Jaemin mendesah pelan dan menatap nanar rumah tempat tinggalnya bersama dengan keluarga pamannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam, jaemin ragu. Bagaimana dia menjelaskan keadaannya saat bibinya melihat. Pamannya akan kembali besok pagi, apa yang harus dia katakan. Ini kedua kalinya jaemin dipukuli seperti ini oleh mark. Pertama kali adalah ketika jaemin merebut posisi mark sebagai perwakilan kejuaraan bulu tangkis tingkat SMA, jaemin tak tahu jika mark adalah perwakilan tetap SM High School jadi jaemin menerima dengan senang hati permintaan gurunya. Sejak saat itulah penderitaannya dimulai, pembullyan yang dilakukan mark terus terjadi sampai hari ini.
Hari itu jaemin berbohong mengatakan bahwa dia tak sengaja bertemu preman dijalan dan melakukan kesalahan dengan tak membawa uang. Pamannya percaya dan mengobati luka jaemin jadi sejak saat itu jaemin memutuskan untuk menghindari mark sebisa mungkin dan tak bersosialisasi dengan teman-temannya. Jaemin hanya tak ingin membuat pamannya khawatir setelah merepotkannya dengan membesarkannya. Jaemin sudah cukup berhutang budi dengan menumpang Di rumah pamannya bahkan biaya sekolah yang sangat mahal. Bahkan sampai saat ini pun bibi dan sepupunya tak suka karena paman jaemin rela banting tulang hanya agar jaemin bisa bersekolah di sekolah yang sangat mahal sementara sepupunya hanya bersekolah di sekolah biasa yang tidak terkenal.
“omma... lihat ada pecundang yang kalah berkelahi!”, seru sepupu jaemin, Na Haechan. Jaemin pikir dia sudah tidur tapi ternyata dia masih terjaga sambil menonton tv di ruang tamu.
“wuah...wuah..wuah... kau mau berlagak keren na jaemin??.. lihat tubuhmu itu... menjijikan sekali... apa ini yang kau pelajari di sekolah mahal itu!!”, sebuah pukulan mendarat dikepala jaemin. Jarmin hanya diam , dia tak punya kata-kata untuk menjawab bibinya.
“omma itu kan baju branded dari mana dia mendapatkan itu??”, jaemin memang memakai baju yang di berikan oleh jaehyun tapi dia tak sadar jika itu baju branded dan mahal.
“wuah... lihat... kau sudah berani mencuri ya??.. dari mana kau mendapatkan baju sebagus ini??... katakan dimana kau mencuri??!!”, satu pukulan lagi mendarat di kepala jaemin.
“aku tidak mencuri bibi... orang yang menolongku memberikannya”, jawab jaemin tenang.
“omma aku mau baju itu!!.. teman-teman ku juga mengincar brand itu”, rengek haechan.
“lepaskan baju itu na jaemin!!”, perintah bibinya.
“maaf bibi tapi aku harus mengembalikannya lagi besok”, jaemin memang ingin mengembalikan baju ini dan juga dia akan tetap mengembalikan uang jaehyun.
“Sombong sekali kau!!.. dia juga sudah memberikannya jadi berikan itu pada haechan atau aku akan mengatakan pada pamanmu jika kau mencurinya!”, jaemin menutup matanya sebentar sebelum melepaskan baju itu. Terlihat jelas luka lebam di seluruh tubuh jaemin, bibinya dan haechan bahkan tak peduli. Mereka hanya peduli dengan baju itu.
“dia benar-benar preman”, kata haechan meremehkan lalu merebut baju itu dari tangan jaemin.
“masuk kekamarmu sekarang!!”, jaemin menghela nafasnya pelan lalu masuk kedalam kamarnya.
Jaemin merebahkan dirinya sebentar lalu teringat jika dia lupa menanyakan berapa tangihan rumah sakitnya. Jaemin bangkit lagi dan membuka laci nakasnya, dia ingin melihat betara sisa tabungan di buku ibunya.
“siapa yang menarik uang tabunganku??”, jaemin meringis, ini pasti ulah bibiknya.
“bibi apa kau mengambil uang tabunganku??”, tanya jaemin dengan tergesa keluar dari kamarnya.
“bisa tidak kau diam??... ini sudah malam... aku ingin tidur!!”, kesal bibinya.
“aku tidak akan ribut jika bibi tidak mengambil uangku!... dimana uangku??”, tuntut jaemin dengan berani.
“kau menuduhku??.. hah... yang benar saja, kau pikir hanya kau yang punya uang??”, tanya bibinya dengan tajam. Dia tak terima dituduh seperti itu.
“lalu siapa lagi yang bisa menarik uangku jika bukan bibi??... aku belum cukup umur untuk menarik uangku sendiri!!”, jaemin tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamar bibinya dan mencari bukti transaksinya.
“Hya!... dasar bocah lancang!.. keluar dari kamarku!!”, jaemin tak peduli meskipun tubuhnya didorong kasar. Ibu jaemin meninggalkan uang tabungan untuk jaemin dan selama bekerja menyisihkan uangnya untuk ditabung. Jaemin ingin mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya nanti karena dia tak mungkin menyusahkan pamannya terus.
Jaemin akhirnya menemukan bukti transaksi itu dan bibinya hanya terdiam salah tingkah.
“Bibi tahu ibuku dengan susah payah menabung dan hanya ini peninggalan yang bisa dia berikan padaku... aku tak marah saat bibi mengambil uang saku yang paman berikan padaku.. aku bekerja dan mengumpulkan uang untuk pendidikanku nanti... tapi apa semudah itu bibi mencuri uangku??!!”, untuk pertama kalinya jaemin merasa marah, mengeluarkan semua kemarahannya atas sikap egois bibinya.
“Aku tidak mencuri!!.. aku...aku hanya mengambil uang sewamu!!.. kau pikir kau bisa hidup gratis disini??... kau hanya menumpang disini na jaemin... aku dan haechan harus rela membagi tempat tinggal denganmu dan lagi pamanmu itu menyekolahkanmu disekolah mahal sementara haechan tidak.. kau bahkan mendapat uang saku lebih banyak dari haechan... memangnya kau siapa??... kau hanya keponakanku tapi pamanmu memberimu lebih banyak!!”, jaemin terdiam, dia bahkan tak tahu seberapa banyak uang saku yang di terima karena dia tak pernah menerimanya.
“kau mau marah??.. silahkan!.. tapi tinggalkan rumah ini... jika kau tak mau membayar maka pergi dari sini!!”, usir bibinya. Jaemin menahan air matanya dan mengangguk pelan.
“baik... aku memang berhutang pada kalian... memang seharusnya aku membayar untuk bisa tinggal disini... jadi hutangku sudah lunas... aku akan pergi dari rumah ini.. terima kadih atas tumpangannya selama ini!”, jaemin bergegas keluar dari kamar bibinya dan mulai mengemasi barang-barangnya. Mungkin lebih baik jaemin tinggal sendirian dari pada menjadi beban orang lain. Mungkin dia harus memupus impiannya untuk menjadi seorang dokter, dia akan berhenti sekolah dan bertahan hidup sendirian.
“omma bagaimana jika aboji marah??”, tanya haechan setelah jaemin keluar dari rumah mereka dengan membawa barang seadanya.
“ibu sedang memikirkannya... masuk ke kamarmu dan tidur!!”, bibi jaemin memijit pelan dahinya. Dia harus menyiapkan jawaban ketika suaminya pulang besok.
***
Jaemin meringis kesakitan setelah dia berjalan tak tentu arah selama satu jam. Jaemin tak punya tujuan, sementara tubuhnya sakit menahan semua luka lebam yang dia dapatkan. Jaemin akhirnya memilih duduk didepan sebuah mini market dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam dan jaemin sudah sangat mengantuk. Tanpa jaemin sadari matanya mulai terpejam tapi seseorang menepuk pundaknya pelan.
“jangan tidur disini nak... ini sudah malam... pulanglah kerumahmu”, jaemin buru-buru bangun dan membungkuk pelan.
“ceoseonghamnida.. ceoseonghamnida”, kata jaemin lalu bergegas pergi dari sana.
Jaemin kembali melangkahkan kakinya, entah harus kemana lagi jaemin melangkah. Jaemin akhirnya duduk didepan sebuah toko yang sudah tutup. Jaemin memeluk lututnya dan mulai menangis, dia merindukan orang tuanya. Seandainya saja mereka masih ada, jaemin tak akan sendirian seperti ini.
“omma... masihkah aku bisa merasakan kebahagiaan lagi??... apakah aku akan tetap sendirian didunia ini??”, jaemin menenggelamkan kepalanya dan tanpa terasa jaemin telah pergi ke dalam dunia mimpinya.
***
Pagi hari ini ada yang berbeda dirumah hina, pagi ini dia terbangun karena ulah pembantunya yang terdengar heboh di lantai bawah.
“kenapa bibi ribut sekali??”, hina menguap sebentar lalu melihat jam yang menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Hina sebenarnya masih mengantuk tapi suara ribut-ribut membuatnya mengurungkan niat untuk tidur lagi. Akhirnya hina memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah.
“pagi appa omma!”, hina menuruni tangga rumahnya dengan riang dan bergegas duduk dimeja makan.
“tadi itu suara ribut-ribut apa appa??.. tumben sekali bibi shin berisik”, gerutu hina sambil mulai melahap sarapannya.
“bibi shin menemukan anak yang pingsan saat ke pasar”, hina membulatkan matanya terkejut tapi mulutnya Masih sibuk mengunyah makanan.
“lalu bagaimana keadaannya??”, tanya hina penasaran.
“sepertinya dia seumuran denganmu sayang... ditubuhnya ada banyak luka dan tubuhnya sangat panas”, kata ibu hina
“appa sudah memanggil dokter dan dia sekarang dirawat di kamar tamu”, hina sejenak terdiam, dia penasaran siapa anak yang ditemukan bibi shin.
“boleh aku melihatnya??”, tanya hina.
”habiskan dulu sarapanmu sayang”, hina mengangguk setuju. Tak lama bibi shin datang dari dapur dengan membawa semangkuk bubur. Sementara dokter keluarga hina juga keluar dari kamar tamu.
“bagaimana keadaannya dokter lee??”, ayah hina menghampiri dokter lee lalu mengajaknya duduk diruang tamu. Hina dan ibunya menyudahi sarapan lalu bergabung diruang tamu.
“luka lebamnya sangat serius, sepertinya dia korban pengeroyokan... dia juga sepertinya belum makan apapun... dia juga demam karena berada diluar semalaman... sebaiknya dia beristirahat dan luka lebamnya harus rajin diobati”, hina semakin penasaran dengan anak itu. Bagaimana mubgkin dia memiliki luka lebam diusianya yang masih belia.
“kasihan sekali... mungkin orang tuanya mencarinya.. tapi bagaimana ceritanya dia dikeroyok seperti itu”, gumam ibu hina.
“aku sudah memberikan obat pada bibi shin... jika kalian tidak keberatan rawatlah dia sampai sembuh, dia masih cukup belia-“,
“tapi kami harus mengabari orang tuanya dulu”, dokter lee mengangguk mengiyakan lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit.
“appa aku mau lihat dia ya?”, ayah hina mengangguk dan hina dengan tak sabaran masuk ke kamar tamu.
“Aaaaaaaaaaa”, orang tua hina mendadak panik mendengar teriakan kencang putri mereka. Mereka segera pergi ke kamar tamu dan mendapati hina mematung dengan kedua tangan membekap mulutnya.
“kenapa sayang?”, tanya ibunya khawatir.
“omma... dia temanku”, jawab hina masih dengan wajah shocknya.
“apa??... kau mengenalnya??”, hina mengangguk pelan.
“baguslah... itu berarti kita bisa menghubungi orang tuanya”, kata ayah hina tenang.
“dia tidak punya... orang tuanya sudah meninggal”, orang tua hina terkejut bukan main. Mereka menemukan putri mereka sudah menangis dan melangkah mendekati anak itu.
“Dia teman yang sering aku ceritakan omma”, kata hina sambil menyentuh wajah penuh luka jaemin.
“Maksudmu Na Jaemin??, temanmu yang pintar itu??, yang kau bilang selalu dibully oleh seniormu karena ayahnya dituduh melakukan penggelapan uang??”, tanya ibu hina tak percaya.
“iya... dia na jaemin”,
“dia cinta pertamamu”, hina langsung membulatkan matanya mendengar ucapan ibunya. Bahkan ayahnya menatapnya dengan tajam karena ucapan ibunya.
“ah.... maaf sayang... ibu tak sengaja”, kata ibunya setelah sadar jika dia membuka rahasia anaknya.
“jangan salah paham sayang... biasa... ini hanya cinta anak remaja... jangan dianggap serius”, kata ibu hina mencoba menenangkan suaminya.
“dia akan kita rawat sampai sembuh, sekarang berangkat ke sekolah hina... ayah akan mengantarmu sekalian memberi tahu wali kelas jaemin kalau dia tidak bisa sekolah”,
“ne appa”,
***
Jaemin menyerjapkan matanya berkali-kali hingga dia dapat melihat dengan sempurna jika dia ada di sebuah ruangan yang terlihat seperti kamar.
“kau sudah bangun nak??”, jaemin menoleh pelan dan mendapati seorang wanita paruh baya menghampirinya. Jaemin berniat untuk duduk tapi seluruh tubuhnya seperti remuk.
“jangan bangun dulu nak... tetap berbaring... aku shin eun ji, kau bisa memanggilku bibi shin, kebetulan tadi pagi aku menemukanmu pingsan didepan toko”, jaemin ingat tadi malam memutuskan duduk didepan toko dan ketiduran tapi sepertinya dia pingsan dalam tidurnya. Jaemin memperhatikan sekelilingnya dan mendapati selang infus yang menggantung di samping tempat tidur yang tentu saja tertusuk di tubuhnya.
“terima kasih bibi dan maaf merepotkanmu... aku akan pergi setelah merasa lebih baik”, kata jaemin sesopan mungkin.
“tidak-tidak... kau akan tinggal disini sampai benar-benar sembuh... majikanku sudah memerintahkanku untuk merawatmu... ah...kau belum makan kan??.. sebaiknya kau makan lalu minum obatmu”,
“tapi-“,
“tidak ada penolakan... kau harus makan... jika kau ingin pergi, kau harus cepat sembuh.. ok??”, bibi shin mengambil semangkuk bubur lalu mulai menyuapi jaemin. Awalnya jaemin ragu tapi dia melihat ketulusan di mata bibi shin jadi dia membiarkan bibi shin menyuapinya hingga buburnya habis. Jaemin menelan obatnya lalu berbaring kembali.
“bibi-“, panggil jaemin ragu sebelum bibi shin keluar dari kamarnya.
“tas ku??... dimana tasku bi??”,
“ah tas... sebentar... akan aku ambilkan”, bibi shin buru-buru keluar kamar lalu kembali dengan membawa tas jaemin.
“sebaiknya kau istirahat nak... jika kau perlu sesuatu tinggal telfon aku di kode 010.. ok??”, jaemin mengangguk
“gamsahamnida”, bibi shin membelai rambut jaemin pelan sebelum meninggalkan jaemin.
Jaemin mendesah pelan lalu mengambil sebuah foto dari dalam tasnya. Fotonya bersama dengan orang tuanya.
“terima kasih sudah mempertemukanku dengan orang baik aboji, omma”, jaemin memeluk foto itu lalu kembali terlelap akibat pengaruh obat yang dia telan.
***
Jaemin tengah membaca buku ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok hina yang tersenyum sumbringah.
“Gong Hina??”, jaemin terkejut bukan main, jadi anak majikan yang dikatakan bibi shin adalah hina.
“Seorang Na Jaemin memang tak pernah lepas dari buku... ah... aku sudah mendapatkan catatan pelajaran dikelasmu dari jeno... ini”, jaemin menatap bingung buku yang sedang diberikan oleh hina.
“ambil... kau pasti tak ingin ketinggalan pelajarankan... jadi, kau sudah merasa lebih baik??”, hina mengambil kursi yang terletak tak jauh dari tempat tidur lalu duduk di dekat jaemin.
“ah... kau pasti bingung kenapa aku bisa disini... tadi pagi pembantuku menemukanmu... ini rumahku... kau akan tinggal disini sampai kau sembuh... aboji akan bicara denganmu nanti jadi jangan berpikir untuk pergi”, jaemin masih tak bicara. Dia sibuk berpikir kenapa dunia ini sangat sempit, hina adalah orang yang paling dia hindari tapi nyatanya dia justru ada dirumah hina sekarang.
“tadi jeno mencarimu tapi tenang saja aku tak mengatakan padanya jika kau ada disini... hmm... jadi.. kau mau memberi tahuku kenapa kau bisa pingsan dalam keadaan seperti ini??”, jaemin masih diam, dia ragu haruskah dia mengatakan pada hina bahwa semua ini karena kemarin mereka datang ke sekolah dengan bis yang sama.
“terima kasih... tapi kau tak perlu tahu”, hina mendengus mendapatkan jawaban singkat seperti itu. Jaemin benar-benar susah didekati, dia menutup pintu pertemanan untuk siapa saja.
“arraseo... kau boleh tak memberi tahuku, tapi.. nanti bantu aku mengerjakan pr ya??.. aku tak terlalu pintar fisika... ya?? “, jaemin menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk. Dia tak mau tinggal disini dengan gratis jadi dia harus membalas budi meski hanya dengan mengajari hina.
***
Jaehyun memilih pergi ke apartement do young dan mandi disana ketimbang pulaang kerumahnya sendiri, dia tak ingin bertemu dengan ayahnya apalagi ibu tirinya. Dendam jaehyun semakin kuat setelah dia harus menerima kenyataan pahit ibunya meninggal.
“kau akan pergi kerumah pamannya??”, tanya do young setelah melihat jaehyun bersiap untuk pergi.
“aku akan pergi ke tempat kerja nya dulu, jika tidak ada baru kerumah pamannya... dia keras kepala jadi dia pasti memaksakan tubuhnya untuk bekerja”, jaehyun mengambil jaketnya dan bergegas pergi.
“semoga kau menemukannya.. hati-hati jaehyun”, jaehyun hanya mengangguk sebelum menghilang dari balik pintu.
-
Jaehyun harus menelan kekecewaan karena jaemim ternyata tidak bekerja tapi disisi lain dia senang, sepertinya jaemin memutuskan untuk beristirahat. Jaehyun akhirnya memutuskan untuk pergi kerumah paman jaemin.
“iya??... ada yang bisa saya bantu??”, tanya seorang wanita yang tak lain adalah bibi jaemin.
“Na Jaemin... dimana jaemin??”,
“maaf tapi kau siapa??”,"Aku kakak kandung jaemin... aku-"
“Jung Jaehyun??”, jaehyun dan bibi jaemin terkejut karena paman jaemin ternyata tahu siapa jaehyun.
“anda mengenalku??”, paman jaemin sedikit gugup lalu mengangguk.
“kita bicara diluar saja nak”, paman jaemin menarik jaehyun dan mengajak pergi ke sebuah cafe di dekat rumahnya.
“jika anda tahu siapa aku, berarti anda tahu jika aku kakak kandung jaemin”, paman jaemin mengangguk pelan. “lalu dimana jaemin??.. aku ingin melihatnya...aku akan mengambilnya dan membawanya pulang.. sudah cukup adikku menderita karena istrimu”, paman jaemin mendesah pelan.
“aku tahu bahwa aku lalai karena aku juga baru tahu jika istriku memperlakukan jaemin dengan buruk.. dia mengambil uang saku jaemin dan membiarkan jaemin bekerja parih waktu.. tapi... kau tak bisa mengatakan padanya begitu saja jika kau kakak kandungnya”, mata jaehyun membulat sempurna. Kenapa di tak bisa melakukan itu??
“kau ingat kecelakaan yang menimpa kalian??... saat itu jaemin kehilangan seluruh ingatannya dan dia sempat tak bisa berjalan selama 1 tahun. Ibumu mengganti namanya dan mengganti marga jaemin, dulu memang masih jung tapi karena ibumu tak ingin jaemin mengingat masa lalunya, ibumu menggantinya dengan na, dia melakukan itu karena jaemin selalu kesakitan jika ingatan masa lalu tiba-tiba muncul. Jadi lebih baik jika jaemin tidak tahu jika dia memiliki keluarga lain... dia hanya tahu jika ayahnya na jun ki, ibunya jang mi ri dan dia adalah anak tunggal”, jaehyun terdiam, hatinya teriris untuk kesekian kalinya. Jaehyun tak tahu jika luka jaemin lebih parah darinya. Saat itu jaehyun hanya kehilangan beberapa memorinya dan juga patah tulang di tangannya.
“baiklah.. aku mengerti... tapi aku bisa memberi tahunya pelan-pelan... ijinkan aku bertemu dengannya”, pinta jaehyun.
“ceoseonghamnida.. sungguh aku minta maaf... tadi malam jaemin pergi dari rumah setelah istriku mengusirnya... sungguh aku tak tahu kenapa istriku begitu tega-“
“apa kalian sudah gila??!.. kau membiarkan jaemin diluar tanpa tujuan dengan kondisi tubuhnya peluh luka seperti itu??-“
“apa katamu??.. penuh luka?”,
“jangan berpura-pura tidak tahu!... jaemin menjadi korban bullying dan kau tak tahu apapun!!.. jika kau tak bisa merawatnya seharusnya kau membiarkan jaemin bersama orang yang menyayanginya!!... aku akan merawat adikku.... jangan mencarinya!!”, jaehyun menghentakan kakinya lalu pergi meninggalkan paman jaemin dalam diam.
Tiba-tiba sebuah panggilan masuk, dilayar ponsel paman jaemim tertera tulisan “penjaga Jaemin”,
“ne ... yoboseyo”,
“...”
“ceoseonghamnida... aku lalai... aku belum menemukannya”,
“...”
“tapi jaehyun melarangku mencarinya”,
“...”,
“tidak... aku tidak memberi tahunya... dia sangat marah dan dia bilang akan mencari jaemin dan merawatnya”,
“...”
“ne... aku akan tetap mencarinya.. sekali lagi maafkan kelalaianku”,
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything For You
FanfictionAku tahu segalanya tentangmu tapi aku takut kau akan membenciku jika kau tahu semuanya -Jung Jaehyun Hidupku penuh Kemalangan sejak orang tuaku pergi tapi aku mendapatkan kebahagiaan ketika kau datang.... bahkan meski kau hanya orang asing dalam hid...