39

1.6K 94 2
                                    


Ucapan Ayu kemarin siang masih terngiang dalam benak Ratu. Dia sangat tidak percaya dengan apa yang dikatakan temannya itu. Tapi hati kecilnya mengatakan jika ia harus membuktikan kebenaran. Bagaimanapun juga Ayu tidak mungkin berani berkata hal seperti itu tanpa ada alasan yang kuat. Terlebih lagi gadis itu mengatakan jika mereka masih memiliki ikatan kekerabatan.

Dengan tekad yang bulat Ratu mengajak Zeno untuk bertemu. Dia harus menanyakan hal itu dengan jelas. Karena selama ia kenal dengan kekasihnya itu, Zeno terlihat seperti laki-laki pada umumnya dan tak jarang menunjukan keromantisan baik saat hanya mereka berdua atau di depan banyak orang.

Kini ia sedang dalam perjalanan menuju sebuah cafe yang ada di daerah Soekarno-Hatta sesuai tempat terdekat laki-laki itu. Tadi dia mengatakan untuk bertemu jam 9 pagi dan sekarang masih jam 8 yang artinya dia masih memiliki 1 jam sebelum tiba di tempat tujuan.

Ratu sampai lebih awal daripada Zeno. Dia memilih untuk memesan ruang VIP jauh dari keramaian karena ia ingin membicarakan hal yang sangat pribadi.

Setengah jam menunggu akhirnya Zeno datang dengan wajah lesunya. Laki-laki itu mengangkat satu tangannya untuk membawa Ratu dalam pelukan ringan dan singkat.

"Maaf sayang tadi ada urusan sama Pak Anthony jadi aku datang telat. Kamu udah pesan makan?" Tanya Zeno melepas jas kerjanya meninggalkan kaos putih polos yang pas dengan tubuh berbentuknya itu. Bahkan raut wajahnya terlihat sudah tidak memikirkan apa yang terjadi kemarin antara mereka dan juga Haidar.

Ratu menggeleng sambil tersenyum, "Belum. Nunggu kamu."

Wajah Zeno berubah menjadi masam, "Maaf ya sayang kamu jadi nunggunya lama. Tadi tuh lagi rapat buat pemindahan jabatan dari papi ke aku jadi butuh waktu yang lama banget."

"Pasti capek banget ya? Maaf kalau Ratu bikin kamu makin capek karena harus ketemu dulu." Tutur Ratu pelan.

Zeno menggeleng, "Engga apa-apa. Di jadwal kita yang sering bentrok gini, kalau ada waktu luang harus dimanfaatkan dengan baik. Oh iya tumben kamu ngajak aku ketemu? Biasanya aku yang ngajak duluan, kamu belum tentu mau."

"Sebenarnya ada hal yang mau Ratu omongin dan pastikan. Tapi sebelumnya boleh Ratu pinjam hape kamu?" Tanya Ratu meminta izin.

Alis Zeno terangkat sebelah, "Tumben kamu pinjam hape aku? Seingatku kamu bukan perempuan yang cemburuan deh. Kamu engga lagi curiga aku bakal selingkuhkan?"

Dengan cepat Ratu menggeleng, "Engga kok. Ratu cuma-"

"Oh atau karena kemarin aku mempergoki kamu selingkuh sekarang gantian kamu yang mau ngecek apa aku selingkuh apa engga?" Tanya Zeno dengan raut curiga.

"Terserah kamu kalau emang engga boleh. Ratu juga engga akan maksa."

Akhirnya Zeno mengeluarkan hapenya dan meletakkan di atas meja, "Silahkan kalau kamu mau ngecek. Engga ada aku chat sama cewek lain selain kamu."

'Karena memang bukan itu yang aku cari.' Batin Ratu sambil mengambil hp Zeno.

Ratu segera membuka lock hape Zeno. Di layar utama terpampang wajah mereka saat acara pertunangan di London satu tahun lalu.

Dengan segera dia membuka pesan dan wa. Dia mencari kontak yang membuatnya curiga.

"Gimana engga ada kan cewek lain yang aku chat? Kamu tuh-"

"Christopher siapa?"

Wajah Zeno tampak tidak percaya dengan pertanyaan Ratu, "Kamu nanya Christopher siapa? Kamu gila apa?!"

Ratu mendengus, "Kamu cuma perlu jawab siapa itu Christopher."

"Yang pasti itu bukan cewek yang aku ganti nama jadi cowok biar bisa selingkuh sama dia." Ujar Zeno masih belum mau menjawab.

Mantan Terindah ✓ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang