Nih saking gabutnya di rumah aku kebut buat ngerevisi nih cerita biar cepet tamat gaada tanggungan. Jangan lupa vote nya ya. Makasi 😘
Suara pintu dibanting mengejutkan Haidar yang masih pulas dalam tidurnya. Sebenarnya tadi dia sudah bangun, hanya saja setelah sholat subuh kantuk mulai menyerang kembali.
Dengan mata yang masih setengah terpejam dan tangan yang memijat pelipisnya Haidar bangun. Dia merasa pusing karena terbangun tiba-tiba. Padahal semalam dia baru tidur pukul setengah satu karena harus menyelesaikan koreksi tugas para mahasiswanya.
Setelah kesadarannya pulih, Haidar mengedarkan pandangannya. Saat melihat istrinya sedang mengusap pipinya yang basah membuat Haidar menghela napas pelan. Hal ini bukanlah pertama kalinya semenjak 2 bulan yang lalu.
"Sini.." Panggil Haidar menepuk tempat di sisinya.
Ratu menggeleng sambil membuang sesuatu ke dalam tempat sampah. Dan Haidar tahu apa yang dibuang wanita itu.
"Sayang.."
"Kenapa sih aku engga bisa hamil?! Ini udah 2 tahun loh kita nikah." Gerutu Ratu masih sesenggukan.
Haidar berdiri lalu menarik tangan Ratu agar duduk di sebelahnya, "Bukan engga bisa. Tapi emang kita belum dikasih kepercayaan aja buat punya momongan. Mungkin sama Allah disuruh pacaran dulu lagi setelah 7 tahun engga ketemu."
Meski ucapan Haidar mendengar menentramkan hatinya, Ratu tetap saja tidak bisa tenang. Dan Ratu juga tahu jika kalimat-kalimat suaminya itu sebatas hiburan agar dirinya tidak sedih."2 tahun bukan waktu yang sebentar loh. Aku tuh capek kalau tiap kali pakai testpeck pasti hasilnya negatif. Sandra aja udah mau punya 2, lah kita 1 aja belum. Apa jangan-jangan aku mandul?" Tanya Ratu dengan wajah memerah.
Haidar memegang kedua bahu Ratu, "Tolong jangan berpikir seperti itu. Bulan lalu kita udah konsultasi ke dokter dan semuanya normal kan? Jadi apa yang kamu takutkan?"
Ratu menghentakkan tangan Haidar dari bahunya hingga terlepas, "Kamu engga ingin punya anak atau gimana sih?! Kok perasaan kamu santai-santai aja gini?!"
Mencoba menahan amarahnya Haidar mengusap wajah. Bagaimanapun juga di depannya itu adalah istri yang sangat ia cinta. Takut jika dia menaikkan suaranya akan membuat Ratu semakin terluka.
"Aku juga pingin punya anak. Apalagi umur kita udah 26. Tapi kalau sama Allah emang belum dikasih ya terus gimana lagi? Masa iya marah-marah sama Allah? Hem?" Tanya Haidar mengusap sisa air mata di pipi Ratu.
"Tapi Yang.."
"Lagian kenapa sih kok kamu tiba-tiba ngebet banget gini? Yang kemarin memutuskan buat nunda punya anak siapa?"
Lagi-lagi Ratu menepis tangan Haidar, "Kemarin kan emang lagi masa promosi aku naik jabatan. Aku pingin tuh punya anak pas keadaan kita udah sama-sama siap."
"Nah kalau gitu jangan menyalahkan apa-apa dan siapa-siapa."
Mata Ratu memicing, "Oh jadi maksud kamu ini salah aku karena terlalu sibuk gitu?! Kamu ya enak banget tinggal nyalahin aku. Ya udah kamu ceraiin aja aku. Terus nikah sama perempuan yang bisa kasih kamu anak."
Tangan Haidar hampir menampar Ratu namun kemudian dia meninjukan pada kasur. Tatapan Haidar menajam dengan bola mata berubah menjadi merah.
"Kamu sadar apa yang kamu bilang?! Hah?! Kamu boleh minta aku ngelakuin apapun asal bukan sesuatu yang engga bisa aku lakukan. Kok kamu punya pikiran sepicik itu sih sampai nyuruh aku nyeraiin kamu?! Kayaknya kamu udah engga waras Yang. Atau mungkin kamu masih ngantuk."
Air mata Ratu kembali mengalir saat mendengar suara bentakan Haidar. Nyalinya menjadi ciut. Meski pada awalnya dia yang memulai tapi kemarahan Haidar bukan hal yang bisa dia atasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah ✓ (Completed)
RandomCeritanya udah tamat. Tapi meski gitu engga ada salahnya kan tetap ngasih vote nya? Kalau kata Ratu, Haidar itu bukan cowok idaman. Udah cuek, kasar lagi. Haidar, "Bikin risih tau engga?!" Ga bisa bikin sinopsis kalau penasaran langsung baca aja. Ma...