15

1.8K 113 5
                                    

Suara bising di kantin adalah hal yang dirindukan oleh Ratu. Dia merasa sangat lama tidak merasakan suasana seperti ini. Ditambah lagi jam kosong karena para guru sibuk mempersiapkan segala urusan kelas 12.

Hari ini adalah 4 hari semenjak insiden culik yang menimpanya. Tadi pagi dia mendapat kabar jika pelaku yang menculiknya kemarin mendapat hukuman 10 tahun penjara. Sebenarnya itu setimpal dengan perbuatan kejahatan mereka. Namun Ratu merasa kasihan kepada Yahsa. Kakak kelasnya itu sudah kelas 12 dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian nasional. Meskipun hukumannya Yahsa diperingan karena masih dianggap anak di bawah umur, tetap saja Ratu merasa kasihan.

"Heh ini siomay yang lo minta."

Lamunan Ratu terbuyar oleh suara Sandra yang mengejutkannya. Sahabatnya itu meletakkan sepiring siomay dan jus alpukat ke depannya.

"Makasih ya San."

Sandra menuangkan saos ke baksonya sebelum kemudian dia beralih menatap Ratu, "Lo kenapa sih bengong mulu?"

"Engga. Ratu cuma kepikiran Kak Yahsa. Kasihan dia. Bentar lagi ujian. Tapi dia harus masuk penjara." Jawab Ratu sambil memakan siomaynya. Uh rasanya benar-benar membuat Ratu merasa puas. Apalagi jika ditambah sambal yang banyak. Tapi sayang, perutnya tidak kuat.

"Kenapa harus kasihan? Itu kan gara-gara ulah dia sendiri. Ya biarin aja. Lagian masih untung lo engga diapa-apain sama mereka. Coba kalau iya, kayaknya hukuman mati pantas dah." Ujar Sandra geram. Tangannya memegang sendok kuat-kuat.

Ratu mengangguk setuju, "Pas hari itu Ratu benar-benar udah takut banget. Mana lagi cuma Kak Yahsa yang bisa Ratu kenali. Tapi engga nyangka kalau ternyata dia seperti itu. Padahal pas dia bilang ke Haidar kalau dia disuruh jemput Ratu sama aa tuh kayak beneran."

"Eh Rat. Btw soal Haidar, gue kayak belum lihat dia di sekolah ya hari ini? Eh kemarin juga deh." Sandra melihat sekeliling kantin. Siapa tahu dia menemukan orang yang dia cari. Lalu perhatiannya kembali pada semangkuk bakso yang ada di hadapannya.

Apa yang diucapkan Sandra benar juga. Setelah hari itu, Ratu juga belum bertemu Haidar lagi. Bahkan dia tidak tahu apakah hari itu Haidar juga mengobati lukanya seperti yang ia sarankan.

Sekelebat ucapan Nathan mampir di pikirannya. Apakah sekarang Haidar sedang bersama dengan kekasih barunya? Lalu jika iya apa pengaruh untuknya? Bukankah mereka hanya sebatas teman?

Dengan cepat Ratu menggelengkan kepala mengusir fantasi gila itu. Lagipula dia juga belum bisa kembali mencintai Haidar.

"Kenapa Rat? Lo masih pusing?" Tanya Sandra heran. Dia sudah menghabiskan baksonya saat Ratu masih melamun. Perutnya memang sudah keroncongan sejak tadi pagi.

Ratu gelagapan lalu menggeleng, "Engga. Cuma kepikiran sama Haidar."

Sandra tersenyum jahil bahkan dia menaik-turunkan sebelah alisnya, "Nah loh ngapain mikirin Haidar? Lo masih ada rasa ya sama dia? Iya sih biasanya seseorang yang pernah jadi pacarnya Haidar akan ngejar-ngejar dia terus kalau udah jadi mantan."

Ratu mendengus kesal, "Tapi Ratu engga ngejar-ngejar Haidar kok. Kan kami berteman, ya wajar kan kalau Ratu memikirkan dia?"

"Iya wajar kok. Yang engga wajar itu dari mantan menjadi teman. Impossible. Pasti kalian bakal main perasaan."

Saat Ratu hendak menjawab, tiba-tiba di dikejutkan oleh kedatangan 2 orang yang dia kenal. Bayu dan Nathan?

"Hai Rat." Sapa mereka sambil duduk di kursi yang ada di hadapan Ratu dan Sandra.

"Hai. Kalian ngapain di sini?" Tanya Ratu bingung.

Nathan meminum jus alpukat milik Ratu terlebih dahulu, "Loh emang lo engga tahu? Kami ke sini mau jemput Haidar buat perlombaan taekwondo besok di Bandung. Hari ini mau ada pembekalan dulu."

Mantan Terindah ✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang