Matahari sudah naik dari tempat persembunyiannya. Tapi cuaca yang dingin ditambah AC yang menyala 17℃ menambah kemalasan bagi siapa saja. Apalagi jika ditemani selimut tebal yang menggulung di seluruh tubuh.
Mau ada bunyi alarm yang sangat kencang juga akan membuat penghuni kamar berpikir kembali untuk bangun. Terlebih hari ini tanggal merah dan seingatnya tidak ada acara penting.
Belum lama alarm berbunyi, nada dering panggilan masuk mengalun indah di hp dengan merk bagus itu. Meski ogah-ogahan namun tangan si empunya meraba letak benda persegi panjang itu.
Setelah mendapat apa yang dia cari, tanpa melihat siapa pemanggil yang mengganggu tidurnya laki-laki pemilik kamar itu mengangkat teleponnya.
"Hallo." Suara serak khas orang bangun tidur keluar dari bibirnya.
"Hallo Haidar baru bangun ya? Maaf ya Ratu udah ganggu ya?"
Setelah mengucek matanya Haidar bangun untuk duduk, "Ada apa?"
"Haidar hari ini jadi jemput Ratu engga? Semalam kan Haidar wa mau ngajak Ratu main ke rumah Haidar. Dari tadi oma juga udah neror Ratu terus soalnya kemarin Ratu engga jadi ke rumah Haidar."
"Hm."
"Kalau Haidar engga bisa lagi, Ratu mau pergi sama Sandra. Soalnya di rumah ada Kak Yahsa, Ratu engga mau jalan sama dia."
Haidar menguap sebentar, "Jangan pergi. Gua jemput."
"Atau kalau Haidar masih ngantuk Ratu langsung ke situ aja naik ojek?"
"Engga. Gua jemput. Tungguin."
"Iya. Haidar kalau bisa agak cepat ya. Dari tadi Kak Yahsa maksa terus. Tapi jangan ngebut."
"Hem."
Setelah mematikan hpnya, Haidar masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Rasanya masih lelah karena kemarin seharian dia harus ada di panti sehingga membatalkan janjinya dengan Ratu yang membuat sang oma ngambek dari semalam.
Tanpa lama, Haidar menuruni tangga. Di bawah sudah ada sang oma yang melihatnya bingung. Biasanya meski tanggal merah, dirinya jarang keluar rumah dan memilih bekerja dari rumah.
"Hai Oma." Sapa Haidar mencium pipi Widiya membuat sang oma terkejut.
Widiya mengedipkan matanya, "Kamu baru mimpi bagus ya?"
Haidar tergelak karena menyadari keterkejutan sang oma. Beliau pasti tidak terbiasa dengan sikap Haidar yang tiba-tiba berubah.
"Kenapa? Oma merasa aneh? Ada seseorang yang mengajarkanku." Ujar Haidar sambil mengenakan jam tangannya.
Wajah Widiya terlihat tertarik dengan ucapan cucunya, "Oh iya siapa?"
"Sedang akan kujemput. Oma tunggu saja di rumah." Jawab Haidar menyisakan tanya.
"Siapa?"
"Cucu menantu Oma."
"Hah? Siapa? Apakah Ratu? Atau..siapa Haidar?"
Haidar hanya menggedikkan bahu lalu berjalan keluar. Dia membuka garasi untuk mengambil mobilnya.
Beruntung dia kemarin mengantar Ratu pulang jadi masih ingat rute ke rumah gadis itu. Tak perlu lama Haidar sudah memarkirkan mobilnya di depan pagar.
Haidar melihat ada sebuah motor di depan rumah Ratu. Rupanya gadis itu berkata dengan benar tentang kedatangan kakak kelas mereka.
Tok. Tok. Tok. Haidar mengetuk pintu dengan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah ✓ (Completed)
RandomCeritanya udah tamat. Tapi meski gitu engga ada salahnya kan tetap ngasih vote nya? Kalau kata Ratu, Haidar itu bukan cowok idaman. Udah cuek, kasar lagi. Haidar, "Bikin risih tau engga?!" Ga bisa bikin sinopsis kalau penasaran langsung baca aja. Ma...