22

1.3K 80 0
                                    

Di sebuah kelas yang sudah ramai, terdapat seorang gadis yang menelengkupkan kepalanya di atas lipatan kedua tangannya. Bahkan dia tidak terganggu dengan suara tawa atau teriakan dari teman-temannya. Maklum guru mapel yang mengajar belum datang meski bel pergantian pelajaran sudah berbunyi dari tadi.

"Rat, lo ngapain sih tidur di kelas?" Tanya Sandra menggoyang-goyangkan bahu sababatnya itu.

Namun yang dia dapat hanya erangan dan juga sedikit pergerakan dari Ratu. Rupanya suaranya tidak berpengaruh. Jadi dengan terpaksa Sandra mengangkat kepala Ratu.

"Hem kenapa sih San? Ratu ngantuk banget ini." Erang Ratu dengan mata terpejam. Bahkan kalau Sandra boleh berkomentar penampilan Ratu hari ini tidak serapi biasanya.

"Lo kenapa sih? Tumben malas gini."

Ratu memaksa untuk membuka matanya walau hasilnya tetap lengket, "Bayangin aja semalam Ratu baru sampai dari Surabaya jam 2. Macet banget di jalan. Sekarang Ratu ngantuk banget. Jadi Ratu mau tidur kalau nanti gurunya datang tolong bangunkan Ratu ya?"

"Ck mending sekarang lo cuci muka. Gue anter deh." Ajak Sandra memaksa Ratu agar bangun.

"Tapi Ratu ngantuk banget. Sebentar lagi ya?" Pinta Ratu menegosiasi.

Sandra menggeleng, "Engga. Lo harus cepat cuci muka. Gue juga nunggu penjelasan lo tentang Om Adrian kemarin."

Dengan terpaksa Ratu mengiyakan. Meski masih mengantuk, Ratu pasrah saja saat tangannya ditarik keluar oleh Sandra. Katanya jam sekarang pelajaran kosong karena gurunya tidak hadir. Sedang tadi mereka sudah mengerjakan ulangan harian.

Selama perjalanan menuju kamar mandi, Sandra dan Ratu menjadi pusat perhatian. Hal itu membuat Ratu yang semula masih mengantuk menjadi merasa risih.

Ratu melihat sekelilingnya, "San, kita kenapa jadi pusat perhatian gini sih?"

Sandra berdecak kesal lalu melempar tatapan tajam pada mereka yang membuatnya risih juga, "Udah biarin aja. Mereka iri kali karena engga secantik kita."

"Ngawur kamu. Mana mungkin." Sanggah Ratu tak setuju.

Sandra merangkul bahu Ratu, "Udah cuek aja sih."

Mereka berhenti saat ada sepasang sepatu yang menghalangi jalan keduanya. Ada Rizken yang menatap mereka sambil tersenyum.

"Oh iya gimana Ratu kabar ayah kamu selama di tahanan? Makin kurus atau makin gemuk?" Tanya Rizken mengundang perhatian anak-anak yang kebetulan melewati dekat mereka.

Sandra memicingkan matanya, "Lo ngapain nanya kayak gitu? Ya mana ada orang yang ditahan semakin gemuk? Lo bego juga ya."

Rizken mengulas senyum lagi, "Ya kan siapa tahu. Sekarang kan banyak mereka yang dipenjara tapi bisa mendapat fasilitas berbeda selama di rutan."

Ratu menahan kepalan tangannya. Dia mencoba bersabar dengan menggigit bibirnya bagian dalam, "Rizken, ayah Ratu bukan orang kayak gitu. Kalau kamu engga tahu apa-apa jangan asal ngomong. Kemarin toh ayah terbukti engga terlibat, dia hanya dijebak."

"Kalau dijebak kok bisa menggunakan uang korupsinya? Ups." Cerca Rizken berlagak keceplosan. Dia bisa melihat kalau mereka sekarang menjadi pusat perhatian.

"Ayah Ratu engga tahu kalau uang yang dia terima itu uang penggelapan dana proyek. Lagipula ayah sudah mengembalikan uang itu kok. Jadi kamu engga usah sok tahu." Ujar Ratu tidak terima.

Rizken menepuk pundak Ratu sebentar, "Syukurlah kalau gitu. Gue cukup senang mendengarnya. Oh iya lo udah tahu kan ya kalau Haidar itu salah satu pelopor aplikasi pembelajaran?"

Mantan Terindah ✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang