Giving All My Happiness

3K 341 13
                                    

***
Jeno manatap khawatir jaemin ketika jaemin baru saja memasuki ruangan kelas. Jeno pikir jaemin akan terlihat murung dan tidak bersemangat mengingat mark diculik tapi jaemin justru melakukan hal sebaliknya. Jaemin tersenyum dan dia terlihat sangat tenang.

“kau baik-baik saja??”, tanya jeno khawatir.

“aku baik… jangan khawatir”, kata jaemin tenang.

“jinja??... setelah mark sunbae diculik??”, bisik jeno penuh selidik. Dia sudah mengenal jaemin lebih dari satu tahun dan dia yakin jaemin tidak mungkin tidak khawatir.

“hyung memiliki seorang ayah yang sangat hebat…. Paman akan menyelamatkannya… kau tidak perlu khawatir”, mendengar ucapan jaemin, bukannya tenang, jeno justru merasa heran. Jaemin orang yang peduli meski dia sering menyembunyikannya dengan sikap tenangnya yang terkesan dingin, tapi kali ini jaemin menunjukkan sikap yang kelewat tenang bahkan dia tersenyum dan itu terlihat sangat ramah bahkan bisa dibilang jaemin sedang bahagia.

“kau akan terus menatapku seperti itu??....kau pasti menyukai senyumanku”, tebak jaemin dan jujur jeno semakin bingung.

“kau sungguh baik-baik saja??”, tanya jeno sekali lagi dan jaemin akhirnya mendengus pelan.

“jika kau ingin tahu apa aku khawatir atau tidak… tentu saja aku khawatir… tapi aku tidak boleh menunjukkannya… lagi pula aku percaya pada pamanku… mark hyung akan baik-baik saja… jadi jangan membuat aku kembali khawatir”, kesal jaemin dan jujur saja jeno menyesal. Sepertinya dia terlalu sensitif sejak jaemin terluka lagi. Perubahan sifat jaemin setelah mendapatkan ingatannya cukup membuat jeno kebingungan dengan prilakunya.

“hehehe… mianhae…aku hanya khawatir”, sesal jeno dengan kekehan pelan.

“Jeno ya”, panggil jaemin ragu.

“O.. Wae?”, jawab jeno seadanya karena dia sedang bersiap mengeluarkan buku pelajaran pertama dari tasnya.

“Kalau aku pergi dengan hina lagi nanti malam… apa boleh?”, Jeno terdiam sebentar sebelum dia kembali mengeluarkan buku terakhir dari tasnya.

“Kenapa kau bertanya padaku?… itu hak kalian jika kalian ingin pergi berdua… kau sudah sadar jika kau menyukainya?”, tanya jeno dengan santai meski sebenarnya terlihat tidak ikhlas. Bagaimanapun jeno menyukai hina dan dia terkadang merasa kesepian saat jaemin dan hina pergi bersama.

“Kau menyukainya sementara dia selalu bersamaku-”

“jaem-”

“Aku berjanji tidak akan mengatakan hal itu lagi… sungguh… kita bertiga bersahabat dan kau juga harus berjanji tidak akan membicarakan hal itu lagi… aku tidak ingin ada perselisihan hanya karena hal itu lagi….dan tentang perasaanku untuknya..”, jaemin terdiam sebentar sebelum dia mengangguk. “Bohong jika aku mengatakan bahwa aku tidak menyukainya karena kenyataannya aku nyaman bersamanya dan aku bersyukur dia ada bersamaku… tapi bukan berarti aku bisa menjalin hubungan lebih dengannya… dia berhak mendapatkan kebahagiaan dan laki-laki yang lebih baik dariku…”

“Kau laki-laki yang baik jaem-”

“kau juga jeno-ya…lalu apa kita berdua bisa bersamanya?… tidak kan?”, jeno mengangguk pelan.

“Aku… untuk saat ini akan lebih mementingkan kakakku, ayahku dan keluargaku…. jadi…. maukah kau berjanji padaku?”, tanya jaemin pada jeno dan jujur saja jeno tak mengerti dengan pembicaraan jaemin.

“Apa yang kau inginkan dariku?”

“Tetaplah bersahabat dengan hina dan jagalah hina seperti sekarang bahkan aku harap kau akan memperlakukannya seperti seorang adik kecil”,

“Kau kenapa sih jaem?… dia itu tidak pernah mau bersikap manis padaku…aku tidak mungkin menganggapnya seperti adikku…tapi--”, jeno menatap jaemin penuh selidik, kenapa jaemin bicara seolah dia akan pergi. “Kau tidak merencanakan sesuatu yang anehkan?…. kau baru saja sembuh… jangan mencoba melakukan hal-hal aneh”, ancam jeno dan jaemin hanya tertawa pelan.

“Kau pikir aku bisa melakukan sesuatu jika jaehyun hyung akan memantauku 24 jam lewat kau, hina dan paman kwanghee?… aku pasti gila jika aku berhasil melakukannya”, jeno mengangguk mengiyakan. Benar juga, dia juga tidak akan membiarkan hal-hal buruk terjadi pada jaemin.

“Selamat Pagi Anak-Anak!”, Jaemin dan jeno spontan menoleh dan bersiap untuk menerima pelajaran baru karena guru Im sudah masuk ke dalam kelas.
***

Renjun menghembuskan nafasnya pelan sebelum membuka pintu menuju Atap. Dia tidak mengerti kenapa jaemin ingin bicara dengannya lagi.

“Kau mengelabuhi penjagamu?”, tanya renjun saat melihat hanya jaemin saja yang ada disana. Dia tidak ditemani oleh penjaganya.

“Anio… Paman Kwanghee sedang makan siang… nanti juga datang”, jawab jaemin santai dan entah kenapa renjun seolah melihat diri jaemin yang dulu. Jaemin yang selalu tersenyum ramah dan ceria.

“Apa yang ingin kau katakan?”, jaemin menggeleng lalu memberikan sesuatu kedalam genggaman tangan renjun.

“ini-”, renjun menatap jaemin tak percaya. Jaemin memberikan gelang persahabatan yang dulu pernah mereka beli bersama.

“Terima Kasih telah menjadi sahabatku selama ini… dan maaf karena aku pernah membencimu”, renjun menatap lekat-lekat gelang itu dan masih terlihat jelas inisial yang terukir disana. RJ “Renjun Jaemin”.

“Kau meninggalkannya di dalam lokerku… kau tahu apa yang aku pikirkan saat menemukan itu?…. Wuah… dia meninggalkanku setelah tahu ayahnya membunuh orang tuaku… dia bahkan tak menjengukku dan meninggalkanku sendirian… ini artinya persahabatan kami tidak ada artinya kan?…. begitulah aku berpikir…kau tahu kenapa aku membencimu?”

“Ayahku membunuh orang tuamu… aku tidak akan bisa melupakan itu”, jawab renjun dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

“Anio”, Renjun menautkan kedua alisnya karena bingung. “Aku membencimu karena kau tidak mencoba menemuiku disaat aku membutuhkan seseorang yang aku percayai… Aku pikir saat itu aku hanya memiliki dirimu didunia ini… tapi…kau tahu hal yang paling membahagiakan bagiku?…. dokter ajushi yang aku kenal sebagai sahabat ibuku…dia menemani aku sampai aku sembuh dan ternyata dia adalah ayah kandungku…. itu menakjubkan bukan?”, Jaemin tertawa pelan lalu menatap renjun lagi.

“Aku tidak ingin menyimpan dendam untuk siapapun lagi… ibuku akan menghukumku jika dia tahu… dan… aku ingin kau membantuku”,

“Apa?…Apa yang kau inginkan dariku?”

“Kembalilah menjadi sahabatku…..bantu aku mempersatukan Jaehyun hyung dan Tiffany Nuna lagi… dan…”

“Jaemin-ah”

“Bantu aku menuntut keadilan untuk Ayah na dan ibu”, Renjun terdiam, Dia tidak ingin melibatkan jaemi dengan hal ini karena dia tahu jaemin sudah cukup menderita akibat perbuatan ayahnya. Dia ingin jaemin hidup bahagia dan tenang tanpa memikirkan hal ini lagi.

***

Hina mengambil nafas dalam ketika bel pulang sekolah berbunyi, dia terlalu gugup karena jaemin tadi siang memberi tahunya jika dia ingin mengajak hina pergi berdua saja.

“Hina-ya”, Hina spontan menoleh dan jujur saja, detak jantung hina sedang tidak baik apalagi jaemin sedang tersenyum ke arahnya.

“Memangnya kita akan pergi kemana?”, tanya hina dengan suara setengah berbisik.

“Menemaniku berbelanja… aku akan membeli ponsel”, hina hanya menganggukan kepalanya mengiyakan.

“Jaemin-ah!”,

“o.. Injun-ah”, hina terkejut bukan main melihat jaemin tersenyum begitu lebar ketika renjun memanggilnya. Apakah mereka sudah berbaikan?

“Kita bertemu dibutik nanti”

“ok… aku akan pergi dengan hina dulu… tunggu aku ya… anyeong”, jaemin melambaikan tangannya pada renjun lalu menarik hina bersamanya.

“Kalian sudah baikan?”, tanya hina

“hmm…. tidak ada gunanya menyimpan dendam”, jawab jaemin santai.

“Kau memang luar biasa”, takjub hina. Bagaimanapun memikirkannya, jaemin memiliki hati yang begitu besar.

-

“Aku beli yang itu saja”, kata jaemin sambil menunjukkan ponsel yang ingin dia beli. Penjaga toko segera mengambilnya dan membiarkan jaemin mencobanya.

“Hina ya… ini bagus kan?”, hina segera menghampiri jaemin dan melihat ponsel yang akan jaemin beli.

“Bagus… kau suka warna putih?”, jaemin mengangguk lalu menyentuh beberapa fitur di ponselnya.

“Hina-ya”

Klik

“Hya!”, pekik hina setelah jaemin mengambil selfi mereka berdua dengan hina yang sama sekali tidak siap.

“wae?… aku hanya mencoba kameranya”, jawab jaemin santai dan justru mendapatkan pukulan dilengannya.

“Akgghh… sakit… kau galak sekali”, pekik jaemin sambil mengusap lengannya yang sakit.

“Siapa suruh jahil… hapus foto itu… aku terlihat jelek jaemin-ah… hapus”, Pinta hina sambil cemberut.

“kiyowo”, gemas jaemin sambil mencubit kedua pipi hina.

“Sakit jaemin!”, pekik hina dan jaemin akhirnya melepaskan melepaskan pipi hina.

“aisss”, kesal hina dan jaemin tertawa cekikikan sambil menyerahkan ponselnya kembali ke penjaga toko.

“aku ambil yang itu”,

-

Hina melipat kedua tangannya didada dengan kedua matanya yang tak lepas dari jaemin. Hina merasa jaemin bersikap aneh hari ini, jaemin bahkan bersikap terlalu jauh terbalik dengan dulu. Jika hanya karena ingatannya yang kembali, hina rasa ini terlalu derastis. Memang sih sejak sadar jaemin menunjukkan perubahan sikap tapi tidak sebanyak ini.

“Paman… apa jaemin seperti ini kemarin?… tidak kan?”, tanya hina pada kwanghee. Jaemin sedang sibuk memilih buku jadi hina punya kesempatan bertanya pada kwang hee.

“Anio… Kemarin jaemin menangis seharian karena dia pulang ke daegu”, Benar, jaemin kemarin pergi ke daegu dengan jaehyun. Apa mungkin dia bahagia karena akhirnya bisa mengunjungi ibunya?

“Jaemin-ah”

“hmm… wae?”, Jaemin tetap memperhatikan bukunya tanpa menatap hina yang kini sudah berdiri dihadapannya.

“Apa kau seperti ini karena kau sudah menemui ibumu?”, tanya hina ragu dan jaemin mengangguk mengiyakan.

“Aku sudah melawan rasa takutku… aku hebatkan?”, tanya jaemin dan akhirnya dia menatap hina.

“ah… jadi begitu… kau benar-benar membuatku khawatir, kau bersikap aneh sejak tadi”,

“berhenti mengkhawatirkanku… aku baik-baik saja”, jaemin mengacak pelan rambut hina dan tentu saja hina tersipu malu. Siapa sangka jika hina bisa sedekat ini dengan jaemin.

-

“Ayo tangkap aku hina-ya!”, seru jaemin sambil meluncur begitu cepat di arena ice skating.

“Jaemin!… tunggu aku!… aku belum lancar!… Jaemin-ah!’, pekik hina ketakutan. Dia masih tidak terlalu pintar mengendalikan keseimbanganya.

“Aku memegangmu”, hina bernafas lega saat jaemin akhirnya mendekatinya dan menganggam tangannya.

“Ikuti aku!’, Jaemin menarik hina bersamanya. Mengitari seluruh area ice skating sambil menggenggam erat kedua tangan hina.

“hahahaha,….Jaemin pelan-pelan….aaaaaaa…. hahahaha”, Jaemin dan hina tertawa bersama dan menikmati setiap waktu yang mereka habiskan di area ice skating.
-

“Kau boleh memberikannya untuk pacarmu nanti”, kata jaemin sambil memberikan dua buah gelang yang merupakan gelang pasangan.

“Kenapa kau membelikan barang seperti ini untukku?”, sebenarnya hina tidak suka jaemin mengatakan hal itu, karena hina berharap jaemin lah yang akan menggunakannya bersama dirinya.

“hmm… Aku ingin memberikan sesuatu yang berharga untukmu….kau sudah banyak menderita untukku…”

“Aku tidak meminta imbalan-”

“Aku tahu… tapi aku hanya ingin memberikan sesuatu untukmu”,

“Tapi kau sudah mendapatkan boneka ini untukku”, jaemin dan hina tadi juga bermain kotak mainan penangkap boneka dan jaemin menangkap satu boneka untuk hina.

“itu keberuntungan”, tawa jaemin. Hina ikut tertawa megeratkan genggaman tangannya pada jaemin. Entahlah sudah sejak kapan mereka terbiasa berjalan sambil berpegangan tangan, mungkin sejak mark hampir melemparkan minuman ke wajah hina. Tidak sering memang, hanya saja setiap kali jaemin memulai maka mereka akan berpenganggan begitu lama.

“Paman Kwanghee akan mengantarmu pulang setelah meninggalkanku di butik… terima kasih untuk hari ini”, Jaemin dan hina berhenti berjalan ketika mereka sampai didepan mobil jaemin. Jaemin menatap kedua tangan mereka yang saling bergenggaman lalu tersenyum.

“Tanganmu selalu dingin… kau harus menyediakan sarung tangan, jangan sampai sakit”,

“ada tanganmu yang akan menghangatkan tanganku kan?”, jaemin terkekeh pelan lalu mengangguk.

“sekarang… tapi nanti ada pacarmu”

“Kau benar-benar tak menyukaiku?”, senyuman diwajah jaemin perlahan memudar. Dia tersenyum lalu membenahi surai rambut hina.

“Kalaupun aku menyukaimu… kau dan aku punya janji yang sama…bahwa diantara kita bertiga hanya boleh ada persahabatan,… kita tidak ingin jeno terluka”, hina tersenyum pahit lalu menundukan wajahnya.

“Terima kasih telah menyukaiku dan selalu berada disisiku”, Hina mengangkat kepalanya lagi dan mendapati jaemin mendekatinya dan memberikan sebuah kecupan di keningnya.

“Jaemin-ah”, jika bisa memilih, hina ingin kabur saja saat ini. Wajahnya pasti sudah memerah seperti tomat. Betapa malunya hina karena perlakuan special jaemin.

“Kau mau berjanji untuk menjadi dokter yang hebat?”,

“Aku bahkan tak yakin bisa menjadi dokter”, gerutu hina.

“Berjanjilah untukku”, dengan ragu hina akhirnya mengangguk.

“Bertemu dengan laki-laki yang baik dan Bahagiakan kedua orang tuamu”

“Kenapa kau bicara seperti itu?”, Kenapa hina menjadi takut?…tatapan macam apa yang jaemin miliki sekarang?… kenapa rasanya sangat menyakitkan?

“Aku dengar Mark Hyung akan tinggal diluar negeri nanti untuk melanjutkan sekolahnya dan aku rasa aku akan ikut”, Jaemin bahkan tak tahu kenapa dia mengatakan hal itu sementara dia yakin jaehyun tidak akan mau jaemin pergi jauh darinya.

“Jinjaya?”, Jaemin hanya mengangguk dan tentu saja hina terkejut, dia memeluk tubuh jaemin begitu erat, dia tak ingin jaemin pergi jauh darinya.

“Sejauh apapun kau pergi… aku tidak akan pernah bisa menghilangkan perasaan ini untukmu… Aku tidak berjanji bisa menyukai laki-laki lain”, ambek hina.

“Jangan bercanda… kau pasti akan memiliki pacar atau bahkan sudah menikah saat aku kembali”

“Tidak akan!”, rengek hina lagi dan jaemin kembali tertawa.

“benarkah?… baiklah… jangan salahkan aku jika aku lah yang memiliki pacar atau bahkan sudah menikah”, hina spontan melepaskan pelukkannya.

“baiklah!… aku akan memiliki pacar!… kalau kau punya maka aku punya!”, kesal hina dan jaemin kembali tertawa.

“Bagus… kau memang gadis pintar”, Jaemin mengacak pelan rambut hina lalu memeluknya sekali lagi.

“Kaja… renjun sudah menungguku”, jaemin membiarkan hina masuk kedalam mobil duluan sebelum dia ikut masuk.
***

####

STAY AWAKE EVERYONE...

FF INI PALING BANYAK MASIH SISA 5 PART....

SILAHKAN BERPENDAPAT TENTANG ENDINGNYA...

Everything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang