5

2.6K 152 8
                                    

Hari telah pagi. Haidar sudah bersiap dengan seragam sekolahnya. Sambil memasang dasinya Haidar menuruni tangga.

Di meja makan sudah menunggu sang oma yang sedang mengoles roti dengan selai cokelat kesukaannya.

"My baby darling, good morning.. Sit down please. We get breakfast."

"Morning, Oma." Sapa Haidar sambil mengecup pipi omanya.

Widiya menyerahkan setangkup roti yang telah dibuatnya, "Kemarin kamu ke makam?"

Haidar hanya mengangguk karena mulutnya penuh dengan sumpalan roti. Tangannya juga sedang mengotak-atik hpnya.

"Mampir ke panti?"

Lagi-lagi Haidar menjawab dengan anggukan kepala lagi.

"Sama siapa?"

Dan Haidar menjawab dengan anggukan kepala saja sehingga membuat Widiya geram. Dengan gemas Widiya menjewer telinga Haidar.

"Aw aw aw. Ih kok Oma jewer telinga Haidar sih?" Tanya Haidar protes sambil mengusap telinganya.

Widiya menatap cucunya geram, "Kamu ya ditanya Oma cuma ngangguk doang. Kamu kira kamu lagi ngomong sama patung?"

"Maaf Oma. Ini Haidar lagi sibuk sama project yang harus launching bulan depan." Ujar Haidar menatap omanya sebentar lalu kembali dengan hpnya.

Wajah Widiya benar-benar memerah. Dia merebut hp Haidar.

"No tablet in the dining table, Haidar. You know Oma not like it. Dont make me angry."

Haidar menghembuskan napas, "Maaf Oma. Oke. Haidar engga bakal main hp di meja makan."

"Nah gitu dong. Jadi kemarin kamu ke sana sama siapa? Ratu?"

Wajah Haidar menampilkan raut keterkejutan, "Kok tahu?"

"Jadi benar? Wahh padahal oma cuma nebak. Udah oma duga kalau kalian itu ada sesuatu dibalik sesuatu."

Astaga jadi Haidar masuk ke dalam jebakan omanya. Dia hanya memutar bola matanya malas.

"Oma.. She just my assistant."

"Helehhh.. kalau cuma asisten engga mungkin kamu ajak ke makam sama panti. She is too special to be your assistant." Goda Widiya pada cucunya.

"What ever. As Oma wish aja. Haidar harus berangkat karena takut telat."

"Wait. Emi gimana?" Tanya Widiya membuat Haidar yang semula berdiri menjadi duduk kembali.

"Dia masih belum mau dibawa ke Singapura, Oma." Jawab Haidar lesu.

Widiya memijit pangkal pelipisnya, "Oma engga tahu lagi gimana ngebujuk Emi. Kalau dibiarin makin parah. Kamu bujuk dia. Toh soal biaya kita siap nanggung."

"Susah Oma. Dia terlalu keras kepala. Katanya takut kalau di negara orang. Haidar pusing mikirin." Keluh Haidar. Wajahnya terlihat jika ia sedang bingung.

"Oke Oma serahin semua urusan Emi ke kamu. Sekarang kamu mending berangkat sekolah nanti telat." Perintah Widiya.

Haidar mengangguk patuh. Dia segera menghabiskan segelas susu vanila kesukaannya hingga tetes terakhir. Setelah salim dengan omanya Haidar segera berangkat ke sekolah.

Namun saat mau menyalakan mesin mobilnya tiba-tiba terdengar panggilan masuk dari hpnya.

'Bunda'

Mantan Terindah ✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang