***
“apa mark sunbae menyakiti jaemin lagi??”, tanya jeno ketika sampai dihadapan hina.
“ne??”, tanya hina lagi sedikit kaget. Hina sedang melamun tapi jeno langsung bertanya tanpa memanggil namanya terlebih dahulu.
“bukankah tadi kau bertemu jaemin??... sepertinya jaemin langsung pulang setelah jam istirahat”,
“MWO??”, pekik hina sampai-sampai jeno harus menutup telinganya saking kerasnya teriakan hina.
“kau menyakiti telingaku hina… astaga… bukankah kau berbicara dengan jaemin… seharusnya kau tahu kemana jaemin”, kata jeno sedikit kesal.
“dia hanya menangis tanpa mengatakan apapun.. dia menyuruhku kembali kekelas… aku pikir dia juga akan kembali kekelas”, jujur hina.
“aku akan membuat perhitungan dengan mark sunbae!”, geram jeno lalu bergegas menuju kelas mark dan hina tak ingin menghentikan jeno, dia justru mendukung jeno.
“MARK JUNG!”, mark baru saja keluar dari kelasnya bersama dengan teman-temannya ketika jeno datang dan tanpa berbicara lagi langsung memberikan tinjunya pada wajah mark.
Bughhh…
“Hya!!.. apa yang kau lakukan bodoh!!”, teriak jung woo tak terima.
“kau yang bodoh… mau-mau saja bergaul dengan orang seperti mark… ah… aku lupa jika kau sama saja dengan mark!”,
“Jaga Ucapanmu Lee Jeno!!”, kata lucas tak kalah tajam sambil membantu mark bangun.
“Jaga saja kelakuan kalian yang bisanya hanya membully!”, balas jeno tak kalah sengit.
“Kau benar-benar gila lee jeno… dengan alasan macam apa… dengan lancangnya kau memukulku??”, tanya mark penuh emosi.
“seharusnya aku yang bertanya… sampai kapan kau akan menyakiti jaemin??... apa yang kau lakukan sehingga jaemin menangis lagi??”, mark terdiam, dia tak melakukan apapun pada jaemin dan tiba-tiba dia dituduh seperti ini.
“tunggu… kau bilang apa???... jaemin menangis???.. hanya karena dia menangis, kau menyalahkanku??... kau gila??... kau pikir aku akan melakukannya disekolah dan membiarkan paman dan kakaku tahu??... aku tak segila itu, mempertaruhkan masa depanku pada jaemin yang rendahan!”,
“jaga ucapan sunbae… aku sudah bilang jaemin lebih terhormat dari sunbae!!”, sela hina sengit.
“gadis murahan!... beraninya kau berteriak dihadapanku!!”, geram mark dan dengan emosi yang memuncak mark mengayunkan tangannya untuk menampar hina.
Plakkk…. , sebuah tamparan keras menggema dilorong sekolah. Seluruh siswa berbisik-bisik, jeno melindungi hina didalam dekapannya sementara mark harus menanggung malu akibat ulah ko eun yang tiba-tiba menamparnya begitu saja.
“kau masih tidak mengerti cara menghargai orang lain mark jung termasuk seorang gadis!”, kata ko eun sengit.
“kalian berdua…”, kata ko eun sambil menunjuk jeno dan hina. “aku bukan bermaksud membela… tapi… mark sama sekali tidak menganggu jaemin… selama istirahat dia membuntutiku dan mengangguku diperpustakaan… aku jamin jika mark tidak menganggu jaemin sama sekali… lain kali jika kalian belum tahu kebenarannya jangan main hakim sendiri…”, ko eun berbalik dan menatap mark tak kalah tajam.
“dan kau mark!... harus berapa kali kau memancingku untuk menamparmu??... apa kau benar-benar tak tahu cara menghargai orang lain??... semarah apapun dirimu, kau tidak pantas memukul seorang gadis!!...dan kau pantas mendapatkan kata-kata itu karena kau sendiri telah menghina orang lain!”,
“semuanya bubar!!... pulang kerumah kalian masing-masing!!”, teriak ko eun dan semua siswa satu-persatu mulai pergi meninggalkan mark, ko eun, jeno dan hina.
“kalian pulanglah… dan kau!... ikut denganku!!”, kata ko eun lalu menjewer telinga mark dan menyeretnya pergi menjauhi jeno dan hina.
“hya … hya..hya… sakit… hya…!”, rintih mark sambil berusaha melepaskan tangan ko eun yang menjewer telinganya.
“wuah… igo mwo ya?”, tanya jeno keheranan. Untuk pertama kalinya jeno melihat seorang mark jung tunduk pada seorang gadis.
“sepertinya hubungan mereka tak seburuk yang aku pikirkan”, kata hina ikut bingung.
“tapi… jika bukan mark… lalu kenapa jaemin menangis??”, jeno dan hina saling menatap lalu menaikan bahu mereka pertanda tak ada jawaban yang bisa mereka pikirkan.
***
Jaemin membolos, untuk pertama kalinya dalam hidupnya jaemin membolos. Jaemin hanya merasa lelah dan tak ingin bertemu dengan renjun lagi, dia butuh lebih banyak udara untuk menenangkan hatinya.
“kau bisa ditangkap karena membolos nak”, sebuah jas berwarna coklat terpasang rapi ditubuh jaemin, spontan jaemin menoleh dan mendapati ajushi dokternya sedang tersenyum untuknya.
“ajushi”, laki-laki itu duduk disamping jaemin dan tanpa ragu jaemin memeluknya dengan manja.
“sesuatu terjadi??... aku tidak tahu jika kau bisa membolos”, jaemin mengangguk pelan lalu tersenyum.
“aku perlu udara segar untuk menenangkan hatiku”, laki-laki itu membelai surai rambut jaemin lalu tersenyum.
“karena kebetulan aku sedang berlibur… bagaimana jika kita jalan-jalan??”, tawar laki-laki itu dan dengan penuh semangat jaemin menyetujuinya.
“belikan aku patbingsu ya ajushi… 1 saja.. hmm??”, pinta jaemin dengan kedipan mata berkali-kali layaknya anak kecil yang meminta ice cream.
“tentu saja… untuk jaeminku apapun boleh… kau boleh memesan 3 jika perlu asal tanpa susu… aku tidak ingin kau diare”,
“jinja??.. yeyyyy… gomawo ajushi!... aku mencintaimu!”, laki-laki itu hanya tersenyum lalu mengajak jaemin pergi berjalan-jalan keliling kota. Jaemin sangat bahagia, dia senang bertemu dengan sahabat baik ibunya, jaemin bahkan tak ragu meminta dibelikan makanan… ya hanya makanan… dia menolak menerima baju dan ponsel yang ditawarkan.
“kau tak akan bekerja??”, jaemin menggeleng pelan.
“ada apa??... kenapa kau seperti ini??.. apa yang menganggumu??”, tanya laki-laki itu hati-hati.
“dia sudah kembali ke korea paman… bahkan bersekolah di SM”, kata jaemin pelan.
“siapa??... “, tanya laki-laki itu masih tak mengerti.
“Hwang Renjun… anak dari laki-laki yang membunuh orang tuaku”, laki-laki itu terdiam. Dia bingung harus mengatakan apa pada jaemin. Dia tahu bagaimana terlukanya jaemin setelah tahu jika renjun adalah anak dari pembunuh orang tuanya.
“lalu… kalian bicara??”, jaemin mengangguk pelan.
“aku tahu… omma akan memarahiku jika tahu aku membenci renjun… tapi… aku bukan hanya marah karena perbuatan ayahnya…. Aku marah dan kecewa karena dia pergi begitu saja tanpa memberikan sedikit penjelasan maupun pembelaan padaku… setakut atau sebesar apapun penyesalannya padaku, bukankah seharusnya dia datang menemuiku??.. setidaknya dia meminta maaf atau paling tidak datang di penghormatan terakhir orang tuaku-“,
“dia takut dan dia malu dengan kenyataan bahwa ayahnya telah membunuh orang tua sahabatnya… dia juga masih kecil untuk mengerti apa yang harus dia lakukan”,
“tapi tetap saja…. Aku tidak bisa memaafkannya… aku percaya padanya… aku.. aku hanya memilikinya saat itu… tapi.. dia pergi begitu saja… menghancurkan harapanku… bahwa setidaknya masih ada orang yang aku percayai disampingku… mendukungku dan memberikan kekuatan padaku… tapi dia memilih pergi… pergi untuk melarikan diri dari rasa penyesalannya-“,
“kau memiliki aku disisimu”,
“karena itu aku sangat berterima kasih pada paman… paman sudah seperti keluargaku sendiri.. paman tahu betapa bersyukurnya aku karena paman adalah sahabat ibuku??... aku selalu berdoa untuk kebahagiaan paman… aku juga berharap keluarga paman bahagia dan paman selalu sehat”, kata jaemin tulus.
“betapa bahagianya jun ki bisa melihatmu setiap hari… memelukmu dan melihat senyumanmu seperti itu… aku iri padanya”, jaemin tertawa kecil.
“paman selalu bicara seolah paman tidak punya anak… paman juga beruntung bisa melihat anakmu setiap hari, tertawa dan memeluknya”,
“tapi aku harus menjauhkannya dariku selama beberapa tahun… dan ketika dia kembali… dia memilih tinggal diluar karena kekecewaannya padaku… aku ingin membuatnya tersenyum dan tertawa tapi… aku selalu menyakitinya… aku… aku selalu mengorbankan kebahagiaannya… meskipun aku… aku melakukan ini untuk hidupnya”, kata laki-laki itu sendu.
“apa paman menyembunyikannya dari anakmu??”,
“ya… karena janjiku pada ibunya… janji yang aku buat kepada wanita yang paling aku cintai didunia ini… aku menjauhkan kedua putraku dari dekapanku… menahan diriku untuk berlari kearah mereka, memeluk mereka dan mengatakan betapa aku sangat mencintai mereka”, jaemin tersentuh. Tidak biasanya laki-laki itu berkata emosional dan jaemin benar-benar merasakan kasih sayang seorang ayah dimatanya.
“kupikir paman hanya memiliki satu anak… rupanya 2… suatu saat mereka akan tahu betapa besar rasa cinta yang paman miliki untuk mereka… percayalah”,
“ya… aku juga berharap seperti itu… setidaknya aku berharap mereka tidak membenciku”,

KAMU SEDANG MEMBACA
Everything For You
FanfictionAku tahu segalanya tentangmu tapi aku takut kau akan membenciku jika kau tahu semuanya -Jung Jaehyun Hidupku penuh Kemalangan sejak orang tuaku pergi tapi aku mendapatkan kebahagiaan ketika kau datang.... bahkan meski kau hanya orang asing dalam hid...