Learn

3.2K 372 9
                                    

“Mark bangun!... Mark!”, mark menggeliatkan tubuhnya malas. Dia masih mengantuk tapi jaehyun sudah menguncang tubuhnya.

“mark bangun atau aku akan menyirammu!”,

“Ah… hyung…”, rengek mark malas. “ini kan hari minggu hyung… ini masih pagi”, dengan mata setengah tertutup mark mendudukan dirinya.

“kita akan pergi ke incheon… cepatlah mandi!”, mark menendang selimutnya kesal tapu dia masih tetap pergi kekamar mandi sebelum jaehyun memarahinya.

-

“kita akan pergi seharian… makan yang banyak”, mark menelan makanannya susah payah lalu meminum airnya.

“ji sung dimana hyung??... kita hanya pergi berdua?”, jaehyun mengangguk pelan.

“ji sung akan tinggal dengan jaemin…lagi pula disini hanya ada 2 kamar”

“kenapa hyung melakukan itu pada ji sung??.. jaemin itu orang asing… bagaimana jika jaemin menyiksa ji sung karena dia adikku??-“

“kau pikir semua orang sepertimu??.. dan kenapa kau sekarang peduli sekali dengan adikmu??.. biasanya kau yang menyiksanya… jaemin itu anak yang baik... aku percaya padanya… aku menitipkan ji sung padanya karena aku ingin ji sung tahu bagaimana rasanya hidup tanpa uang dan pelayan… dan kau juga harus merasakan itu”, mark mendengus kesal. Dia tak suka mendengar jaemin dipuji-puji oleh kakaknya.

“ji sung itu adikku tak peduli bagaimana aku memperlakukannya.. dan jaemin hanya orang asing yang baru hyung kenal… kenapa begitu percaya padanya-“

“mark”, jaehyun menatap mark mengintimidasi dan mark menundukkan kepalanya tak berani bicara lebih banyak. “terkadang ada orang yang bisa kau percayai meski kau baru mengenal mereka.. dan aku percaya pada jaemin… dia akan menjaga ji sung dengan baik… tidak bisakah kau berhenti membenci jaemin??... apa yang jaemin lakukan hingga kau membencinya??... jika kau merasa jaemin merebut sesuatu darimu, kau bisa mendapatkannya dengan cara yang suportive bukannya menyakiti jaemin seperti itu.. dia juga tak berpikir untuk merebut  sesuatu darimu… jika kau yang diperlakukan seperti itu, apa kau suka??”, tentu saja tidak… tidak ada yang beloh menginjak-ngijak harga dirinya.

“cepatlah makan… kita harus berangkat pagi sekali”,

***

Jaemin membenahi pakaian ji sung sebelum dia mengambil tas dan juga jaketnya. Dia akan pergi ke rumah hina untuk memberikan les seperti janjinya pada orang tua hina. Jaemin juga ingin membayar uang muka untuk apartementnya.

“kaja”, ajak jaemin sambil menggandeng tangan ji sung.

“kau akan berangkat pagi ini??”, jaemin yang baru saja keluar dengan ji sung menoleh. Jaehyun dan mark juga keluar bersamaan dari apartement jaehyun.

“ah.. selamat pagi hyung… aku harus berangkat pagi karena aku ingin bertemu ajushi”, kata jaemin ragu dan sesekali menatap mark ragu.

“kalian mau kemana hyung??.. kenapa tidak mengajak ji sung??”, tanya ji sung sambil cemberut.

“hyung akan pergi ke tempat yang jauh seharian… jika ji sung ikut.. ji sung pasti bosan… jadi hari ini dengan jaemin hyung dulu ya”, ji sung hanya mengangguk patuh lalu mengeratlan genggaman tangannya pada jaemin. Mark tak menyukai itu, ji sung seperti sudah dekat sekali dengan jaemin.

“aku antar ke rumah hina.. kita juga se arah”, rumah hina??, mark membulatkan matanya tak percaya. Sebenarnya sudah sejauh apa hubungan jaemin dan hina sampai-sampai jaemin bisa datang ke rumah hina.

“tidak hyung…. Aku tidak ingin menyusahkan”,

“tapi ji sung-“

“ji sung akan naik bis dengan jaemin hyung.. hyung bilang naik bis itu menyenangkan”, kata ji sung antusias. Jaehyun tersenyum, dia tak menyangka ji sung antusias untuk naik bis.

“ya sudah… hati-hati ya… maaf merepotkanmu ya jaemin... ayo berangkat”, jaehyun memimpin jalan didepan diikuti mark lalu jaemin dan ji sung. Mark sesekali menoleh ke belakang dan memberikan tatapan tidak sukanya pada jaemin.

“kau akan hancur na jaemin”, kata mark tanpa suara kepada jaemin. Jaemin menghela nafas pelan, dia tahu mark tak akan berubah meski jaehyun memberinya hukuman.

***

“anyeonghaseyo”, sapa jaemin dan ji sung ketika pintu rumah keluarga gong terbuka.

“astaga jaemin… aigoo… aku merindukanmu nak”, bibi shin tak kuasa untuk tak memeluk jaemin. Dia sangat merindukan jaemin dan khawatir dengan kondisinya.

“aigoo…. Lihat wajahmu sudah lebih baik sekarang… tapi kenapa kau terlihat lebih kurus??.. kau sudah makan??.... aku akan memasak untukmu… tapi… siapa ini??.. siapa yang bersamamu?”, tanya bibi shin menatap ji sung tak kalah berbinar.

“jung ji sung imnida”, kata ji sung sopan.

“aigoo… dia imut sekali”,

“dia adiknya jaehyun hyung”, bibi shin ber oh ria hingga lupa mempersilahkan jaemin dan ji sung masuk.

“jaemin-ah!.. o??.. ji sungi…”,

“nuna!!”… ji sung melepaskan tangan jaemin dan berlari ke arah hina yang baru saja turun dari tangga. Ji submng sangat menyukai hina jadi dia bisa langsung dekat dengan hina.

“hai jagoan… bagaimana kau bisa kemari??”, jaemin tersenyum kecil lalu menaruh tasnya diatas meja ruang tamu.

“jaehyun hyung menitipkan ji sung padaku lagi”, hina mengangguk mengerti lalu mengajak ji sung duduk diruang tamu bersama dengan jaemin.

“apa ajushi ada dirumah??”, tanya jaemin sambil memperhatikan rumah hina yang seperti biasa sepi.

“appa??... appa sedang ada di jepang… besok baru pulang”, jaemin mengangguk pelan. Dia harus menabung uangnya dulu kalau begitu.

“kau datang sepagi ini untuk bertemu ayahku??”, tebak hina. Jaemin hanya mengangguk pelan lalu menatap ji sung yang sedang berjuang melepaskan jaketnya.

“kemari ji sung”, ji sung menurut dengan menggeser duduknya ke dekat jaemin. Hina terpesona melihat telatennya jaemin merawat ji sung. Dia bahkan tidak tahu jika jisung adalah adik tirinya, bagaimana jika seandainya dia tahu, di pasti lebih sayang pada ji sung.

“bagaimana kalau kita berjalan-jalan ke taman dulu??.. belajar dijam ini rasanya kurang tepat… ji sung juga pasti bosan”, jaemin tidak punya pilihan… lagi pula jaemin punya pekerjaan malam jadi disiang hari masih kosong.

“baiklah… kaja… ji sung-ah”, ji sung mengangguk bersemangat dan meraih tangan hina untuk digandeng sementara jaemin berjalan dibelakang.

-

“igo”, jaemin menatap datar susu pisang yang disodorkan hina untuknya, tapi jaemin akhirnya menggeleng.

“aku tidak boleh minum susu”, hina bodoh sekali, padahal dia tahu jika jaemin tidak boleh minum susu tapi dia membelikan jaemin susu.

“mian”, jaemin tak menghiraukan hina lagi. Dia mengawasi ji sung yang sedang asyik bercanda dengan byul, anjing peliharaan hina.

“jeno memberi tahuku jika kau bekerja dipagi hari… apa kau tak lelah??.. kau juga bekerja dimalam hari”,

“manusia perlu bekerja untuk bertahan hidup… ayahmu juga bekerja tak kenal lelah kan??.. dia bekerja agar bisa bertahan hidup tapi dia punya beban lebih berat dariku karena menghidupi lebih banyak orang… aku hanya berjuang untuk diriku sendiri”, hina semakin kagum dengan jaemin. Jarang sekali bisa bertemu dengan anak yang punya pemikiran dewasa seperti jaemin.

“wuah… aku merasa sangat tidak berguna sebagai anak sekarang”, kata hina mencoba membuat lelucon

“kau berguna… orang tuamu ingin kau menjadi anak yang pintar dan menjadi orang sukses… kau berguna selama kau membahagiakan orang tuamu”, hati hina menghangat, jaemin tersenyum dan itu benar-benar kelemahan hina.

“sayangnya aku tak akan bisa mengalahkanmu… kau terlalu pintar”, hina mempoutkan bibirnya lucu dan jaemin menggeleng pelan.

“belajar saja dengan giat dan berhenti mengikutiku”, ujar jaemin kembali memperhatikan ji sung.

“aku??... kapan aku mengikutimu??.. tidak ada… aku tidak punya waktu”, elak hina gelagapan.

“kau berbagi informasi dengan jeno tentangku, kalian membuntutiku bahkan mencari tahu semua hal tentangku… apa aku ini idola kalian??... kalian bahkan datang kekafe setelah les hanya untuk melihatku… kalian benar-benar tak punya pekerjaan”, oceh jaemin. Ini pertama kalinya hina mendengar jaemin mengoceh seperti itu.

“siapa suruh punya sifat tertutup… kau bahkan tak mengatakan bahwa kau bekerja dipagi hari, jika jeno tak melihatmu, kau pasti akan diam dan tak memberi tahu kami… teman macam apa yang tidak memberi tahu temannya??... kau seharusnya membagi bebanmu sedikit pada kami.. apa gunanya menjadi teman??”, omel hina balik.

“bahkan diantara keluargapun masih ada ruang untuk privasi… aku hanya merasa hal-hal seperti itu tidak perlu dibagi”, susah sekali menaklukan hati jaemin. Apakah dia sudah seperti ini sebelum orang tuanya meninggal??.. atau ini hanya sebagai pertahanan dirinya setelah orang tuanya meninggal.

“soal… soal pertanyaanku malam itu.. aku… aku minta maaf…aku selalu lupa untuk minta maaf padamu”, jaemin tersenyum pahit lalu memalingkan tatapannya ke arah langit.

“aku tidak bisa kembali kesana… aku takut… aku selalu takut… aku kehilangan mereka didepan mataku dan aku selalu mengingatnya jika ada yang menyebutkan kampung halamanku”, jawab jaemin setenang mungkin meski sebenarnya dia sedang mencoba mengendalikan ketakutannya.

“mianhae”, hanya itu yang bisa hina katakan sebagai penyesalannya. “aku tak berpikir panjang saat bertanya”,

“gwaenchana .. berhentilah menyesal… kau terlalu sering minta maaf padaku”,

“hyung… hyung… aku haus”, teriak ji sung sambil berlari kearah jaemin dan hina, byul juga ikut berlari mengikuti ji sung.

“minum ini dulu ya… nanti kita beli minuman lagi”, ji sung mengangguk mengerti dan dengan tidak sabaran menyedot susu pisang yang hina belikan untuk jaemin.

“kau menyayangi ji sung seperti adikmu sendiri”, kata hina memperhatikan cara jaemin menatap hina.

“dulu aku bermimpi memiliki saudara… jadi aku sangat senang jaehyun hyung mengenalkan ji sung padaku”,

“hyung… aku lapar”, rengek ji sung. Hina menatap jam ditangannya dan ternyata sudah mennunjukkan pukul 09.00 pagi.

“ayo pulang… kita makan dirumah”, ji sung mengangguk antusias lalu menggandeng tangan hina. Jaemin tentu saja mengikuti dibelakang dengan memegang tali leher byul.
***

Jaehyun dan mark akhirnya sampai di incheon setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam.

“untuk apa kita ke panti asuhan hyung??”, tanya mark dengan wajah bingung. Jaehyun masih belum menjawab pertanyaan mark ketika turun dari mobil dan membiarkan mark mengikutinya turun dari mobil.

“untuk menunjukkan padamu jika kau harusnya bersyukur dengan hidupmu bukannya bersikap sombong dan meremehkan kehidupan orang lain… kau tak tahu suatu saat kau mungkin saja berada diposisi mereka”, mark mendengus, jaehyun tak akan pernah menyerah memberikan nasehat pada mark dan itu membuat mark malas dan dia semakin merasa jaehyun tak menyenangkan seperti dulu.

“ambil hadiahnya mark”, mark memutas matanya malas dan mengikuti perintah jaehyun dengan terpaksa.

Sesampainya mereka didalam, anak-anak panti berlari berhamburan untuk berebut hadiah yang dibawa jaehyun dan mark. Mark menatap risih reaksi anak-anak itu, mereka benar-benar menyedihkan seperti tidak pernah mendapatkan hadiah saja.

“nuguseyo??”, tanya seorang pengasuh panti.

“anyeonghaseyo.. lama tak pernah bertemu bibi han… ini aku jaehyun”, orang yang disebut bibi han itu terkejut bukan main. Jaehyun terakhir kali datang kesini bersama dengan ibu dan adiknya 7 tahun lalu, ketika jaehyun memiliki waktu 1 hari penuh bersama dengan ibunya dan jaemin.

“kau sudah besar jaehyun… aku tak bisa mengenalimu”, bibi han memeluk jaehyun lalu mengajaknya masuk kedalam ruangannya. Mark hanya bisa mengikuti dengan malas, dia berharap hari ini cepat berlalu.

“siapa yang bersamamu??”, jaehyun menatap mark sedikit tajam, memberinya isyarat untuk memperkenalkan diri.

“anyeonghaseyo… Jung Mark imnida… saya adik jaehyun hyung”, bibi han terkejut, mark sama sekali tidak mirip dengan adik jaehyun yang dulu datang bersamanya.

“adik jaehyun??.. aku tak bisa mengenalimu-“,

“dia masih kecil saat datang kesini”, potong jaehyun agar pembicaraan tidak berlanjut. Mark terdiam sambil menatap jaehyun yang mulai mengalihkan pembicaraan. Ada kepanikan dimata jaehyun dan mark tak mengerti apa itu. Mark tak pernah ingat jika dia pernah datang kesini dengan jaehyun apalagi dengan ibu mereka. Mark sangat tahu jika ibunya itu benci kegiatan sosial seperti ini.

“hyung aku mau ke toilet”, kata mark memotong pembicaraan jaehyun dan bibi han.
“setelah melewati ruang utama tadi kau bisa lurus lalu belok kiri, disana toiletnya”, jelas bibi han.

“ah ne… ghamsahamnida”, mark membungkuk pelan lalu keluar dari ruangan bibi han.

“aiss jinja… aku bisa mati bosan jika mendengarkan cerita mereka”, mark melangkahkan kakinya dengan malas, mark bukannya ke toilet, dia mencari udara segar keluar panti asuhan.

“apa untungnya berteman dengan mereka”, sinis mark memperhatikan beberapa anak panti yang bermain dihalaman tanpa takut kotor sama sekali. Mark duduk dibawah sebuah pohon lalu mengeluarkan ponselnya. Lebih baik dia bermain game dari pada bermain dengan anak-anak itu.

Dughhh, sebuah bola tepat mengenai kepala mark yang tengah sibuk menainkan ponselnya. Jangan tanya bagaimana wajah kesal mark saat ini.

“SHIT.. Siapa yang melempar bola sialan ini??!!”, anak-anak panti terlihat ketakutan dan hanya membeku ditempat merek.

“Aku yang melempar”, mark berdiri dan menoleh ketika ada suara seorang gadis yang mengaku melempar bola itu.

“No??”,

“Mark Jung??”, mark dan gadis itu sama-sama terkejut bukan main. Mereka satu sekolah, bahkan satu kelas tapi mereka tak pernah sekalipun bicara satu sama lain. Bagi mark gadis itu terlalu kutu buku dan tidak menarik sama sekali, dia bahkan tidak memperhatikan penampilannya. Sementara bagi gadis itu, mark hanya remaja laki-laki yang suka mencari perhatian. Dia tidak suka berurusan dengan laki-laki seperti itu.

“wuah….. sebuah kejutan bisa melihatmu disini nona kutu buku”, kata mark sambil melemparkan bola itu kearah gadis itu. Beruntung sekali dia bisa menangkapnya dengan tepat.

“dan sebuah keajaiban melihat seorang mark jung di panti asuhan”, balas gadis itu tak kalah sakratis.

“ternyata kau bisa bicara seperti itu denganku”, kaget mark. Dia pikir gadis itu adalah gadis lemah lembut yang membosankan tapi nyatanya dia juga bisa bicara sakratis pada mark.

“kenapa tidak??.. kau pikir hanya karena aku kutu buku, aku harus menjadi gadis lemah lembut yang tidak bisa melawan saat diperlakukan tidak adil??.. maaf mark, aku bukan herin atau gadis-gadis lain yang bisa luluh hanya karena ketampanan dan kekayaanmu”, mark tak bisa bicara, meskipun hina juga tidak tertarik padanya tapi hina tak pernah bicara segamblang itu pada mark. Gadis itu berjalan mendekati anak-anak panti lalu memberikan bola tersebut dan tersenyum.

“untuk apa kau datang kesini?... jika tak suka seharusnya tak kesini jika kau hanya datang untuk menunjukkan wajah tidak sukamu pada mereka… kau menyakiti mereka hanya dengan wajahmu-“

“kau pikir aku ingin kesini??.. aku juga tak sudi.. jika bukan karena kakakku.. cih..”, kesal mark.

“hukuman??.. ah… itu pasti… aku sudah dengar… tapi kau bahkan tak punya penyesalan menyakiti jaemin”, sindir gadis itu.

“untuk apa??.. cih.. anak rendahan seperti dia memang pantas mendapatkannya”,

Plakkk,

“HYA!!”, Mark memekik tak percaya. Gadis itu memukulnya tepat dikepalanya.

“lucu sekali… kau bahkan marah hanya karena aku memukulmu, lalu kau pikir sesakit apa yang jaemin rasakan saat kau dan teman-temanmu itu memukulinya??... berhentilah sebelum kau merasakan apa yang jaemin rasakan!”, gadis itu meninggalkan mark yang masih dalam mode shock sebelum akhirnya dia sadar jika harga dirinya sudah direndahkan.

“HYA!!.. BERHENTI DISANA!!.. HYA!!.. HAN KO EUN!!”, mark baru saja akan mengejar ko eun tapi jaehyun justru keluar dari panti hingga mark harus mengurungkan niatnya.

“awas kau… hari ini kau beruntung… tidak hari lainnya”, kesal mark.

***

Everything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang