Senyum Ratu merekah lebar saat melangkahkan kaki ke ruang rawat Kevan. Dengan semangat ia menenteng ayam ungkep kesukaan adiknya membuka pintu. Tapi ia terkejut saat di dalam ada Yahsa. Namun ia bisa menetralkan ekspresi wajahnya.Ratu masuk ke dalam kemudian meletakkan rantang makanan di meja. Dia menghampiri ranjang Kevan.
"Eh ada Kak Yahsa juga. Udah lama Kak?" Tanya Ratu sopan.
Yahsa tersenyum lebar, "Udah. Kamu baru dari rumah ya?"
Ratu hanya tersenyum lalu perhatiannya kembali kepada Kevan. Dia mengusap rambut Kevan lembut, "Aa mau makan engga? Tadi Ratu bikinin ayam ungkep bumbu kuning kesukaan Aa. Makan ya?"
"Lo kemarin ke mana?" Tanya Kevan dengan nada dingin. Tatapannya tajam menusuk mata Ratu.
Ratu membuka mulut hendak menjawab namun menutup lagi. Di pikirannya hanya bertanya dari mana Kevan tahu.
"Punya mulut? Jawab?! "
Bahkan Ratu sampai tersentak dengan gertakan Kevan. Biasanya Kevan memang berbicara dingin atau judes tapi untuk membentak jarang. Karena dia tahu jika Ratu tidak suka dibentak.
"Eng anu kemarin.." Belum selesai Ratu menjelaskan ucapannya sudah terpotong.
"Pergi sama cowok brengsek padahal jam pelajaran masih berlangsung. Iya? Udah berapa kali gue bilang jangan dekat sama cowok brengsek itu. Kenapa susah banget buat lo lakuin? Dia cuma bawa pengaruh buruk buat lo. Pernah lo lihat gue bolos hah?!"
Nada bicara Kevan masih saja tinggi hingga membuat air mata Ratu tak kuasa berhenti.
"Kenapa sih A selalu aja bilang cowok brengsek ke Haidar? Dia engga seperti yang Aa bilang. Dia baik sama Ratu." Ujar Ratu mengusap air matanya kasar. Mungkin ucapannya terdengar membela Haidar tapi perkataan Kevan keterlaluan menurutnya.
Tangan Kevan mengepal, "Lo belain dia? Dikasih apa lo sama cowok itu hah?! Oohh atau biaya sekolah lo dibayarin sama dia makanya lo nurut aja mau dia minta apa?"
"Iya. Haidar bayar biaya sekolah Ratu kenapa?" Tanya Ratu menantang.
Wajah Kevan sudah tidak bisa digambarkan lagi bagaimana ekspresinya. Dia terlanjur kesal dan merasa kecewa.
"Harga diri lo setara dengan biaya sekolah lo? Lo jual harga diri lo? Murahan."
Ratu sangat kaget dengan kata-kata yang terlontar dari mulut Kevan. Dia sangat tidak percaya adiknya bisa berkata sekasar itu padanya.
Ratu tersenyum perih. Hatinya tergores dengan perkataan Kevan yang tajamnya melebihi pisau.
"Ratu engga percaya Aa bisa ngomong sekasar itu sama Ratu. Murahan ya A? Padahal Ratu engga nyerahin atau ngelakuin yang aneh-aneh sama Haidar. Harusnya Aa kemarin pasang kamera pengintai biar tahu apa aja yang Ratu lakuin. Aa udah terlanjur ngatain Ratu murahan dan nuduh dengan hal negatif. Kalau Aa mau, Ratu bakal jadi apa yang Aa bilang. Murahankan?"
Setelah itu Ratu keluar ruangan Kevan dengan berderai air mata. Tak lupa ia menatap Yahsa dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ratu!! Jangan aneh-aneh lo!" Teriak Kevan geram. Karena walau polos, Ratu itu perempuan nekat. Bisa saja dia melakukan apa yang dia katakan.
Yahsa berdiri, "Gue kejar dia."
Setelah itu Yahsa keluar untuk mengejar Ratu. Sedangkan Kevan memilih untuk mengambil ponselnya.
"Hallo, Sandra. Bisa minta tolong engga?"
"Kenapa Van?"
"Ini soal Ratu. Tadi ada problem sama gue dan bikin dia nangis gitu. Sekarang engga tahu dia mau ke mana. Tapi feeling gue dia bakal ke rumah lo. Jadi tolong hibur dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah ✓ (Completed)
RandomCeritanya udah tamat. Tapi meski gitu engga ada salahnya kan tetap ngasih vote nya? Kalau kata Ratu, Haidar itu bukan cowok idaman. Udah cuek, kasar lagi. Haidar, "Bikin risih tau engga?!" Ga bisa bikin sinopsis kalau penasaran langsung baca aja. Ma...