17

1.4K 108 10
                                    

Sudah hampir satu jam lamanya hal yang dilakukan Haidar hanyalah melihat hpnya. Seolah dia berharap mendapat kabar dari orang yang dia tunggu. Bahkan suara kicauan burung yang dipelihara omanya tidak mengalihkan perhatiannya sejengkal pun.

Saat ini dia sedang duduk di gazebo belakang. Di depannya ada kolam renang yang biasa ia pakai jika sedang merasa suntuk. Beberapa macam bunga juga tertanam rapi di pot-pot tanah dan gantungan.

Pagi ini dia tidak berangkat sekolah karena sekolahnya digunakan untuk kegiatan kelas 12. Sebenarnya dia tidak menyukai hari yang seperti itu karena kegiatan kelas 12 sering kali mengorbankan waktu belajar anak kelas 10 dan 11. Meski banyak siswa yang menyukai hari tidak masuk sekolah, namun baginya berdiam diri di rumah bukanlah sesuatu yang bisa ia sukai.

"Selamat pagi Kak Haidar."

Haidar melihat seseorang yang menyapanya sambil duduk di sebelahnya. Lalu dia mengangguk, "Pagi juga Em."

Emi melihat pemandangan di depannya sebelum kemudian memandangi wajah Haidar, "Pagi yang indah ya Kak?"

"Iya. Lo udah minum obat?"

Menggeleng pelan, "Belum. Aku engga suka kalau minum obat terus."

"Tapi kalau lo mau sembuh lo harus minum obat."

Emi mengangguk mendengar Haidar yang mencoba membujuknya, "Iya nanti aku minum obat. Kak Haidar udah sarapan belum? Mau aku buatin roti bakar atau sandwich?"

Haidar menggeleng. Dia memang belum sarapan. Tapi perutnya sama sekali tidak lapar. Yang Haidar harapkan adalah kabar dari seseorang yang kemarin terakhir ia telepon menyisakan tanda tanya karena keanehannya.

"Tapi Kak Haidar kan belum sarapan. Entar perutnya sakit loh." Bujuk Emi berusaha. Dirinya ingin sekali sedikit berguna.

"Nanti kalau lapar gua ambil makan sendiri. Mending lo sekarang istirahat aja."

Wajah Emi tampak kecewa. Namun ia berusaha terlihat biasa saja. Yang dia lakukan adalah mengulas senyumnya, "Iya. Tapi Kak, aku tuh bosen disuruh istirahat mulu. Pingin juga bisa kayak yang lainnya."

Haidar menghela napas panjang, "Iya nanti kalau lo udah sembuh."

Mata Emi berbinar mendengar ucapan Haidar yang terdengar sangat menjanjikan, "Bener ya Kak? Janji?"

Haidar hanya mengangguk lalu mengetik sesuatu di hpnya. Setelah mendapat balasan, dia berdiri sambil tersenyum dengan tatapan yang masih tertuju pada layar smartphonenya. Emi ikut berdiri lalu menahan lengan Haidar.

"Kenapa?" Tanya Haidar menatap Emi sekilas. Perhatiannya kembali ke hpnya kemudian tersenyum sekilas.

Meski sudah berusaha mengintip apa yang Haidar lakukan, nyatanya Emi tetap tidak bisa mengetahui apa yang menyebabkan Haidar tersenyum tidak jelas.

"Kakak mau ke mana?"

Haidar tampak diam sebentar, "Jalan."

Emi tampak antusias mendengar jawaban Haidar, "Ke mana? Ikut ya?"

Haidar menatap Emi bingung. Dia mencoba mencari alasan, "Tapi gua mau pergi sama..."

"Sama siapa? Pacarnya Kak Haidar? Aku janji engga akan ganggu kok." Emi memohon sambil mengedipkan matanya.

"Kamu harus istirahat." Elak Haidar masih mencoba membujuk.

Memasang wajah sendu, "Kak. Aku tuh bosen kalau harus dikurung terus. Aku pingin ada suasana baru. Lagian di sini ngga ada yang bisa aku ajak buat menghibur diri. Oma belum bisa nerima aku di sini Kak."

Mantan Terindah ✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang