Rasa sesak, marah dan kecewa memenuhi rongga dada Ratu. Seharusnya dia merasa senang setelah jalan-jalan dengan Sandra, tapi Kevan begitu teganya menghancurkan moodnya.
Setelah melempar tas dan sepatunya, Ratu melempar tubuhnya ke kasur. Dia memilih tengkurap sambil memeluk boneka kesayangannya. Boneka keropi yang dibelikan ayahnya satu tahun lalu. Saat ulang tahunnya yang ke 17.
"Ayah..Ratu kangen." Lirihnya seiring air mata yang mulai mengucur deras.
Rindunya pada satu-satunya pria yang menjadi cinta pertama yang tidak pernah sekalipun menyakiti hatinya.
Ceklek.
Ratu menghapus air matanya kasar saat menyadari ada seseorang yang masuk ke kamarnya. Dia merasakan sisi kasurnya yang lain bergerak.
"Teteh udah makan siang?" Tanya Dahlia sambil mengelus rambut putrinya.
"Udah." Jawab Ratu singkat.
Dahlia tersenyum mencoba memahami suasana hati Ratu. Anak gadisnya itu tidak bisa jika diingatkan dengan cara keras. Sejak kecil Ratu hanya akan luluh dengan kelembutan. Maka tidak heran jika terbentuk karakter yang manja pada diri Ratu.
Namun baik Dahlia dan suaminya tidak merasa keberatan dengan sifat manja Ratu. Berbeda dengan Kevan yang begitu kerasa terhadap Ratu, padahal Ratu adalah kakaknya.
"Ibu bingung melihat kedua anak ibu berseteru. Hah. Teteh ada masalah apa sama aa?" Tanya Dahlia dengan nada lebih lembut.
Ratu mendudukkan tubuhnya lelah, "Ibu, Ratu engga murahan kan?"
Dahlia mengernyitkan dahinya, "Engga dong. Anak ibu itu sangat berharga. Bukan murahan. Siapa yang bilang seperti itu?"
"Bu tolong bilangin ke aa, kalau Ratu bagaimanapun juga adalah tetehnya. Apa engga bisa dia sedikit menghormati dan menghargai Ratu? Bukannya mengatai dengan istilah yang sangat buruk itu."
Dahlia sangat memahami perasaan Ratu, dia mengulum senyumnya. Meskipun Ratu lebih tua dari Kevan namun tidak bisa dielakkan jika sang adik lebih dewasa. Mungkin karena faktor didikan dari kecil yang sedikit berbeda. Namun dia tidak menyesal pernah sangat memanjakan Ratu saat kecil. Hanya terkadang memang Kevan menjadi sangat keras kepada kakaknya.
"Iya nanti ibu akan bilang ke aa. Sekarang Teteh mau makan ya? Ibu udah bikinin pepes ikan kesukaan Teteh." Bujur Dahlia. Dia khawatir penyakit maagh Ratu akan kambuh jika telat makan sebentar saja.
Ratu mengangguk namun kemudian menggeleng.
"Loh kenapa engga mau? Emang Teteh engga lapar? Ini udah mau malam loh."
"Ratu mau makan kalau aa engga ada di situ."
"Oh jadi masih acara ngambek sama aa?" Goda Dahlia yang dibalas dengusan kesal dari putrinya.
Dahlia beranjak dari kasur dan berjalan menuju pintu, "Ya sudah. Ibu ambilkan makan ya."
Ratu tersenyum lebar, "Makasih Ibu. Sekalian barang belanjaan Ratu ya."
Setelah ibunya keluar, Ratu menutup gorden dan menyalakan lampu karena hari sudah mulai petang. Saat hendak mengambil baju ganti, suara hpnya mengalihkan perhatian.
"Haidar? Ngapain dia nelepon Ratu? Pas pacaran aja engga pernah." Gumam Ratu saat melihat id caller yang ada di hpnya.
Ekhem.
Saat hendak menggeser layarnya ke warna hijau yang terjadi selanjutnya Ratu mereject panggilan Haidar. Kemudian dia mengaktifkan mode silent.
Mungkin Haidar akan marah besok. Namun saat ini dia hanya ingin tidur. Melupakan niat awalnya untuk mandi, Ratu kembali menggelungkan selimut ke badannya dan terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah ✓ (Completed)
RandomCeritanya udah tamat. Tapi meski gitu engga ada salahnya kan tetap ngasih vote nya? Kalau kata Ratu, Haidar itu bukan cowok idaman. Udah cuek, kasar lagi. Haidar, "Bikin risih tau engga?!" Ga bisa bikin sinopsis kalau penasaran langsung baca aja. Ma...