***
Jaemin benar-benar melawan rasa takutnya dengan baik, meskipun dia harus tetap perpegangan pada sang kakak ketika memasuki rumah lamanya. Rumah yang menjadi saksi pembunuhan ayah dan ibunya. Jaemin menceritakan apa yang dia lihat pada pamannya dengan air mata yang terus mengalir, sesak di dadanya tentu masih sangat terasa tapi jaemin berjanji untuk melawannya, dia harus bisa melawan rasa takut yang selama ini membelenggu dirinya.
Hae won, jaehyun dan jaemin memberi penghormatan ketika mereka mampir kerumah abu untuk menemui jun ki dan miri.
“Maaf jika aku baru datang menemuimu”, kata hae won penuh sesal. “kau menderita karena perbuatan masa laluku… aku berjanji akan menebus semuanya… aku akan mencari keadilan untukmu… aku berjanji”, usai hae won mengatakan apa yang ingin dia katakan. Dia meninggalkan jaehyun dan jaemin berdua saja.
“omma…. Aku datang… aku membawa jaemin kesini… omma pasti sangat merindukannya”, jaehyun menoleh, menatap adiknya yang sedang menatap lekat-lekat abu ibunya. Jaehyun menyeka air mata jaemin dan menepuk pelan punggungnya.
“kau bisa mengatakan apapun pada omma dan ayah na”, kata jaehyun lembut.
“bolehkah disini lebih lama hyung??... bolehkah aku sendiri disini??”, pinta jaemin.
“tentu saja… kau boleh diam disini lebih lama… hyung akan menunggu diluar… panggil kami jika perlu sesuatu”, jaehyun mencium kening jaemin sebentar sebelum meninggalkan jaemin sendirian disana.
“omma… om…. Hiks.. “, jaemin tak bisa menahan tangisannya lagi, dia sudah berusaha menahan tangisannya sejak menginjakkan kaki di area gedung rumah abu ini. Jaemin sungguh menyesal, dia menyesaal karena memilih kalah dengan rasa takutnya dan pergi jauh dari ibunya, dia bahkan tak mengunjungi ibunya lebuh dari 2 tahun.
“mianhae.. omma… mianhae… hiks..hiks.. maaf karena aku baru menemuimu hari ini… maaf karena aku menjadi anak yang lemah… aku kalah dengan rasa takutku.. hingga aku tak pernah berani menginjakkan kaki ke sini lagi.. sungguh maafkan aku… hiks..hiks..”, jaemin menangis terisak dan tanpa terasa kedua lututnya melemah. Seluruh tubuhnya jatuh diilantai, tubuhnya bergetar hebat dan jaemin menangis begitu keras. Penyesalan jaemin terlalu dalam hingga kadang dia berpikir dia tidak pantas untuk menemui ibunya lagi. Jaemin masih ingat dengan jelas bagaimana tatapan menyesal ibunya karena jaemin harus menyaksikan ayahnya tergeletak di tanah dengan darah yang mengalir dari kepalanya sementara ada pistol yang siap ditempakkan dikepala ibunya. Jaemin seharusnya menuntut keadilan tapi dia justru memilih pergi dari daegu akibat depresinya.
“Jaemin-ah”, Jaehyun memang ingin meninggalkan jaemin sendirian disana, tapi rasa khawatirnya membawa jaehyun kembali untuk menemani adiknya. Jaehyun membelai punggung jaemin dan menyeka air matanya.
“Gwaenchana… omma pasti mengerti… omma dan ayah na tidak akan marah padamu…hmm?”, jaemin tidak bias menjawab, dia memeluk tubuh kakaknya dan menangis lebih keras. Menenggelamkan seluruh wajahnya dibalik dada jaehyun.
“Gwaenchana…gwaenchana… kau bersamaku… kau punya kakak dan ayah yang akan melindungimu mulai sekarang… kita akan berjuang untuk omma dan ayah na”, jaehyun mencium pucuk kepala jaemin berkali-kali dan mengusap punggungnya. Menyalurkan seluruh kasih sayang dan juga kekuatan untuk jaemin.
***
Mark dan Ji sung pergi berjalan-jalan ke mall, mark benar-benar menjaga adiknya dan menuruti apapun yang ji sung inginkan. Mark merasa menyesal karena dulu dia tidak memperlakukan ji sung semestinya, dia cuek dan kadang bersikap tidak pantas pada adiknya sendiri.
“Hyung… hyung… ayo naik itu!”, ajak ji sung sambil menarik-narik tangan mark.
“Kaja!”, mark tak perlu berpikir dua kali untuk mengabulkan keinginan ji sung. Mark juga merasa terhibur karena dia bias melupakan sejenak semua kenyataan pahit tentang kelahirannya.
“Hyung masuk kesana…. Ya?”, pinta ji sung sambil menunjuk wahana permainan kolam bola, dimana kebanyakan yang masuk kesana anak balita atau masih dikisaran 8 tahun.
“tentu saja”, kata mark mengiyakan. Melihat ji sung tertawa bagahia karena bias bermain benar-benar membuat mark bahagia, dia mengerti kenapa jaehyun sangat menyayangi adik-adiknya dan mark tidak akan pernah membuat jaehyun kecewa lagi. Dia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan jaehyun.
“Ji sung apa kau senang?”, ji sung mengangguk tanpa ragu. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan sekarang mereka sedang menunggu pesanan makanan mereka.
“Hyung… lain kali kita pergi dengan ayah, jaehyun hyung dan jaemin hyung ya?”, pinta ji sung
“Tentu saja… kita akan pergi liburan bersama… tapi ji sung harus kembali ke sekolah lagi..ok?”,
“ok!”, jawab ji sung antusias. Mark mengacak pelan rambut ji sung dan dia tersenyum. Disaat dia merasa bahagia seperti ini entah kenapa dia memikirkan ko eun. Ko eun melakukan banyak hal untuknya sementara dia belum melakukan apapun untuk ko eun.
“Ji sung… nanti kita mampir ke toko buku ya?”,
“wae?... aku benci buku”, cemberut ji sung.
“kau tidak boleh begitu… jika kau ingin sukses kau harus rajin membaca buku dan belajar… kau ingin seperti jaehyun hyung dan jaemin hyung kan?”, ji sung mengangguk menyetujui.
“bagus… hyung ingin membeli hadiah untuk teman hyung”, tak lama setelah itu makanan mereka pun dating dan ji sung begitu antusias untuk makan karena dia sudah sangat lapar. Mark terkekeh pelan lalu mengambil ponsel dari sakunya.
“Nanti malam bias kau datang kerumahku?”, (Delete)
“Aku ingin memberikan hadiah untukmu,.. bisakah kita bertemu?”, (Delete)
“Aku merindukanmu, bisakah kita bertemu?” (Delete),
Mark mengacak rambutnya pelan, dia menatap layar ponselnya denan frustasi. Apa yang harus dia katakana pada ko eun?... mark merasa dia sudah gila, dulu dia sangat pintar merayu bahkan dia sangat percaya diri. Tapi dia tidak bias melakukan itu pada ko eun, dia gadis yang berbeda dan mark selalu merasa gugup dan berdebar ketika bersamanya.
“Aku akan berkunjung ke apartementmu nanti malam… ada yang ingin aku katakan”, Terkirim.
Mark mengigit bibir bawahnya sebentar sebelum dia memutuskan memasukkan ponselnya lagi, dia gugup dan tidak berani membaca pesan balasan dari ko eun.
-
Mark tersenyum ketika dia akhirnya menemukan novel yang merupakan incaran ko eun. Ko eun pernah memberi tahu mark tentang novel terbaru yang dirilis dan dia sangat menginginkannya.
“Love Story”, gumam mark sambil memperhatikan sampul novel dengan warna merah muda itu.
“Cinta adalah tentang kenyamanan, tentang dia yang selalu muncul dikepalamu disaat sedih maupun bahagiamu, tentang dia yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman ketika bersamanya, tentang dia yang kau inginkan selalu disisimu, tentang dia yang memiliki senyuman paling menawan diduni, dan tentang dia yang selalu membuat hatimu berdebar, Cinta itu sederhana”,
“Cinta…. Aku… Apa aku mencintainya?”, gumam mark lagi dan tanpa sadar dia tertawa kecil. Mark tergila-gila, ya dia tergila-gila pada ko uen si kutu buku yang galak.
Mark dan Ji sung keluar dari toko buku ketika jam menunjukkan pukul 2 siang dan mereka akan pulang. Sebenarnya yoon ho ingin menyusul tapi mark tidak mengijinkan karena mereka juga sudah mau pulang.
“Ji sung kemobil dengan paman kwanghee dulu ya… hyung mau ke toilet sebentar”,
“Saya akan mengantar anda tuan”, kata kwang hee tapi mark dengan cepat menggeleng.
“Aku hanya sebentar… lagi pula aku sudah besar paman… aku tidak akan kehilangan arah disini”, mark tertawa kecil lalu meninggalkan kwang heed an ji sung.
Ketika mark sudah selesai, dia membersihkan tangannya dan berniat untuk membasuh wajahnya sebentar. Namun ada seseorang yang datang dan berdiri dibelakang mark. Mark yang merasa tidak kenal dengan laki-laki itu menoleh.
“Ceoseonghamnida… anda bias menggunakan keran yang satunya”, kata mark karena mark pikir laki-laki itu tidak perlu menunggunya.
“Aku menunggumu”,
“Saya?.. kenapa?... anda bias me-“
“Karena kau harus ikut denganku!”, mark belum sempat berteriak saat mulutnya dibekap dan kedua tangannya di ditahan dibelakang punggungnya.
Plakkk!,
Laki-laki lain datang membantu dengan memukul belakang kepala mark hingga mark tak sadarkan diri. Mereka dengan cepat memakaikan topi dikepala mark dan juga mengganti jaket mark. Mereka memapah mark keluar dan pura-pura akan membawa mark ke rumah sakit karena pingsan.
***
Hae won, Jaehyun dan Jaemin sudah dalam perjalanan menuju seoul. Jaemin tertidur dipangkuan jaehyun setelah menangis, bahkan depresinya hamper muncul jika saja jaehyun tidak menenangkan adiknya.
“Ya”, Jaehyun menoleh ketika Pamannya mengangkat telfon di bangku depan.
“Apa katamu?!... bagaimana bias?”, Jaehyun terkejut, nada suara hae won terkesan panic tapi wajahnya terlihat sekali berusaha tenang.
“apa yang terjadi paman?”, Tanya jaehyun pelan.
“Aku dalam perjalan ke seoul… telusuri semua wilayah!... mereka pasti menyembunyikannya untuk memancingku!... temukan dia bagaimanapun caranya!”, jaehyun terdiam, entah kenapa pikirannya melayang pada mark. Tapi dia berharap itu tidak seperti yang ada dipikirannya.
“Naikan kecepatanmu!... Kita harus sampai diseoul secepat mungkin!”, titah hae won dengan suara tinggi.
“Paman?”
“Mark diculik…. Tapi kau tenang saja, aku akan menyelamatkannya!,.. ini pasti ulah ibunya”, Jaehyun terdiam, tangannya menggepal kuat dan ingin sekali jaehyun membunuh wanita itu jika bias. Apalagi sekarang?... mark sudah mau menjadi anak baik dan dia tidak senang sama sekali akan hal itu, apakah dia masih bias menyebut dirinya sebagai seorang ibu?
Tanpa hae won dan jaehyun sadari, jaemin sudah terbangun akibat suara tinggi pamannya. Dia mendengar apa yang dikatakan pamannya.
-
“Kita akan melakukan pencarian!... mark tidak akan dibawa kerumah itu lagi.. dia pasti sengaja memancingku!”, Hae won menggepalkan tangannya kuat-kuat. Inilah alasannya tidak mau jika sampai ada yang tahu mark adalah putranya atau mark ikut dengannya, mark hanya akan berada didalam bahaya.
“Apa yang perlu aku lakukan hyung?”, tawar yoon ho.
“Tidak ada… jangan ikut campur… aku tidak ingin kau dan anak-anakmu terkena imbas lagi… kau hanya perlu mempercepat proses perceraianmu dengan soo yeon… aku yakin dia tidak akan menolak bercerai denganmu-“
“tapi mark-“
“dia putraku… untuk kali ini… biarkan aku melakukan sesuatu untuk putraku”, Yoon ho hanya bias berdiam pasrah. Dia yakin hae won akan melakukan yang terbaik untuk mark.
-
Jaemin menatap layar ponsel mark, kwang hee memberi tahunya jika sebelum mark ke toilet dia menitipkan ponsel dan juga hadiahnya pada kwanghee.
“Apa yang ingin kau katakan?... datang saja jika kau memang perlu”, -Ko eun
Mark tidak mengunci layar ponselnya dengan password ataupun pola sehingga jaemin masih bisa Membuka ponsel mark dengan mudah.
“Jaemin-ah”, jaemin menoleh dan mendapati jaehyun menatapnya dengan khawatir. Ji Sung menangis tak henti-hentinya setelah tahu mark diculik dan jaehyun baru saja menidurkannya.
“Mark hyung bagaimana?”, Tanya jaemin pelan.
“Paman yang akan menyelamatkannya”, jaehyun membelai surai rambut jaemin dan tersenyum kecil agar jaemin lebih tenang.
“Ijinkan aku pergi mala mini ya hyung?”
“Andwe!... Kau tidak akan kemana-mana”, larang jaehyun dengan tegas.
“Mark hyung berjanji akan menemui ko eun sunbae… hyung menyiapkan hadiah,,.. aku tidak ingin ko eun sunbae khawatir”, jaehyun terdiam dan memperhatikan hadiah yang ada didekat jaemin.
“Aku akan mengantarmu”, putus jaehyun. Jaemin mendesah pelan, dia tidak akan bisa kabur jika jaehyun sudah ikut. Mungkin dia punya kesempatan kabur saat dia kesekolah besok.
***
“Jaemin?... o?...anyeonghaseyo oppa”, sapa ko eun setelah menemukan jaehyun berdiri dibelakang jaemin. Ko eun segera mempersilahkan mereka masuk kedalam apartementnya.
“Kenapa-“
“Mark hyung tidak bisa datang”, kata jaemin menjawab. Hanya dari tatapan ko eun yang terlihat bingung, jaemin tahu ko eun mencari mark.
“Waeyo?”, Tanya ko eun ragu, ada kekecewaan diwajahnya. Jaehyun membelai wajah ko eun pelan dan tersenyum kecil.
“Berdoalah….. Tadi Siang Mark diculik”
“Apa?”, pekik ko eun tak percaya. Bagaimana mungkin mark harus mengalami hal-hal seperti ini?
“Hyung menyiapkan hadiah ini untuk sunbae”, Jaemin menyerahkan sebuah kado yang dipersiapkan mark untuk ko eun.
“Aku rasa itu dibelikan oleh mark sebagai rasa terima kasihnya padamu… karena kau yang selalu ada disisinya selama ini…. Aku juga ingin berterima kasih… dan aku berharap… kau akan selalu mendukung mark da nada disisinya”, Tanpa terasa ko eun meneteskan air matanya, dia tak meyangka mark akan memberikan sebuah hadiah untuknya.
“Ouh”, Ko eun terkejut ketika membuka kado itu, Mark membelikan Novel incarannya dan seingat ko eun dia hanya mengatakan hal itu sekali. Ko eun membuka novel itu dan menemukan sebuah Note di halaman no 28.
“Cinta itu adalah tentang kenyamanan dan aku nyaman bersamamu. Ko eun-ah, aku tidak meminta apapun darimu, tapi ijinkan aku untuk mencintaimu dan selalu menemuimu.” –Mark Jung
“Mark”, Ko eun menangis, dia menangis lebih keras karena pernyataan cinta mark untuknya. Ko eun selalu membenci mark sejak dulu tapi ketika dia tahu alasan dibalik prilaku buruk mark, dia merasa iba dan tidak tega. Tapi jika bisa ko eun bicara, dia juga nyaman bersama mark, semua waktu yang telah dia lalui bersama mark terasa berbeda dan special. Meskipun terkadang menyebalkan tapi mark selalu membuat ko eun mengkhawatirkannya dan memikirkannya. Mark sudah menjadi bagian hidup ko eun tanpa dia sadari dan ko eun tak ingin terjadi hal buruk pada mark. Cukup sekali ko eun melihat mark terpuruk dan itu sangat menyakiti hatinya.
“Mark akan selamat… ayahnya tidak akan membiarkan mark terluka… berhentilah menangis”, jaehyun menyeka air mata ko eun dan memeluknya. Menenangkan ko eun meskipun dia juga cemas dan takut terjadi hal buruk pada mark.
***
“Ayah menculik mark”, Renjun dan tiffany menghela nafas pelan. Mereka tak habis pikir dengan kelakuan ayah mereka. Apakah ayahnya memiliki dendam tersendiri dengan keluarga jaemin?... tapi apa yang mendasarinya?... apa hanya karena wanita itu?... apa mungkin wanita itu bukan sahabatnya melainkan selingkuhannya?
“Aku sudah tidak bisa tinggal diam nuna… kita harus menghentikan ayah”, putus renjun.
“Lalu apa yang ingin kau lakukan?... kita bahkan tidak tahu dimana ayah sekarang… ibu juga tidak tahu”, Tiffany juga tidak mengerti dengan jalan pikiran ibunya, kenapa ibunya seolah tidak peduli dengan apa yang dilakukan ayahnya, dia bahkan tidak peduli tentang wanita bernama soo yeon yang tak lain adalah ibu mark.
“Aku akan melaporkan ayah”, kata renjun mantap.
“Kau gila?... kau tidak punya bukti renjun-ah… dan kau pikir kepolisian akan percaya dengan anak dibawah umur sepertimu?”,
“Karena itu aku memberi tahu nuna…. Nuna lah yang harus melaporkannya… kita tidak punya pilihan nuna… kalau tidak, bukan hanya mark sunbae.. ayah mungkin akan melukai jaemin dan jaehyun hyung lagi”, tiffany menelan ludahnya perlahan dan memejamkan matanya.
“Memangnya bukti apa yang kau punya?”, renjun mengeluarkan sebuah flashdisk dan meletakkannya diatas meja.
“Aku menyelamatkan video pembunuhan orang tua jaemin yang akan dihapus oleh ayah… dan… disana juga ada beberapa foto ayah yang bertemu dengan bos besar organisasi gelap korea”, tiffany terngaga, bagaimana mungkin adiknya bisa memiliki bukti seperti itu.
“Dari mana kau mendapatkannya?.... dan sejak kapan kau memiliki barang ini?”
“Aku menyelinap ke ruang kerja ayah setelah aku tahu ayah membunuh orang tua jaemin… aku ingin membantu jaemin… tapi rasa bersalah dan ketakutanku mengalahkan tekadku untuk memberi tahunya”, tiffany mendesal pelan. Adiknya sudah menderita selama 2 tahun ini dan dia sama sekali tidak tahu.
“Ayo kita lakukan… kita akan membela kebenaran… kita kan menyelamatkan cintaku dan persahabatanmu”, putus tiffany. Bagaimana pun dia tidak bisa terus berdiam diri sementara ayahnya melakukan hal-hal buruk pada keluarga jaehyun. Jaehyun mencintainya sepenuh hati dan kini tiffany akan membalas semua cinta jaehyun, dia tidak akan meminta jaehyun kembali padanya lagi. Dimaafkan dan jaehyun hidup dengan bahagia saja sudah cukup untuk tiffany.
***
Jaemin dengan sedikit memaksa jaehyun tetap bersikukuh untuk sekolah meski awalnya jaehyun tidak mengijinkan karena khawatir, Beruntungnya Yoon ho ada dipihak jaemin jadi jaemin tetap bersekolah hari ini.
“Paman Kwanghee dan jeno akan menjagamu… jangan pergi kemanapun sendirian… ok?”, jaemin tersenyum dan mengenggam tangan kakaknya.
“Iya hyung,… aku sudah besar,… jangan khawatir seperti itu”, kata jaemin berusaha menenangkan kakaknya.
“Aku tidak ingin kehilangan dirimu lagi…. Jadi jangan pernah pergi dariku”, pinta jaehyun memohon. Jaemin menggerti ketakutan kakaknya dan dia sungguh menyesal karena sepertinya dia tidak bisa mengabulkan hal itu.
“Hyung”, jaemin memeluk tubuh kakaknya erat menggusap punggungnya. “Kita…. Kenapa kita tidak memaafkan tiffany nuna dan renjun?... seperti kita yang tidak membenci mark hyung meski dia adalah putra bibi soo yeon…. Kenapa kita tidak membangun hubungan baik kembali dengan tiffany nuna dan renjun?.... omma…. Omma selalu mengajarkan kita untuk tidak membenci orang atau menyimpan dendam…. Karena itu juga aku tidak pernah membenci ayah dan hyung meskipun omma mengatakan kalian mengusir kami…. Jika… jika omma tak mengatakan itu… aku.. mungkin aku akan membenci kalian”, Jaehyun menjauhkan tubuh jaemin darinya dan menatap kedua matanya jaemin lekat-lekat.
“Maafkan kami…. Kau boleh membenci kami jika kau mau”
“Tapi aku tak bahagia” kata jaemin tulus. “Ayah dan hyung memberikan seluruh kasih sayang kalian untukku untuk menebus semua kesalahan masa lalu kalian…. Kalian menyayangiku dan aku juga sangat menyayangi kalian… jika aku membenci kalian… kalian akan terluka dan aku tidak pernah bahagia akan hal itu… hyung”
“ya… katakan sayang”,
“Kabulkan permintaanku”
“Akan aku lakukan semuanya untukmu”
“Maafkan tiffany nuna dan kembalilah bersamanya”, pinta jaemin memohon.
“Jaemin-ah…itu-“
“Aku mohon… aku juga sudah bicara dengan renjun dan aku tidak bisa terus menerus membencinya dan melupakan persahabatan kami… kita harus ingat bahwa kesalahan orang tua tidak harus ditanggung oleh anaknya… mereka berbeda hyung… aku mohon…. Carilah kebahagiaanmu hyung… dan itu adalah tiffany nuna… aku mohon”, kelemahan terbesar jaehyun adalah permintaan jaemin dan ini adalah permintaan paling sulit yang jaemin inginkan.
“Aku akan memikirkannya”, putus jaehyun akhirnya.
“Aku mencintaimu hyung”, jaemin mengecup pipi jaehyun
“Aku juga mencintaimu jaemin-ah”, jaehyun memeluk tubuh adiknya begitu erat sebelum dia membiarkan jaemin turun dari mobil dan masuk kesekolah. Entah kenapa jaehyun sangat berat melepaskan jaemin kesekolah hari ini. Jaehyun tak ingin berpisah dari adiknya tapi dia tidak bisa egois, jaemin sudah terlalu sering tidak masuk sekolah dan itu akan mempengaruhi nilainya.
***
#####
Tiba-tiba kangen mark di dream...☹☹☹☹☹

KAMU SEDANG MEMBACA
Everything For You
FanfictionAku tahu segalanya tentangmu tapi aku takut kau akan membenciku jika kau tahu semuanya -Jung Jaehyun Hidupku penuh Kemalangan sejak orang tuaku pergi tapi aku mendapatkan kebahagiaan ketika kau datang.... bahkan meski kau hanya orang asing dalam hid...