"Lo yakin kalau kondisi lo sudah membaik?" Tanya Haidar sambil membantu Emi untuk masuk ke dalam mobil.
Mereka sekarang berada di parkiran rumah sakit. Kemarin Haidar mendapat kabar dari dokter yang merawat Emi jika gadis itu sudah boleh dibawa pulang dan hanya perlu melakukan rawat jalan saja.
Memang saat di Singapura, Emi sudah melakukan tranplantasi tulang sumsum dan dinyatakan berhasil. Meski perlu melakukan check-up beberapa kali tapi menurut pihak rumah sakit Emi sudah bisa dirawat di rumah saja.
Emi tersenyum, "Iya Kak. Aku udah membaik kok. Kan Dokter Riyan sendiri yang bilang kalau aku bisa dirawat jalan. Kakak engga usah khawatir gitu."
Akhirnya Haidar mengangguk saja. Toh apa yang dikatakan Emi benar begitu seperti yang dikatakan dokter, "Ya sudah kalau lo merasa sudah lebih baik. Nanti kalau lo merasakan apa-apa, jangan menolak kalau disuruh ke rumah sakit lagi."
Haidar duduk di bangku penumpang di sebelah Emi. Karena tadi dia memang membawa sopir untuk jaga-jaga.
Emi menyentuh tangan Haidar pelan hingga laki-laki itu menoleh padanya.
"Kenapa?" Tanya Haidar.
Tersenyum, "Terima kasih karena Kak Haidar perduli sama Emi. Dan makasih juga karena udah buat oma mau perduli sama aku."
"Lo seharusnya berterima kasih sama Ratu. Karena dia yang membujuk oma supaya mau menerima lo." Tutur Haidar. Dia tidak bermaksud membuat perasaan Emi kecil hati.
Emi tersenyum masam tapi dia berusaha menutupinya dengan perasaan bahagia, "Wah jadi Kak Ratu yang udah membuat perubahan yang cukup pesat untuk hidup Emi. Kapan aku bisa ketemu Kak Ratu?"
"Mau ketemu Ratu?"
Emi mengangguk antusias, "Iya mau banget. Tapi kira-kira Kak Ratu mau nemuin aku engga ya?"
Kening Haidar berkerut, "Kenapa ngomong gitu?"
"Ya kan selama ini Kak Haidar lebih sering sama aku daripada Kak Ratu. Takutnya dia cemburu atau apa." Ujar Emi pelan takut perkataannya menyinggung.
"Oh itu. Gua udah bilang sama dia kalau lo itu adik gua, jadi dia engga akan cemburu. Lagian selama ini gua yang selalu cemburu ke dia, kalau dia cemburu mau tahu gua dia seperti apa." Haidar tersenyum di ujung kalimatnya membayangkan bagaimana jika Ratu benar-benar cemburu.
"Tapi kita bukan saudara kandung Kak. Apa nanti Kak Ratu engga akan salah paham? Takutnya nanti dikira Kak Ratu kalau aku memang sengaja memonopoli Kakak biar sama aku."
Haidar menggeleng yakin, "Engga kok. Lagian dia sudah tahu kalau kita bukan saudara kandung. Dan gua juga bilang ke dia kalau lo itu tanggung jawab gua sebagai kakak lo. Dia juga yang kasih semangat gua buat jagain lo."
"Wah jadi besar banget ya pengaruh Kak Ratu bagi Kakak?"
"Sebenarnya dia engga mempengaruhi gua apa-apa. Cuma mungkin karena udah klop jadi gua kayak tergantung gitu sama dia. Udahlah kenapa juga bahas itu? Kalau lo mau ketemu Ratu, nanti biar gua suruh dia buat ke rumah." Haidar memutuskan untuk menyudahi pembahasan mereka tentang Ratu. Karena sebenarnya dia juga tidak nyaman jika ada yang berusaha mengorek informasi mengenai hubungan mereka berdua.
Merasa Haidar tidak nyaman, Emi hanya mengangguk menyetujui. Entahlah apa yang dia pikirkan. Yang pasti hatinya terasa senang karena kakaknya selama ini sangat perhatian padanya.
Mereka tiba di rumah saat hari menunjukkan jam makan siang. Sopir dan asisten rumah tangga membantu mereka membawa barang bawaan yang berupa baju kotor. Sedangkan Haidar membantu memegangi tangan Emi untuk masuk ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah ✓ (Completed)
RandomCeritanya udah tamat. Tapi meski gitu engga ada salahnya kan tetap ngasih vote nya? Kalau kata Ratu, Haidar itu bukan cowok idaman. Udah cuek, kasar lagi. Haidar, "Bikin risih tau engga?!" Ga bisa bikin sinopsis kalau penasaran langsung baca aja. Ma...