Being Close

3.1K 376 13
                                    

***
“tapi aku tidak punya hak dirumah ini”,

Jaehyun tak bisa tidur. Setelah memastikan jaemin dan mark tertidur, jaehyun duduk di teras belakang rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan jaehyun sama sekali tidak ingin tidur. Kata-kata jaemin terus terngiang dikepalanya.

“aku mencarimu… ternyata kau disini”, yoon ho ikut duduk dibangku yang ada disebelah jaehyun. “apa yang kau pikirkan??... seharusnya kau senang karena jaemin dan mark sudah pulang dan kondisi mereka makin membaik”, tanya yoon ho heran dengan sikap diam anaknya.

“Aku memikirkan kata-kata jaemin… aku… aku memikirkan bagaimana mark dan jaemin akan bicara… aku memikirkan ji sung yang sekarang bersama wanita itu…aku… aku memikirkan tiffany yang dirawat dirumah sakit… aku memikirkan renjun yang merupakan adik kandung tiffany… aku memikirkan bagaimana caraku untuk menghancurkan ayahnya…. Dan…. Aku merindukan ibu”, mungkin ini pertama kalinya sejak jaehyun kembali dari amerika, dia mengatakan semua hal yang ada dipikirannya.

“apa yang jaemin katakan padamu??”,

“meskipun dia adikku dan putra ayah, dia tidak punya hak dirumah ini…. Aku tidak bisa menerima hal itu-“,

“dia masih putra Na Jun Ki… selama dia masih memakai marga Na, secara hukum dia masihlah putra Na Jun Ki…. Dia tidak punya hak secara hukum dirumah ini”, jaehyun terdiam. Itu benar dan jaehyun tahu tapi jaehyun masih tidak bisa menerima hal itu.

“Kenapa ibu harus mengganti marga jaemin??”,

“aku dan ibumu yang memutuskan… Jun ki sebenarnya tidak mau karena dia takut itu menyakitiku tapi aku memohon agar jaemin selamat”,

“separah apa kondisi jaemin saat itu??”,

“dia lumpuh sementara… dia kesulitan bicara dan kebingungan, dia tidak tahu siapa namanya, siapa ibunya, semua hal.. dia melupakan segala hal… awalnya ibumu memberi tahu jaemin jika namanya jung jaemin dan aku adalah ayahnya tapi dia menggeleng.. dia menolak… dia mengerang kesakitan… dia menangis histeris dan tidak mau bicara dengan siapapun… dia hanya percaya pada ibumu saat itu… ketika aku bicara dengan dokternya saat itu, kami menyimpulkan jika jaemin menolak ingatan masa lalunya.. karena setiap kali kami mengingatkannya, dia selalu menangis dan kesakitan… jadi kami memutuskan untuk menghapus ingatan masa lalu jaemin dan menggantinya dengan yang baru.. yang tidak ada hubungannya dengan masa lalunya”, yoon ho tersenyum miris lalu mendongak menatap bintang di langit.

“ayah terluka”, tebak jaehyun. Yoon ho kembali tersenyum miris.

“kau tahu kapan aku berpikir bahwa lebih baik aku mati saja??”, jaehyun menggeleng pelan. “Saat aku diberi tahu jika ibumu berselingkuh dan jaemin bukan anakku”, tanpa sadar air mata yoon ho terjatuh. “aku sangat mencintai ibumu…aku merasa hidupku hancur… aku menikah lagi karena aku hanya ingin kau tumbuh dengan baik, tidak kekurangan kasih sayang… dan tanpa sadar aku berubah menjadi sosok dingin yang tidak peduli hal lain selain pekerjaan dan dirimu… jika bukan karena dirimu, aku mungkin sudah mengakhiri hidupku-“,

“Ayah”, jaehyun sungguh tak menyangka jika ayahnya sangat rapuh dan terluka sedalam itu.

“dan aku berpikir hidupku hancur untuk kedua kalinya saat kalian kecelakaan… aku dan ibumu terpaksa mengirimmu ke amerika, terpaksa membiarkan jaemin menghapus ingatan masa lalunya…bahkan ketika jaemin menolakku dan menangis setiap kali kami menyebut namanya jung jaemin, rasanya sangat sakit… bahkan secara tidak langsung aku telah kehilangan kedua putraku bahkan wanita yang paling aku cintai”, jaehyun mendekati ayahnya dan menangis bersama dengannya.

“maafkan aku ayah… aku sempat berpikir ayah tidak peduli pada kami lagi”, sesal jaehyun memeluk erat tubuh ayahnya.

“tidak jaehyun… kami yang bersalah… kalian hanyalah korban”, yoon ho melepaskan pelukkan jaehyun lalu menghapus air matanya.

“ayah sudah melacak keberadaan soo yeon dan ji sung…setidaknya kita harus membawa ji sung dulu… sidang perceraian ayah 2 hari lagi… tetaplah pada ancamanmu maka soo yeon tidak akan berpikir lagi untuk bercerai dariku… kita sahkan namamu setelah kami bercerai… saat ini juga tidak memungkinkan… beberapa pemegang saham menunjukkan tanda-tanda aneh… sepertinya ayah tiffany mulai mempengaruhi mereka agar tidak mendukungmu nanti”, kata yoon ho menjelaskan situasi perusahaan dan keluarga mereka.

“Aku akan membantu sebisaku ayah… apa yang harus aku lakukan?”, tawar jaehyun.

“pertama… kau harus selalu mengawasi jaemin dan mark… tapi aku tahu kau tidak bisa melakukannya.... jadi mark akan dijaga oleh taeyong yang juga dokternya.. sementara jaemin akan dijaga oleh jeno dan juga kwanghee… dia adalah teman pamanmu… dan… aku sudah menghubungi pamanmu dijepang-“,

“pamanku??... solma??-“, yoon ho mengangguk ragu.

“kakak kandung ibumu… ayah kandung mark… aku sudah menemukannya”, jaehyun terkejut bukan main. Dia bahkan tak tahu ibunya memiliki kakak dan sebentar lagi mereka akan bertemu.

“apa ayah akan menyerahkan mark??”,

“ani.. aku meminta bantuannya untuk menghancurkan ayah tiffany… hanya dia yang bisa melakukannya”,

***

“ani… aku meminta bantuannya untuk menghancurkan ayah tiffany”, mark menutup mulutnya dan bergegas pergi sebelum jaehyun dan yoon ho tahu jika mark mendengar pembicaraan mereka.

Sebenarnya mark ingin mendengar tentang ayahnya lebih jauh pada yoon ho tapi dia mengurungkan niatnya setelah jaehyun mulai berbicara dengan serius.

Mark buru-buru naik ke lantai atas dan hendak kembali kedalam kamarnya tapi langkahnya terhenti tepat di depan kamar jaemin. Mark mendengarkan hampir seluruh pembicaraan jaehyun dan yoon ho. Mark bahkan ikut menangis saat yoon ho berkata betapa dia ingin mengakhiri hidupnya karena berpikir cintanya dikhianati. Mendengar cerita yoon ho, mark semakin menyesal, setiap kata yang jaemin ucapkan padanya dulu kembali memenuhi pikirannya. Mark benar-benar tak pernah bersyukur, jaemin melalui hidup yang lebih sulit dari apa yang bisa bayangkan. Dia terlahir didalam keluarga kaya dan utuh tapi semuanya hancur karena kehadiran ibunya.

Mark mendekati pintu kamar jaemin, dengan gerakkan ragu mark berniat membuka pintu kamar jaemin, tapi mark belum siap. Dia menurunkan tangannya dan berniat kembali ke kamar tapi langkahnya terhenti ketika mendengar jaemin berteriak.

“OMMA!!!!”, tanpa pikir panjang mark bergegas membuka pintu kamar jaemin. Betapa terkejutnya mark karena jaemin sudah tidak ada diatas tempat tidur. Mark mencari dengan panik dan kembali terkejut ketika menemukan jaemin meringkuk dipojok kamarnya. Menenggelamkan kepalanya diantara lututnya yang ditekuk.

“Jae… Jaemin”, panggil mark ragu sambil menghidupkan lampu utama kamar jaemin. Tubuh jaemin bergetar dan mark melihat ada sebercak darah didekat jaemin.

“Jaemin??.. kau terluka??... kau kenapa??”, tanya mark panik.

“omma… hiks..hiks..ayah...”, mark semakin panik karena tatapan ketakutan dimata jaemin. Jaemin mungkin bermimpi buruk.

“tunggu… aku akan memanggil Ayah dan Jaehyun hyung”, tanpa berpikir lagi mark berlari menuruni tangga dan menghampiri Yoon ho dan jaehyun.

“Mark??... kau belum tidur??”,

“ani… itu..”, mark mengatur nafasnya sebentar sambil menunjuk ke atas. “Jaemin-“,

“Jaemin kenapa??”, hanya dengan mendengar nama jaemin, nada suara jaehyun berubah menjadi tajam dan mengintimidasi.

“dia tadi berteriak lalu aku menemukannya di lantai… dia menangis..dia-“, belum selesai mark mark menjelaskan, yoon ho dan jaehyun sudah berlari dengan panik. Mark menghela nafas pelan, Dia baru mengerti kenapa cinta dan kasih sayang yang dimiliki yoon ho dab jaehyin kepada jaemin begitu besar.

-

“Jaemin.. sayang”,

“Ayah!... Ayah… hiks..hiks… mereka membunuh omma… hiks..hiks..hiks.. mereka membunuh omma”, jaemin langsung melonjat memeluk ayahnya begitu erat dan menangis. Dia bermimpi buruk, bukan… lebih tepatnya dia mengingat adengan kematian ayah tirinya dan ibunya.

Yoon ho memeluk erat tubuh jaemin tak kalah erat dan saat itu dia melihat baju jaemin ternodai darah.

“Jaehyun… ambil peralatan dokter ayah”, perintah yoon ho. Meskipun tenang tapi masih terlihat kepanikan dinada suaranya.

“ne ”, jaehyun bergegas turun ke kamar utama untuk mengambil peralatan dokter yoon ho.

-

“mark tidurlah disini”, yoon ho menepuk sisi disebelah jaemin. Jaemin sudah selesai diobati dan dia sudah tidur lagi tapi dia tidak mau tidur sendirian. Jaemin memeluk tubuh ayahnya begitu erat bahkan hingga dia tertidur.

“aku akan kekamarku saja”, tolak mark halus tapi jaehyun dengan cepat mendorong tubuh mark mendekati kasur.

“aku juga akan tidur disini… jadi jangan kemana-mana”, jaehyun menutup pintu kamar jaemin lalu mematikan lampu utama kamar jaemin.

“tidurlah mark”, jaehyun mendorong mark agar berbaring lalu dia ikut berbaring disamping mark.

“apa ini tidak terlalu sesak??”, tanya mark ragu.

“tidak… sudah… tidur saja.. kau pasti lelah”, mark terdiam membeku saat jaehyun memeluknya lalu memejamkan matanya. Disampingnya jaemin membelakanginya memeluk tubuhn yoon ho.

“tidurlah mark… ini sudah malam… jangan khawatir… jaemin akan baik-baik saja… dia hanya belum bisa ditinggal sendirian saat tidur”, kata yoon ho menjelaskan dan mark akhirnya menurut untuk tidur.

Malam itu yoon ho tidur paling akhir, dia menatap ketiga putranya yaang terlelap dalam damai, dia bertekad untuk merebut ji sung dari tangan wanita itu. Dia tidak boleh hidup dengan hasutan wanita itu.

***

Ji sung mendengus kesal setelah pelayan di rumah yang entah dimana itu keluar dari kamar sementaranya. Ji sung sudah dikurung berhari-hari di rumah asing ini oleh ibunya. Dia bahkan tidak pergi kesekolah dan hanya belajar bersama seorang guru yang datang ke kesana.

“selamat pagi ji sung-ah”, sapa sang guru dengan ramah.

“aku tidak mau belajar!... aku mau pulang!!”, kesal ji sung membelakangi tubuh gurunya. Guru itu mendesah pelan, dia sebenarnya ingin bertanya tapi dia takut mencampuri urusan orang lain.

“baiklah… aku tidak bisa memaksamu”, guru itu duduk di dekat meja belajar lalu menatap ji sung penuh tanya. “boleh aku bertanya sesuatu padamu??”, tanya guru yang tak lain bernama kang seul gi. Ji sung menoleh dan mengangguk ragu.

“apa kau tidak pergi kesekolah??... apa kau sakit??... “, ji sung menggeleng kesal.

“omma mengurungku disini!... ini bukan rumahku… aku mau pulang!”, kesal ji sung lalu mulai menangis. Kang seul gi seketika panik karena ji sung menangis begitu keras.

“ji sung-ah.. jangan menangis….. nanti ibumu mendengar”, bisik seul gi berusaha menenangkan ji sung.

“aku mau pulang… huaaa… aku ingin tinggal dengan jaehyun hyung saja… huaa… hiks..  hiks… Hiks…”, tangis ji sung sesegukan.

“dia kakakmu??”, tanya seul gi dan ji sung mengangguk.

“bu guru… tidak bisakah ibu menelfon kakakku??.. aku mau pulang”, pinta ji sung memohon. “omma tidak menyayangiku.. dia selalu marah-marah padaku dan tidak peduli padaku”, seul gi yang awalnya ragu untuk membantu ji sung, akhirnya berpikir ulang. Sepertinya ji sung benar-benar tidak mau tinggal dengan ibunya.

“baiklah… ibu akan membantumu… kau ingat no telfon kakakmu??”, ji sung menggeleng sedih.

“kalau begitu nama kakakmu… atau alamat rumahmu”, ji sung berpikir sebentar. Dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya lalu memberikan itu pada seul gi.

“jaehyun hyung dan mark hyung… mereka kakakku… ayahku seorang dokter… aku tidak ingat alamat rumahku tapi… nama ayahku Jung Yoon Ho…”, seul memperhatikan foto 4 orang anak laki-laki yang ada di foto itu. Dia tahu siapa itu Jung Yoon Ho, siapa yang tidak kenal dengan dokter bedah terbaik di korea.

“sekarang berhenti menangis.. bu guru akan menghubungi ayahmu.. bersikaplah yang baik agar ibumu tak curiga.. ok??”, ji sung mengangguk antusias dan menghapus air matanya.

“ghamsahamnida bu guru”, kata ji sung sambil memberi hormat.

***

Jaehyun memutus panggilan telfonnya dengan yoon ho, dia baru saja diberi tahu jika ada seseorang yang memberi tahu keberadaan ji sung. Jaehyun ingin pergi tapi dia ragu meninggalkan jaemin dengan mark berdua saja. Bukan karena takut mark mungkin akan menyerang jaemin lagi tapi lebih kepada mereka berdua masih dalam kondisi sakit.

“mark”, mark yang tengah fokus menonton tv menoleh untuk menatap jaehyun.

“hmm… aku… aku harus pergi ke rumah sakit sebentar… apa… apa kau bisa membantuku menjaga jaemin??”, mark menggigit bibir bawahnya dan menatap jaemin yang tengah tidur siang di sofa ruang tamu. Dia tidak percaya pada dirinya sendiri bagaimana mungkin jaehyun mempercayakan jaemin padanya.

“tapi-“,

“aku akan meminta seseorang datang sebentar lagi… hanya sebentar… ya??”, pinta jaehyun dan mark dengan pasrah mengangguk.

“aku percaya padamu… kau anak yang baik mark… ingatlah satu hal… jaemin adalah adikmu… dia saudaramu… kau sudah tahu bahwa kita saudara sepupu… jadi perlakukan dia seperti adikmu.. ya??”, mark mengangguk sekali lagi. Jaehyun tersenyum kecil sebelum memberikan kecupan kecil di kening mark lalu di kening jaemin.

“aku akan segera kembali”, jaehyun bergegas pergi dari rumah dan pergi ke rumah sakit. Dia harus segera mengambil ji sung dari wanita itu.

-

Mark masih setia menonto tv ketika jam menunjukkan pukul 4 sore, jaemin sudah tidur selama 3 jam dan itu tidak baik untuk kesehatannya. Mark ingin membangunkan jaemin tapi dia masih ragu untuk melakukannya.

“tuan Jaehwan masih belum bangun??”, mark menoleh dan mendapati bibik lee membawakan minuman hangat dan juga beberapa cemilan untuk mereka.

“belum”, jawab mark ragu. Jaehyun sudah memberi tahunya tentang bibik lee dan kenapa dia memanggil jaemin dengan jaehwan.

“aigoo.. uri jaehwanie… bangun sayang… ini sudah sore”, bibik lee membelai lembut surai rambut jaemin hingga jaemin merasa terusik dan bangun.

“sudah sore sayang… ayo bangun”, jaemin menyerjapkan matanya lucu lalu berusaha duduk dengan baik tapi dia masih belum sadar betul hingga hampir terjatuh, spontan mark menghampiri dan menyangga tubuh jaemin.

“kau-.. kau seharusnya berhati-hati”, kata mark ragu. Jaemin menatap mark masih terkejut lalu terkekeh pelan. Mark sungguh tak mengenali sikap jaemin sejak kemarin. Jaemin seperti orang yang berbeda. Sifatnya seperti berbanding terbalik dengan jaemin yang dia kenal pendiam, mandiri dan terkesan dingin.
Jaemin menunjukkan sikap manja, rapuh dan bahkan banyak bicara sejak kemarin. Mark pikir mungkin inilah sikapnya yang asli sebelum dia hilang ingatan.

“bibi membuatkan beberapa kue kesukaanmu… makan yang banyak ya… anda juga tuan mark”, mark hanya mengangguk pelan. Bibi lee meninggalkan mereka berdua saja dan tentu saja suasananya menjadi sangat canggung.

“jaehyun hyung dimana hy-….eh… sunbae?”, tanya jaemin dengan kekehan pelan. Mark tersenyum ragu, jaemin hanya ingin memanggilnya hyung seperti seharusnya tapi mark bekali-kali menolak.

“jaehyun hyung harus pergi ke rumah sakit… sepertinya.. hmm.. ayahmu ingin bicara”, sahut mark ragu. Mark membantu jaemin membenahi posisi duduknya lalu menuangkan secangkir the untuknya.

“aku tidak suka teh.. apa aku tidak boleh minum kopi??”, mark menaikan alisnya tak percaya. Jaemin benar-benar berbeda, apa dia sekarang sedang menunjukkan agyeo didepannya??

“jaemin-ah… apa.. apa kau memang seperti ini??”, tanya mark ragu. Atau bisa jadi jaemin seperti ini akibat shock dikepalanya.

“wae??... apa aku aneh hyung??...eh… sunbae”,

“kau bisa memanggilku hyung… lagi pula aku memang kakak sepupumu”, kata mark akhirnya.

“sepupu??.. hyung??”,

“ayah kandungku… kakak kandung ibumu”, jaemin tak mengerti. Benarkah seperti itu??.. bagaimana bisa??..

“lain kali saja aku jelaskan… katakan padaku… apa kau memang seperti ini??.. atau apa ini pengaruh lukamu??”, tanya mark lagi dan jaemin kembali terkekeh.

“ini memang sifat asliku hyung… aku bersikap dingin dan pendiam setelah omma meninggal.. aku hanya berpikir harus mandiri dan kuat karena aku pikir aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi… aku bahagia karena akhirnya aku bertemu dengan ayah dan jaehyun hyung lagi”, kata jaemin menjelaskan.

“mianhae”, satu kata yang ingin mark katakan sejak bangun tidur pagi tadi. Tapi yoon ho dan jaehyun tidak memperbolehkan mark membicarakan itu dulu karena jaemin mungkin masih terguncang karena mimpi buruknya.

“kenapa hyung minta maaf??... aku yang minta maaf… karena aku kembali begitu saja didalam keluarga ini”,

“kau adalah anggota keluarga ini yang sebenarnya…maaf sudah membuatmu merasa bersalah”, jaemin tersenyum kecil lalu mengenggam erat tangan mark.

“terima kasih sudah berubah hyung… dari pada meminta maaf… bukanlah lebih baik kita bersyukur??”, mark ikut tersenyum dan mengangguk.

“terima kasih karena kau selamat dan mendapatkan ingatanmu lagi… jika terjadi hal buruk padamu… jaehyun hyung tidak akan pernah memaafkanku”, jaemin tersenyum kecil lalu memeluk mark hangat. Mark membalas pelukkan jaemin tak kalah hangat. Rasanya melegakan karena dia bisa meminta maaf pada jaemin dan sekarang sudah tidak ada rasa iri atau pun dengki dihatinya.
***

####

Everything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang