Date

4.1K 407 11
                                    

***
Disinilah jaemin sekarang, duduk disebuah ruangan khusus yang diberikan oleh siwan. Jaemin hanya meminta sebuah ruangan untuknya. Dia hanya ingin belajar tenang bahkan makan dengan tenang tanpa perlu ke kantin dan bertemu dengan mark atau siswa lainnya. Ruangan itu adalah bekas gudang yang ada didekat tangga menuju rooftop. Jaemin pikir dia hanya akan diberikan ruangan kosong tapi siwan memberinya ruangan yang dilengkapi dengan loker, meja belajar, beberapa buku dan juga seperangkat komputer dan printer.

Jaemin melihat sebuah note diatas meja dan membaca pelan.

“Belajarlah dengan teman baikmu... kuharap kau bisa mempertahankan prestasimu... aku janji akan memberikan beasiswa jika kau mendapatkan peringkat satu lagi – Pamanmu Jung Siwan”

“apa aku begitu mirip dengan keponakannya sampai beliau ingin sekali aku memanggilnya paman??”, jaemin menaikan bahunya pelan lalu duduk dan menaruh kotak bekal yang jaehyun berikan tadi pagi untuknya.

“besok aku akan membuatkan sarapan untuk jaehyun hyung... sudah berapa banyak hutangku??.. hmm.. susah sekali mencari pekerjaan... apakah hari ini aku akan mendapatkan pekerjaan atau tidak... omma... bantu aku... semoga hari ini aku mendapatkan pekerjaan”, doa jaemin sebelum membuka kotak bekal jaehyun.

“kimchi, nasi, telur gulung dan buah... aku rasa aku bisa makan tanpa air”, pikir jaemin. Dia tak mau menjadi pusat perhatian lagi setelah selama jam pelajaran pagi semua orang dikelasnya selalu membicarakan dirinya. Meskipun jeno mengajaknya bicara agar jaemin tak mendengar semua itu, tapi jaemin tetap mendengarnya.

“terima kasih untuk hari ini omma, aboji dan kepadamu tuhan.. terima kasih atas berkatmu”, jaemin akhirnya mulai makan bekal sarapannya meskipun akhirnya dia memakannya di siang hari. Jaemin lega, dia bisa makan dengan tenang dan jauh dari keramaian. Kehidupannya akan lebih tenang tanpa bisikan teman-temannya dan tentu saja tanpa gangguan mark dan teman-temannya.

***

Taeyong dan mingyu mengelengkan kepalanya memperhatikan betapa sibuknya jaehyun dengan ponselnya sejak jam istirahat dimulai.

“bagaimana??.. apa ada lowongan ditempatmu??”, tanya jaehyun tak sabaran.

“ah... kau baru saja menerima pekerja paruh waktu??.. tidak ada lowongan lagi??”, jaehyun mendesah pelan. Sudah ada 10 temannya yang jaehyun hubungi, dia ingin mencarikan jaemin pekerjaan paruh waktu yang tidak terlalu melelahkan tapi memberi gaji yang lumayan. Jaehyun juga tak ingin tempat kerja jaemin jauh dari kawasan apartement.

“kau mencari lowongan pekerjaan??”, tanya taeyong akhirnya

“kau kan sudah bekerja??... untuk apa mencari kerja paruh waktu lagi??”, timpal mingyu.

“aku butuh pekerjaan paruh waktu untuk seseorang”,

“siapa??”,

“kalian tak perlu tahu... beri tahu saja aku jika kalian punya informasi”, kata jaehyun serius.

“aku mungkin bisa membantumu... sepupuku memiliki sebuah kafe didekat kampus Kyunghee... dia sedang membutuhkan karyawan paruh waktu”,

“jinja??... berikan aku no ponselnya... aku akan menelfonnya sekarang juga”, mata jaehyun langsung berbinar.

“kau mencarikan pacarmu ya??...dia masih kuliah??”, goda taeyong.

“dia masih kelas 1 Senior High School”, jawab jaehyun dengan santainya sambil menyimpan no ponsel sepupu mingyu.

“MWO??”,

“Hya!.. kau sudah gila??”, pekik taeyong dan mingyu tak percaya.

“mwo ya??... kenapa kalian berteriak seperti itu?... ada yang salah??”,

“kau mengencani gadis berusia 16 tahun jaehyun??... kau kira itu tidak gila??” pekik taeyong.

“apa yang kau bicarakan??... aku tak pernah mengatakan dia seorang gadis.. dia laki-laki”,

“Hol Daebak!.. jaehyun-ah??... kau... kau normalkan??”, tanya mingyu bergidik ngeri.

“Hya!!... apa yang kalian berdua pikirkan??”, kesal jaehyun setelah dia mengerti apa yang dipikirkan kedua temannya itu.

“lalu siapa dia??.. kau sombong sekali tak mau memberi tahu kami siapa dia”, protes mingyu.

“Dia adikku... kalian puas?”,

“adik??... bukankah mark kelas 2??.. dan ji sung masih Junior High School-“

“Kalian tidak akan mengerti”, jaehyun mengembalikan ponsel mingyu dan bergegas pergi.

“aku akan mentraktir kalian jika adikku mendapatkan pekerjaan... aku pergi!!”, seru jaehyun sebelum benar-benar menghilang dari kantin rumah sakit.

“sudah kubilang ada yang aneh dengannya... apa mungkin selama ini jaehyun punya ibu tiri?? ... atau bahkan adik tiri??”, tebak mingyu.

“ah molla... aku tak ingin ikut campur... jika pun iya.. jaehyun benar-benar mengangumkan.. dia juga menyayangi adik tirinya seperti adik kandungnya”, putus taeyong mencoba tak peduli. Sementara mingyu sibuk dengan kesimpulan gilanya tentang keluarga jaehyun.

***
Jeno dengan setia menunggu jaemin membereskan bukunya dan pulang bersama. Meskipun mark tidak bersekolah hari ini, entah karena alasan apa tapi jeno tetap takut teman-teman mark akan menganggu jaemin.

“jadi kau akan mencari pekerjaan lagi??”, tanya jeno sambil membenahi tali tas punggung jaemin.

“oo... aku harus mendapatkan pekerjaan agar aku bisa membayar hutangku pada jaehyun hyung dan orang tua hina... aku juga tidak tinggal gratis disana”, jeno memperhatikan langkahnya sebentar sebelum dia bertanya lagi.

“kau bilang padaku jika pemilik sekolah ingin kau memanggilnya dengan paman kan??... kau juga mendapat hadiah... tidakkah itu sedikit aneh??”, jeno sejujurnya tak mengerti. Kenapa keluarga mark satu persatu mendekati jaemin. Jaemin tentu  saja tidak tahu tentang siapa itu jaehyun dan ji sung tapi dia tahu jika jung siwan adalah paman mark, tidak kah dia curiga??

“memang aneh... tapi beliau bilang aku mengingatkannya pada keponakannya yang sudah hilang... aku tidak ingin berpikir negatif atau menyimpulkan... yang penting bagiku sekarang adalah mencari pekerjaan... aku tidak mau terlibat dengan kehidupan orang lain”, meskipun jaemin mengatakan seperti itu justru jeno yang merasa tidak tenang. Pasti ada sesuatu diantara semua kebetulan ini.

“pulanglah jen.. aku akan berkeliling mencari pekerjaan lagi”, jaemin mendorong pelan tubuh jeno ketika melihat mobil pribadi keluarga jeno sudah menunggu jeno.

“aku akan menemanimu... bagaimana jika kau lelah?”, tawar jeno.

“aku sudah sehat jeno... jangan mengkhawatirkan aku.. pulanglah”, jaemin tersenyum kecil untuk meyakinkan jeno. Meskipun jeno ingin sekali ikut dia tak mau memaksa jaemin.

“arraseo... tapi.. biarkan aku memberikan ponsel bekasku padamu.. ya??.. aku kesulitan untuk menghubungimu jika ada pelajaran yang tidak bisa aku kerjakan”, pinta jeno.

“kau ikut les jeno,.. kau bisa bertanya pada gurumu”,

“tapi jaem-“,

“aku pergi jen... sampai jumpa besok”, jaemin bergegas pergi tanpa membiarkan jeno bicara lagi. Jeno tahu dia tak akan pernah bisa membujuk jaemin untuk menerima sesuatu darinya.

***

Jaehyun tersenyum puas ketika dia berhasil membujuk sepupu mingyu untuk memberikan pekerjaan pada jaemin yang usianya masih 16 tahun. Sebenarnya sepupu mingyu tidak mau karena jaemin masih terlalu muda untuk bekerja.

“paman...aku butuh bantuan”, kata jaehyun setelah sambungan telfonnya diangkat oleh pamannya Jung Siwon.

“Kenapa meminta padaku... kau sudah punya hak untuk menikmati fasilitas keluarga kita”,

“Walaupun semuanya akan menjadi milikku tapi itu belum selesai...aku malas bicara dengan ayah... dia akan bertanya untuk apa”,

“memangnya kau membutuhkan orang untuk apa??”,

“tentu saja untuk adikku... tidak ada hal lain selain untuk adikku saat ini”,

“jaehyun-ah”,

“ne samcheon”,

“maukah kau membawanya kepadaku... aku ingin bertemu dengannya dan aku juga ingin memastikan akibat dari kecelakaan yang pernah kalian alami”,

“aku akan mencoba... jaemin sedikit sulit dibujuk jika menurutnya itu merepotkanku”,

“kau butuh satu orang kan??... akan kukirim... kirimkan alamatnya”,

“ne... gomawoyo samcheon.. kau yang terbaik”,
Jaehyun lega, dia akan meminta orang pamannya untuk menyebarkan iklan lowongan pekerjaan mulai dari sekitar sekolah jaemin hingga ke arah apartement mereka. Dengan begitu jaemin tak akan tahu jika jaehyun lah yang membantunya mencari pekerjaan.

“jaehyun ssi”,

“ah ne”, jawab jaehyun saat sepupu mingyu, Jung Chaeyeon membawakan Segelas Exspresso untuknya.

“maaf sedikit lama”, chayeon ikut duduk dihadapan jaehyun dengan segelas strawberry lattenya.

“tidak masalah... sekali lagi terima kasih ya”, ucap jaehyun tulus sambil menyesap expressonya.

“sama-sama.. tapi... kalau boleh aku tahu.. anak itu... punya hubungan apa denganmu??”, tanya chaeyeon ragu. Jaehyun tersenyum tipis sebelum menjawab.

“Adikku yang telah lama terpisah denganku.... tapi dia tidak tahu siapa aku, jadi aku mohon jangan mengatakan hal ini dan.... tolong jaga adikku”, pinta jaehyun.

“aku mengerti.. aku tak akan bertanya lebih lanjut... aku akan menjaganya untukmu”,

“terima kasih”, jaehyun tersenyum lagi dan chayeon mengangguk sebagai balasan.

***
Tiffany mendengus kesal, dia baru saja akan masuk kedalam kafe ketika matanya menangkap sosok laki-laki yang paling dia tunggu, Jung Jaehyun. Tiffany tak pernah bisa memalingkan pikirannya dari jaehyun, dia selalu menunggu telfon dari jaehyun dan berharap jaehyun ingat siapa dirinya. Tapi nyatanya jaehyun sekarang sedang berbicara dengan wajah berseri-serinya terlebih dengan seorang gadis cantik dan kebetulannya lagi, gadis itu adalah  adik kelas tiffany saat masih SMA, Jung Chaeyeon.

“Chaeyeon-ah!!”, Seru tiffany pura-pura ceria ketika dia masuk ke dalam kafe.

“O... Onni!!”, Mata jaehyun membulat sempurna menatap tiffany yang kini juga terkejut dengan kehadiran jaehyun.

“O??... Jung Jaehyun??”, chaeyeon juga tak kalah terkejut dengan ucapan tiffany.

“Kalian saling mengenal??”, tanya chaeyon. Tiffany hanya mengangguk sebagai jawaban sementara jaehyun hanya tersenyum kaku.

-

“aku menunggu telfonmu tapi kau justru berkencan dengan gadis lain”, sindir tiffany setelah mereka berdua keluar dari kafe chayeon.

“aku bahkan baru mengenalnya sehari kenapa nuna jadi marah-marah??”, heran jaehyun.

“yoksi... matamu bahkan tak bisa berpaling darinya, dia memang cantik.. tidak heran jika kau terpesona pada pandangan pertama-“,

“oho... nuna kau terlalu menunjukkan semuanya.. lihat kerutan diwajahmu... kau terlihat tua jika marah.. nuna kau cemburu??”, goda jaehyun sedikit menyenggol lengan tiffany.

“ani... untuk apa aku cemburu??... kau pikir aku tak bisa mencari laki-laki yang lebih kaya dan lebih tampan darimu??”, elak tiffany.

“jinja???... sayangnya tidak ada laki-laki tampan dengan lesung pipi semanis diriku atau bahkan laki-laki yang bisa menyediakan seluruh waktunya untukmu melebihi-“, jaehyun dan tiffany menghentikan langkah mereka bersamaan.

“aku laki-laki tampan dengan lesung pipi manis yang akan memberikan seluruh waktuku hanya untukmu karena aku menyukaimu... nuna saranghae”,

Jaehyun dan tiffany saling menatap untuk sesaat, jaehyun mengingatnya. Jaehyun ingat jika dia pernah mengatakan hal itu kepada tiffany.

“kau sudah ingat semuanya??... tentang aku dan... kita??”, tanya tiffany ragu. Tiffany juga baru menyadari jika sejak tadi jaehyun memanggilnya dengan nuna dan jaehyun bicara begitu nyaman dengannya tak seperti pertemuan mereka terakhir kali.

“aku...aku tidak yakin”, jawab jaehyun menyesal.

“gwaenchana... kau pasti akan mengingat semuanya”, tiffany tersenyum tipis, setidaknya jaehyun mulai mengingat masa lalu mereka meskipun tak banyak. “ah... aku harus pulang... sampai jumpa lagi jaehyun-ah”

“nuna!”, sebelum tiffany melangkah jaehyun menahan tangan tiffany. Untuk sesaat jaehyun terkejut dengan perasaannya ketika menyentuh tangan tiffany. Detak jantungnya berdetak begitu cepat dan seperti ada kupu-kupu yang mengelitiki perutnya.

“tolong bantu aku....mengingat masa lalu kita”, kata jaehyun pelan. Jaehyun teringat gelang yang dipakai tiffany dalam mimpinya. Gelang yang sama dengan laki-laki misterius di mimpinya.

“jika aku memintamu berkencan denganku, apa kau akan menyetujuinya??... karena mungkin dengan cara itu aku bisa membantumu”, tawar tiffany.

“kenapa nuna sangat ingin berkencan denganku jika dulu nuna menganggapku menganggu waktumu??”, tiffany terdiam. Alasan terbesar tiffany adalah karena hubungan buruk mereka sebelum jaehyun pergi ke amerika. Penyesalan tiffany karena mengabaikan jaehyun dulu dan pertanyaan tiffany tentang kenapa jaehyun membencinya setelah jaehyun jatuh sakit.

“karena aku tidak ingin menyesal untuk yang kedua kalinya”, jaehyun melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan tiffany.

“apa sekarang perasaanku yang dulu telah terbalaskan?”, tiffany tersenyum pahit.

“perasaanmu yang dulu.... iya.... itu dulu... jadi... berkencanlah denganku sampai kau mengingat semuanya dan menyadari apakah perasaanmu yang dulu itu masih ada untukku”, jaehyun terdiam. Jaehyun ingin berkencan dengan gadis yang dia cintai tapi jaehyun juga tak yakin dengan perasaannya pada tiffany. Apakah perasaan itu juga menghilang bersama dengan memori kenangannya tentang tiffany.

“baiklah... ayo berkencan... bantu aku mengembalikan ingatanku dan kita pastikan masihkah perasaan itu masih ada”, jaehyun mengulurkan tangannya dan tiffany menyambutnya dengan senyuman cerah.

“terima kasih telah memberiku kesempatan... selamat datang di dalam hidupku kembali Jung Jaehyun”,

***

Jaemin tersenyum bahagia ketika keluar dari kafe yang merupakan milik chaeyeon. Jaehyun berhasil membuat jaemin tidak curiga, jaemin melihat selebaran iklan pekerjaan di dekat kawasan apartementnya. Jaemin langsung pergi ke kafe chaeyeon tepat setelah ia membaca iklan lowongan pekerjaan.

“Terima kasih ayah ibu... aku mendapatkan pekerjaan... aku bisa membayar hutangku pada orang tua hina dan jaehyun hyung”, jaemin tersenyum bahagia. Beban didalam pikirannya selama ini akhirnya berkurang. Jaemin sekarang punya pekerjaan dan dia bisa memikirkan bagaimana cara mengatur keuangannya agar dia bisa kembali menabung untuk masa depannya. Jaemin juga tidak mungkin terus menerus tinggal di apartemen milik keluarga hina, dia sudah terlalu merepotkan.

“jaehyun hyung??”, jaemin hafal betul jika jaehyun ada diapartementnya, pasti alas kakinya yang berwarna biru sudah menghilang dari rak. Sebenarnya itu milik jaehyun tapi dia meninggalkannya di apartement jaemin karena dia sudah biasa keluar masuk dengan sendirinya. Kadang jaemin heran dengan dirinya sendiri, dia tertutup dengan orang lain bahkan dia sulit dekat dengan orang asing tapi dia dengan mudahnya menerima jaehyun yang memang hanya orang asing. Jaemin bahkan tak keberatan jaehyun tahu password apartementnya dan membiarkan jaehyun keluar masuk sesuka hatinya.

“kau sudah pulang??... aku meletakkan beberapa buku dikamarmu.. kuharap kau menyukainya”, jaehyun bergegas kedapur lalu kembali dengan membawa sepiring tteokpokki.

“ayo cepat ganti bajumu... aku tadi membeli ini saat pulang, aku pikir lebih asyik jika makan berdua jadi aku membeli lebih banyak”, jaehyun meletakkan tteokpokkinya diatas meja lalu dia mendudukan dirinya di sofa ruang tamu.

“hmm... hyung... apakah... kau mau menemaniku pergi keluar??”, tanya jaemin ragu. Jaemin sedang sangat bahagia jadi dia ingin menghabiskan waktunya diluar.

“kau mau kemana??”, tak biasanya jaemin meminta sesuatu padanya, mungkinkah karena jaemin mendapatkan pekerjaan??

“itu... aku hampir 1 minggu tidak pergi keluar jadi aku ingin mendapatkan udara segar... dan... aku sudah mendapatkan pekerjaan hyung”, kata jaemin dengan senyuman cerahnya. Bahkan tanpa ragu jaemin menunjukkan brosur iklan lowongan milik kafe chaeyeon.

“wuah... jinja?... chukae”, jaehyun ikut tersenyum bahagia dan spontan jaehyun menghampiri jaemin dan memeluknya. “selamat ya...kau berusaha dengan sangat baik”,

“jadi... maukah hyung pergi denganku??.. aku ingin membelikan sesuatu untukmu... meskipun itu hanya makanan yang harganya tidak sebanding dengan pertolonganmu”, pinta jaemin.

“eiyyy.. kau tak boleh bicara seperti itu... anggap aku kakakmu... jangan sungkan begitu”,

‘aku kakakmu.. berhentilah menganggap aku adalah orang asing’, batin jaehyun miris.

“ya sudah.. cepat mandi lalu ganti bajumu... malam ini aku akan menemanimu keluar”,

“gomawo hyung”, jaehyun membelai pelan rambut jaemin sebelum dia membiarkan jaemin masuk kekamarnya untuk bersiap.

***

“hyung bukankah dokter biasanya harus selalu ada di rumah sakit??.. kenapa hyung sudah pulang??”, tanya jaemin. Jaehyun dan jaemin kini tengah berjalan menuju taman didekat kawasan apartement mereka. Jaemin tak ingin merepotkan jaehyun dengan membiarkan jaehyun memakai mobilnya jadi jaemin hanya mengajak jaehyun berjalan-jalan didekat sana.

“kau benar... tapi aku hanya dokter magang disana... aku tidak jadi bekerja sungguhan disana”,

“waeyo?”,

“ayah ingin aku melanjutkan pendidikan disini sebagai syarat jika aku tidak mau ke amerika jadi aku juga tidak yakin bisa mengimbangi waktuku untuk belajar jika aku bekerja full time”,

‘aku juga harus memiliki waktu untukmu jaemin... aku tidak ingin kehilangan waktu bersamamu’, -Jaehyun-

“hyung akan berkuliah lagi??... dimana??”,

“aku belum menentukannya”, jaehyun manarik lengan jaemin agar mereka berjalan tidak terlalu berjauhan. Itu terlihat seperti mereka tidak dekat.

“bagaimana sekolahmu??”, tanya jaehyun balik. Dia senang ketika mereka menghabiskan waktu untuk saling menceritakan kehidupan pribadi mereka.

“baik....siswa lain memang membicarakanku tapi aku sudah terbiasa dengan itu”,

“kepala sekolahmu??.. kau bilang kau harus bertemu dengannya”,

“aku seharusnya bertemu dengannya tapi aku justru bicara dengan pemilik sekolah”, jaehyun spontan menghentikan langkahnya dan menatap jaemin tak percaya. Apa yang diinginkan pamannya hingga dia harus bicara dengan jaemin.

“apa yang dia katakan??”, jaehyun harap-harap cemas, jangan sampai pamannya mengatakan hal yang tidak-tidak pada jaemin.

“hanya menanyakan keadaanku.. beliau juga meminta maaf karena tidak bisa menjaga keamanan sekolah”,

“itu saja?”, selidik jaehyun. Pasti ada hal lain yang dikatakan pamannya.

“beliau memberikan hadiah padaku.. awalnya beliau bilang sebagai pemintamaafannya tapi aku menolak.. lalu beliau berkata itu untuk prestasiku”,

“hadiah apa??... apa pemilik sekolahmu baik??”,

“aku hanya meminta sebuah ruangan kecil, aku hanya ingin belajar dan makan dengan tenang... tapi... pemilik sekolahku aneh... dia memberikan fasilatas terbaik untukku..diruaangan itu ada satu paket komputer, printer, buku , meja belajar, bahkan ada loker untukku... beliau bilang anggap beliau seperti pamanku, bahkan beliau menyuruhku memanggilnya samcheon saat berdua saja.. katanya aku mengingatkannya pada keponakannya yang hilang”, jaehyun terdiam. Pamannya melakukan sesuatu yang tak pernah jaehyun bayangkan. Dia pikir pamannya tak akan peduli pada jaemin dan bahkan bersikap seolah tidak mengenal jaemin.

“hyung  kaja”, mata jaemin tiba-tiba berbinar lalu dengan spontan menarik jaehyun bersamanya, hingga jaehyun tersadar dari lamunannya.

“hyung mau beli apa??.. aku suka odeng... “, jaemin mengambil satu tusuk odeng lalu memakannya dengan lahap. Jaehyun tersenyum, jaemin terlihat sangat bahagia melahap odengnya.

“kau sangat menyukai odeng??”, jaemin mengangguk pelan sambil sibuk mengunyah. Jaemin mengambil satu tusuk odeng lagi lalu memberinya pada jaehyun.

“makanlah hyung... aku yang traktir... ini sangat enak, dulu aku sering membelinya bersama omma.... aku bisa menghabiskan 20 tusuk sendirian”, omma.... hanya satu hal yang membuat jaehyun sangat iri dengan jaemin. Jaemin mendapatkan kasih sayang ibunya sejak lahir hingga nafas terakhir ibu mereka. Jaehyun mungkin bersama ayahnya tapi dia berpisah selama 7 tahun dengannya.

“makanan apa yang paling kau sukai??”, jaehyun ingin tahu semua hal tentang adiknya. Makanan kesukaannya, minuman kesukaannya, kebiasaan tidurnya, hobinya, dan segala hal kecil lainnya.

“Ramyeon??... tentu saja... semua orang menyukai ramyeon hyung... sebenarnya aku juga suka ttoekpokki tapi karena aku ingin keluar lebih baik dimakan nanti saja hyung”,

“gwaenchana... aku juga ingin berjalan-jalan... ah.. minuman??”,

“green tea dan kopi”,

“green tea??... ternyata kita sama... aku juga suka... tapi aku lebih suka susu dari pada kopi”,

“sebenarnya aku juga suka susu hyung... tapi aku tidak boleh makan olahan susu”, jaehyun terdiam.

“wae??... dulu kau-“, hampir saja jaehyun keceplosan. Dia ingat dulu jaemin minum susu coklat bersamanya. “maksudku apa kau tidak minum susu sejak kecil??”,

“kata omma aku dulu bisa minum susu tapi setelah kecelakaan aku tidak bisa minum susu, dokter bilang aku lactose intolerant, aku bisa sakit jika minum atau makan olahan susu”,  ada hal baru yang jaehyun ketahui lagi tentang jaemin.

“pasti sulit jika kau ingin minum susu”,

“terkadang aku melanggar karena sangat ingin tapi ya... aku langsung diare dan sakit... hehhehe”, jaemin terkekeh pelan dan jaehyun tak menyangka dia akan melihat sisi kekanakan jaemin.

Malam itu jaehyun benar-benar bahagia, dia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan dengan adiknya. Bercerita berbagai macam hal hingga jaehyun sedikit tahu jika jaemin sebenarnya banyak bicara hanya saja selama ini dia memendamnya karena dia tak punya seseorang yang begitu dia percayai. Jaehyun senang bahwa dia adalah seseorang yang kini jaemin percayai.

***

Everything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang