Setelah menyelesaikan masalah dengan keluarga Zeno, Haidar mengajak Ratu untuk pergi keluar. Sebenarnya izin dari Adrian mudah saja didapatkan. Yang membuat sulit justru Kevan. Laki-laki itu seakan belum bisa memaafkan perbuatan Haidar 7 tahun lalu pada Ratu.
Terjadi perdebatan sengit antara Ratu dan Kevan. Ratu mengiyakan ajakan Haidar sedangkan Kevan melarang.
"A kenapa sih kalau Ratu jalan sama Haidar?" Tanya Ratu kesal.
Kevan menyorot tajam, "Lo engga ingat apa yang udah bajingan itu lakuin ke lo 7 tahun yang lalu? Lo lupa gimana wajah angkuhnya itu mengatai lo pembunuh dan mau masukin lo ke penjara? Hah apa nyatanya sekarang dia ngemis-ngemis kayak gini?"
"Gua udah jelasin semua ke Ratu dan minta maaf ke dia. Urusan gua sama Ratu, jadi apa masalahnya sama lo?" Sahut Haidar dengan nada dingin. Sudah cukup dia mengalah dengan berkata pelan pada Kevan. Jika memang nyatanya tidak ditanggapi dengan baik, maka ia tidak akan lagi memohon. Toh yang bersangkutan sudah memaafkan dia bukan?
"Udahlah A. Kenapa sih Aa bersikeras kayak gini? Toh yang menjalani itu Ratu, kenapa Aa yang mempersulit? Sekarang Ratu mau jalan sama Haidar."
"Tapi lo engga takut buat disakitin lagi sama dia? Kurang rasa sakit yang udah dia kasih? Lupa 3 tahun lo di London kayak orang gila karena merasa bersalah sama dia padahal kesalahan itu bukan lo yang perbuat?" Tanya Kevan menyadarkan Ratu.
Ratu menggeleng, "A pernah dengar quotes ini engga? Seseorang yang menyakitimu adalah seseorang yang kamu harapkan bisa menyembuhkan rasa sakit itu sendiri. Awalnya Ratu engga percaya, tapi kenapa engga? Everyone have some fault. Tapi setiap orang juga memiliki kesempatan untuk memperbaikinya. Aa jangan menghakimi orang lain seperti itu."
Kevan berdiri, "Terserah. Kalau lo emang ngga bisa dikasih tahu ya terserah. Tapi jangan nyesal kalau lo bakal disakitin lagi."
Setelah mengucapkan kalimat penuh ancaman itu, Kevan beranjak menuju kamarnya. Dia masih enggan untuk bersikap ramah pada Haidar.
"Engga usah didengarin omongan aa ya Had? Emang gitu dia mah kurang sajen hihihi. Kita langsung pergi aja gimana? Engga apa-apa nih Ratu pakai baju gini aja?" Tanya Ratu mengalihkan pembicaraan sambil melihat baju rumahnya dengan jilbab instant yang menutup kepalanya.
Haidar tampak menilai sebentar, "Emang kenapa sama baju kamu?"
"Ya engga kenapa-kenapa sih. Cuma kan kamu udah pakai baju rapi gini ya masa aku cuma pakai baju rumahan. Entar dikira kamu jalan sama asisten lagi." Ujar Ratu terkekeh.
Haidar tersenyum, "Orang lain kan cuma menilai aja engga tahu aslinya. Kamu kan emang calon asisten aku."
"Calon asisten?"
Mengangguk, "Iya asisten hidupku. Yang akan membantuku menghabiskan sisa usia kita dengan penuh kebahagiaan."
Ratu tergelak lalu memukul lengan Haidar, "Astaga. Kamu lagi ngegombal ini?"
Tapi wajah Haidar berubah menjadi serius, "Engga. Aku lagi engga ngegombal. Kalau kamu emang udah siap, sekarang juga aku lamar kamu ke ayah."
Yang semula Ratu tertawa, kini dia terdiam, "Kamu beneran?"
Haidar mengangguk mantap, "Iya. Aku engga pernah bercanda kalau menyangkut masa depan aku bareng kamu. Tapi aku tahu kamu butuh waktu buat siap. Aku cuma engga mau kamu merasa menjadikan aku sebagai bahan pelarian walau sebenarnya aku engga apa-apa."
"Had, kita omongin ini nanti aja gimana? Ratu ganti baju dulu. Kamu tunggu bentar ya." Pamit Ratu segera ngacir.
Sedangkan Haidar hanya menatap punggung Ratu dengan perasaan campur aduk. Mungkin terlalu cepat bagi perempuan itu untuk memahami hatinya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah ✓ (Completed)
RastgeleCeritanya udah tamat. Tapi meski gitu engga ada salahnya kan tetap ngasih vote nya? Kalau kata Ratu, Haidar itu bukan cowok idaman. Udah cuek, kasar lagi. Haidar, "Bikin risih tau engga?!" Ga bisa bikin sinopsis kalau penasaran langsung baca aja. Ma...