40

2K 95 0
                                    


Dengan masih gaya acak-acakan khas orang bangun tidur, Ratu berperang dengan berbagai alat masak. Pagi ini rencananya dia akan membuat nasi goreng, namun saat melihat hasil nasinya yang tidak mekar sempurna membuat niat Ratu terurungkan.

Dia memilih menggoreng ayam dan membuat sayur sop. Entahlah bagaimana rasanya yang penting dia akan membuat dengan sepenuh hati.

Lagipula selama di London dia tidak terlalu masak masakan Indonesia. Jadi kalau mau membuat masakan seperti itu membuat Ratu sedikit ragu.

"Hum harum banget ini ayam gosongnya." Celetuk Kevan sambil mengambil air minum dari kulkas.

Ratu melirik sebentar, "Cuma dikit gosongnya."

"Yang gosong dimakan sendiri." Ledek Kevan sambil mencomot sepotong ayam goreng. Dia menggerogoti daging ayam dengan nikmat.

Ratu menahan spatulanya agar tidak melayang pada wajah adiknya itu. Dengan santai ia membalik ayamnya.

Kevan mencibir, "Sok-sokan mau jadi istri idaman nih ceritanya?"

"Terserah Ratu dong. Lagian Aa kenapa sih ngerusuh di dapur. Temani ayah saja sana."

Bukannya menurut, Kevan justru mengambil sepotong lagi. Dari kecil memang ayam goreng adalah makanan kesukaannya.

"Ish A kenapa itu ayamnya dimakan terus? Nanti buat sarapan engga ada lagi." Protes Ratu mengambil piring ayam goreng dan memindahkan padanya.

"Pelit." Ucap Kevan sambil membuang tulang ayam. Setelah itu dia mengusapkan tangannya pada baju Ratu.

Sebelum Ratu marah, Kevan sudah keluar dari dapur lebih dulu.

"Aa ini kenapa ngusapnya di baju Ratu ih." Gerutu Ratu melihat ke baju belakangnya.

Setelah semua masakannya telah selesai, Ratu segera memanggil ayah dan adiknya untuk sarapan. Ratu mengambilkan nasi untuk ayah adiknya.

"Ekhem." Adrian berdehem saat mereka menyelesaikan sarapan mereka.

Ratu yang semula sedang membereskan piring terhenti seketika, "Kenapa Yah?"

Tatapan Adrian intens pada Ratu, "Kamu dengan Zeno bagaimana?"

Sudah Ratu duga jika pertanyaan itu akan ditanyakan ayahnya. Tapi dia harus mengatakannya.

Ratu tersenyum, "Ayah pasti udah ditelepon Om Faisal ya?"

Menggeleng, "Bukan. Merli yang telepon ayah. Dia marah-marah sama kamu. Nanti dia bilang mau ke sini."

"Iya. Nanti biar Ratu yang menyelesaikan semuanya. Ratu minta maaf udah kalau bikin Ayah kecewa. Memang berat sih, tapi Ratu rasa ini keputusan yang terbaik."

"Memang apa masalahnya Teh? Apa tidak bisa diselesaikan dengan baik-baik? Maksud Ayah kalau masih ada jalan lain kenapa harus sudahan? Kalian ini sudah dewasa. Dan ayah rasa Teteh pasti punya tujuan untuk menikah kan?"

Ratu paham dengan maksud ayahnya. Namun dia harus memilih kata yang mungkin tidak menyakiti perasaan sang ayah.

"Iya Yah. Ratu paham maksud Ayah gimana. Ratu sendiri juga mempertimbangkan ini. Sangat disayangkan kalau hubungan kami yang sudah sangat serius harus kandas di tengah jalan. Tapi alasan ini emang meyakinkan Ratu buat engga bisa bertahan sama Zeno. Nanti Yah. Nanti saat Tante Merli datang, Ratu akan kasih tahu kenapa engga bisa sama Zeno lagi."

"Apa ini karena Haidar? Kemarin dia menemui ayah. Dia meminta izin untuk mendekati kamu. Ayah bilang kalau kamu sudah bertunangan dan mau menikah dengan Zeno. Tapi dia kekeuh kalau dia mencintai kamu. Nak, ayah tahu kamu tidak seperti itu. Ayah tahu kalau Teteh engga mungkin mudah berpaling hanya karena kedatangan masa lalu kamu." Tutur Adrian dengan nada halus.

Mantan Terindah ✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang