34

1.5K 89 2
                                    

"Jadi kamu mau ngomong apa?" Tanya Ratu yang memecah keheningan di antara mereka berdua.

Saat ini mereka sedang berada di pinggiran danau, duduk pada salah satu bangku kosong yang ada sana. Sejak kedatangan mereka di tempat itu, keduanya saling membisu menikmati kesunyian yang ada. Namun kelamaan Ratu merasa tidak nyaman juga.

"Kenapa kamu tega bocorin semua rahasia aku kepada Sandra?" Tanya Haidar menoleh pada Ratu.

"Rahasia apa?"

Haidar tersenyum miring, "Engga usah berlagak bego deh Rat. Ya rahasia apa lagi? Tentang keluarga aku dan juga bagaimana adanya Emi. Semua yang kamu tahu. Bahkan tentang surat wasiat itu."

Mata Ratu membulat, "Ratu engga pernah bocorin itu ke siapa-siapa. Mana mungkin Ratu bilang ke orang lain saat kamu percaya ke aku bisa nyimpan rahasia itu."

"Orang salah masa ada mau ngaku sih Rat? Apa salahnya Emi ke kamu? She just my sister and you're my girlfriend. I am still love you. So, what things that make you hate her?"

"Aku benci sama Emi? Engga ada sedikitpun rasa benci yang hinggap di hatiku buat dia. Mungkin sedikit kesal iya karena dia dengan mudahnya mengambil alih perhatian kamu dari aku. Tapi dengan menceritakan apa yang kamu percayakan kepada Sandra itu hal yang engga mungkin aku lakuin." Ujar Ratu melakukan pembelaan diri.

"Aku perhatian sama dia dan nemenin dia selama ini bukan karena rasa cowok kepada ceweknya. Tapi rasa perduli sebagai saudar-"

Ratu tersenyum miris, "Saudara? Tapi aku sama Kevan engga seperti kalian tuh."

Kening Haidar mengerut, "Maksud kamu apa?"

"Kamu bisa jelaskan hubungan saudara seperti apa yang melakukan ciuman di kedua bibir mereka?" Tanya Ratu menskak mat Haidar.

Wajah Haidar tersentak kaget. Dia memandang Ratu pelan, "Kamu tahu dari mana?"

Ratu terkekeh namun bukan menertawakan hal yang lucu, "Aku tadi berharap kamu ngelak dan punya alasan bahwa itu cuma editan. Tapi yah ternyata memang benar."

Rahang Haidar mengeras dengan tangan yang terkepal kuat, "Kamu.tahu.dari.mana?"

"Dari Sandra."

"Berarti dia benar. Dia yang mengacaukan hubungan kita. Tadi dia yang mendatangi Emi dan sekarang yang menye-"

Sebelum Haidar menyelesaikan ucapannya, Ratu dengan cepat menyela, "Jangan menyalahkan Sandra. Untuk tuduhan foto itu, aku justru bersyukur karena dia ngasih tahu. Andai bukan tahu dari Sandra, apa kamu bakal ngomong ke aku? Engga kan? Tapi buat tuduhan kamu yang kedua, Sandra ke tempat Emi dan ngelabrak dia sambil membeberkan apa yang kamu bilang ke aku? Aku engga setuju. Kenapa? Karena aku aja engga ngasih tahu dia apa-apa."

"Nyatanya dia yang udah bilang ke Emi. Ngancam dia sampai bikin Emi harus masuk ICU lagi."

Kini tangan Ratu yang mengepal, "Emi, Emi dan Emi. Kamu pasti tahu kalau dia itu suka sama kamu. Jangan ngelak lagi Haidar. Karena aku juga tahu arti tatapan dia ke kamu itu sama kayak tatapan aku ke kamu. Dan tatapan aku itu apa? Aku cinta sama kamu."

"Kamu percaya kalau ciuman itu terjadi secara sepihak? Aku engga ikut andil." Ujar Haidar.

Bukannya percaya tapi Ratu justru menggeleng dengan tegas. Dia bahkan sampai tersenyum miring menandakan kalau dia sangat tidak percaya dengan ucapan Haidar.

"Kamu engga percaya? Kamu kira aku murahan yang bisa asal cium?" Tanya Haidar mendesis tidak terima.

Ratu menggeleng-geleng, "Haidar, kamu aja engga percaya kan kalau aku bilang kalau aku engga cerita rahasia kamu ke Sandra? Terus gimana aku juga bisa percaya kalau kamu memang engga ikut andil dalam adegan ciuman itu? Kita impas Haidar. Kamu juga udah sama sekali engga perduli sama aku."

Mantan Terindah ✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang