begitu perhatian dan hati-hati ketika mengajari hina bermain ice skating, sementara jaehyun tentu saja bermain dengan tiffany. Jaemin seharusnya tidak kecewa, dia bukanlah siapa-siapa diantara mereka. Jaemin hanya orang asing yang kebetulan diterima oleh jaehyun. Jaemin tersenyum kecil, diam-diam jaemin keluar dari arena skating dan memilih berjalan-jalan sendirian.

Sahabat jaemin hanyalah sepi, hanya sepi yang menemani jaemin setelah orang tuanya meninggal. Satu hal yang menyebabkan jaemin susah berteman adalah sebuah penghianatan yang dia dapatkan dari seorang sahabat yang begitu dia percayai. Jaemin berhenti sebentar ketika melewati pedagang permen gummy, dulu jaemin menyukainya tapi sekarang jaemin membencinya.

“kau ingin membelinya??”, jaemin tersadar dari lamunannya dan menemukan jaehyun sudah berdiri disampingnya.

“kenapa hyung disini??-“

“seharusnya aku yang bertanya padamu… kenapa kau tak ikut bermain??”, jaemin hanya tersenyum lalu memalingkan tatapannya dari jaehyun. “kau tak bisa bermain??”,

“ani… hanya… aku tak ingin bermain…itu mengingatkanku pada masa lalu”, jaehyun terdiam. Dari nada suaranya, ada sebuah kesedihan dihati jaemin tapi wajahnya menunjukkan jika dia baik-baik saja.

“kau ingin membeli sesuatu??.. ayo beli… kita beli untuk yang lain juga… kaja”, ajak jaehyun akhirnya. Lebih baik membangun suasana menyenangkan, dia ingin jaemin melupakan kesedihan untuk sementara dan bersenang-senang hari ini.

-

Awalnya jaehyun hanya ingin mengajak jaemin membeli minuman untuk mereka dan yang lainnya tapi pada akhirnya jaehyun dan jaemin berkeliling menikmati wakti berdua saja. Jaehyun sangat senang dan menemati setiap detik waktunya bersama jaemin. Bermain permainan sederhana, membeli beberapa camilan dan juga berbicara tentang hal-hal kecil.

“hyung..hyung… itu boneka yang lucu… ji sung pasti suka”, seru jaemin sambil menunjuk salah satu boneka di box dan jaehyun berusaha keras mendapatkannya.

“aku dapat!”, seru jaehyun tak kalah heboh saat mesin itu mengambil tepat pada boneka yang jaemin mau.

“sedikit lagi… hyung …sedikit lagi”, heboh jaemin.

“dapat!... kita mendapatkannya!!..  yeyy!”, seru jaehyun sambil mengambil boneka tersebut dan memberikannya pada jaemin.

“kiyowo!”, takjub jaemin sambil memainkan bonekanya. Jaehyun tersenyum, rasanya menankjubkan dapat memberikan apa yang jaemin mau.

“ayo ke tempat lain!”, ajak jaehyun lagi tanpa melepaskan rangkulannya di bahu jaemin.

“hyung”, panggil jaemin ragu.

“hmm…. Wae??”,

“pacarmu… dia… apa hyung sudah mengenalnya sejak lama??... mark sunbae bilang dia senior hyung dulu”, jaehyun mengacak rambut jaemin pelan dan tersenyum.

“aku tergila-gila padanya sejak usiaku 13 tahun… menakjubkan bukan??... aku pasti sering bolos hanya untuk menemuinya”,

“kenapa hyung bicara seperti itu??... hyung tidak ingat?”, jaehyun mengangguk pelan.

“aku bilang aku pernah kecelakaan kan??... ada beberapa ingatan yang hilang termasuk tiffany”, jaemin menunduk dan menganguk mengerti.

“hyung masih ingat beberapa hal tapi aku kehilangan seluruh ingatanku… aku juga pernah kecelakaan hyung”, jaehyun tersenyum ragu. Jaemin akhirnya memberi tahunya secara langsung jika dia pernah mengalami kecelakaan.

“tapi…. Bagaimana menurutmu tentang tiffany??... sebenarnya kami sepakat berkencan karena aku ingin mengembalikan ingatanku… dan… aku juga ingin memastikan jika aku masih mencintainya seperti dulu atau tidak”, jaemin terdiam sejenak lalu teringat bagaimana tiffany begitu baik memperlakukan hina. Meskipun terlihat kaku untuk mendekati ji sung tapi tiffany berusaha begitu keras untuk dekat dengan mark dan ji sung.

“jujur padaku jaemin-ah… apa kau tak menyukai tiffany??... kau tak bicara sedikitpun dengannya bahkan menatapnya”, tebak jaehyun. Jaehyun tahu jaemin tidak mudah menerima orang asing tapi tatapan mata jaemin selalu gelisah didekat tiffany.

“bukan seperti itu hyung… sepertinya dia wanita yang baik… tapi aku… aku membenci namanya”, untuk sesaat jaehyun hanya menatap mata adiknya begiti dalam. Jaehyun sedikit kecewa bahkan meski jaemin hanya mengatakan dia membenci nama tiffany.

“wae??.... kenapa dengan namanya??”, tanya jaehyun ragu.

“dia memiliki marga yang sama dengan pembunuh orang tuaku”,

Deg

“kau masih berhutang padaku setelah semua yang aku lakukan untukmu… kau baru memberiku 8 kali traktiran sementara ini sudah 6 tahun berlalu sejak aku membantumu menuduh wanita itu dan juga memalsukan tes dna anak kedua suamimu… kau benar-benar perhitungan Jung Soo Yeon”,

“Hwang Yu Jin”,

“dia yang memalsukan tes dna jaehwan”,

“jangan biarkan jaehyun tahu hal ini”,

“jaehyun akan terluka”,

Jaehyun meremas kuat-kuat dadanya dan kepalanya mendadak pusing. Jaehyun mendengar suara-suara dimasa lalu dan anehnya dia sama sekali tak ingat bagaimana visualisasinya atau bahkan wajah dari pemilik suara itu.

“hyung”, jaemin sedikit panik menyadari jaehyun mulai pucat dan sulit bernafas. “aku akan mencari bantuan.. hyung.. tu-“,

“jangan pergi… tetap bersamaku”, pinta jaehyun. Jaemin terdiam, tatapan memohon jaehyun menghentikan niatnya untuk pergi. “jangan pergi.. jangan pergi lagi… tetap bersamaku”, jaehyun memeluk tubuh jaemin begitu erat. Jaehyun tak ingin kehilangan jaemin lagi,  semua rasa sakit yang jaehyun tahan tak akan pernah sebanding dengan rasa sakit dan penderitaan yang harus dilalui ibunya dan jaemin. Jaehyun harus mengingat semuanya kembali sebelum jaemin yang mengingat semuanya.

***

Seperti hari senin biasa, hari ini sekolah kembali ramai dan kegiatan belajar mengajar dilakukan pukul 8 pagi. Jeno selalu melirik ke arah jaemin sesekali, dia ingin bertanya tapi dia tahu jaemin pasti tak ingin membahasnya. Jeno sadar jika jaemin kembali dingin sejak hari dimana dia mengatakan kalungnya hilang.

“jaemin-ah”, panggil jeno ragu.

“ya”, jawab jaemin singkat tanpa mengalihkan tatapannya dari papan tulis.

“kau sudah menemukan kalungmu??”,

“sudah… bukan ditoilet tapi di ruangan khusus”, jawab jaemin cepat.

“kau kenapa jaemin-ah??”, jaemin menoleh ke arah jeno pelan dan memberikan tatapan bingung.

“aku baik-baik saja… lihat kedepan jeno… nanti kau dimarahi”, jeno bergegas menurut sebelum guru mereka memergoki jeno yang tak fokus.

-

“hei hei… kalian sudah dengar??... ada murid baru”, kata seorang gadis yang berlari ke arah teman-temannya yang kebetulan berdiri tak jauh dari tempat jaemin berdiri.

“jinja??... kelas apa??”, tanya gadis yang lain

“kelas 1-1… kudengar dia baru datang dari cina… jinja… dia imut sekali”, kata gadis pertama penuh kekaguman.

“jinja??... siapa namanya??”,

“Hwang Renjun”, seketika mata jaemin membola dan hatinya seolah ditusuk begitu saja. Nama itu,… nama yang sangat dia benci… nama yang akan selalu mengingatkan jaemin betapa terlukanya dia akibat penghianatan yang dia lakukan secara tidak langsung.

“jaemin-ah”, jaemin beruntung, ko eun sudah ada dihadapannya dan jaemin memang sengaja ingin bicara dengan ko eun.

“kau ingin bicara denganku kan??”, jaemin bergegas mengangguk dan mendahuli ko eun.

-

“kau baik-baik saja?”, tanya ko eun setelah menyadari jaemin terus meremas dadanya.

“ne.. aku… aku baik-baik saja sunbae”, jaemin menurunkan tangannya dan memilih meremas kedua tangannya untuk menghilangkan rasa sakitnya.

“kenapa kau ingin bicara denganku??”, tanya ko eun setelah mereka duduk dialah satu meja di perpustakaan.

“sunbae… apakah sunbae mengenalku??... maksudku sebelum aku bersekolah disini”, jaemin .asih penasaran. Kenapa ko eun begitu membelanya dihadapan mark.

“ah…  kau pasti bertanya-tanya kenapa aku membelamu ketika bertengkar dengan mark”, jaemin mengangguk pelan menyetujui ucapan ko eun. “aku pernah melihat fotomu”, jaemin menekuk alisnya bingung.

“dimana??”,

“dipanti asuhan… kau…ibumu dan… mungkin kakakmu??.... kebetulan ayahku pemilih yayasan panti asuhan di incheon dan aku sering pergi kesana”,

“kakak??... maaf sunbae tapi aku anak tunggal”, ralat jaemin

“aku tahu karena itu aku bertanya… jika kau ingin bertanya apakah aku membelamu karena itu jawabannya tidak… sudah sejak dulu aku muak dengan sikap arogan mark dan aku hanya mengeluarkannya sekarang… jadi jangan salah paham”, kata ko eun meluruskan.

“ah… tapi… aku berharap sunbae tidak melakukan hal itu lagi… aku tak ingin sunbae terluka karena aku”, ko eun tersenyum kecil.

“kau terlalu rendah hati dan baik jaemin…. Jika aku jadi kau, aku mungkin akan membalas mark lebih parah dari yang dia lakukan padaku”

“karena ibu tak pernah mengajarkanku untuk menjadi pendendam… apa yang mark sunbae lakukan padaku masih bisa aku mengerti dan aku terima jadi aku mohon jangan membelaku lagi sunbae… mark sunbae sekarang sudah lebih baik padaku.. dia sudah mulai bisa menurunkan egonya dan aku senang menjadi bagian dari perubahan itu”,

“kenapa kau sangat percaya mark bisa berubah??”,

“hanya…. Mark sunbae punya seorang kakak yang luar biasa…. Dia menyayangi mark sunbae hingga dia sanggup melakukan apapun untuk merubah sifat mark sunbae menjadi lebih baik… aku percaya dengan kasih sayang dari kakaknya, dia akan berubah….”,

“kau benar-benar tak marah??”,

“dibandingkan marah aku mungkin kecewa… tapi aku justru merasa bersyukur bertemu dengan mark sunbae-“

“wae??”,

“karena mark sunbae, aku menemukan kebahagian baru meskipun itu hanya sementara… aku bertemu dengan malaikatku jaehyun hyung dan aku bertemu dengan adiknya yang manis dan menggemaskan… mark sunbae mewujudkan impianku untuk merasakan memiliki kakak dan adik”,

“kau memang baik hati jaemin-ah”, ko eun tersenyum tipis lalu menepuk pundak jaemin. Jaemin tersenyum lalu bangun dan memberi hormat pada ko eun.

“aku berharap sunbae tidak bertengkar lagi dengan mark sunbae dan… terima kasih telah peduli padaku…jaga diri sunbae… aku pergi dulu”, pamit jaemin dan ko eun mengangguk membiarkan jaemin pergi meninggalkan dirinya.

“kau sudah tahu jawaban dari pertanyaanmu mark jung??”, mark akhirnya keluar dari persembunyiannya. Ko eun sengaja memberi tahu mark ketika jaemin bilang dia ingin bicara. Mark selalu menganggu ko eun dan bertanya pada ko eun, kenapa ko eun peduli pada jaemin padahal mereka tak saling kenal. Mark hanya diam, dia tak percaya mendengar ucapan jaemin. Jaemin berterima kasih padanya??... yang benar saja… setelah apa yang mark lakukan padanya.. mustahil sekali.

“aku masih tak percaya”, kata mark sambil duduk disamping ko eun.

“kau benar-benar tak punya perasaan”, komentar ko eun. Setelah pertengkaran mereka, mark dan ko eun kembali bicara meskipun tentu dengan perdebatan dan ko eun masih memukul atau menendang mark kapanpun dia mau.

“ kau benar-benar gadis langka… kutu buku tapi kasar seperti brandalan”, sindir mark.

“lebih baik begitu dari pada lemah lembut tapi bodoh karena tunduk pada laki-laki sepertimu”,

“aiss jinja… kau mau memulai peperangan denganku lagi??”, tantang mark.

“wae??... kau mau kutampar lagi??”,

“hya!”,

“pelankan suaramu jika kau ingat ini perpustakaan!”, mark menutup bibirnya dan mendapati beberapa orang menatapnya.

“merepotkan sekali dengan laki-laki sepertimu”, gerutu ko eun lalu pergi meninggalkan mark sendirian.
***

#######

Dan authornya ngak sabaran lagi... 😫😫😫😫😫

Ini tangan keburu gatel untuk update lagi... padahal pengen liat jumlah pembacanya 5k aja...

Tapi sulit banget...

It's ok..

Ini hobi jadi author bisa menggila kalau ngak update...

Mumpung imajinasi lagi bagus dan ada waktu...

Oh ya...

Selamat hari raya Idul Fitri bagi yang merayakan...

Semoga ditahun yang baru diberikan kehidupan yang lebih baik dan kedamaian akan selalu menyertai kita...

Amin...

Everything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang