Chapter 6

1.1K 187 25
                                    

Selepas mengantar Zakky dan Asher untuk pulang, perempuan itu memasuki rumahnya dan langsung menghampiri ibunya yang sedang membersihkan ruang tamu yang sedikit berantakan karena kehadiran Zakky dan Asher tadi sore sampai menjelang maghrib.

"Udah pulang?" Tanya Nyonya Weny pada anak perempuannya. Dan Summer pun mengangguk dengan sedikit bergumam sebagai jawaban.

"Mamah suka sama Zakky," ucap Nyonya Weny tiba-tiba, membuat Summer seketika menghentikan aktivitasnya memunguti remahan keripik yang ada di atas sofa hanya untuk menoleh ke arah ibunya yang kini tersenyum sambil memainkan rambut panjang Nana.

"Kamu nggak mau coba sama dia?" Lanjut Nyonya Weny.

Summer hanya menghela napas pelan. Ia sudah bisa menebak dari awal jika ibunya pasti akan berkomentar seperti ini. Karena hal itu bukan sekali atau dua kali terjadi. Setiap Summer diantar pulang oleh seorang lelaki pasti ibunya akan memintanya untuk mencoba berhubungan dengan lelaki itu.

"Mah, Ame baru kenal dia beberapa hari," ucap Summer dengan nada tak acuh.

"Tapi mamah bisa liat dari mata Zakky kalo dia tertarik sama kamu," Summer kini menatap ibunya dengan tatapan sedikit malas. Selalu seperti ini, ibunya akan selalu mencari-cari celah untuk membuat Summer merasa dia disukai oleh seorang lelaki. Nyonya Weny sangat ingin segera melihat Summer mengenalkan seorang laki-laki lagi. Semenjak putrinya itu putus cinta beberapa tahun yang lalu, Summer tidak pernah lagi mengenalkan laki-laki yang dia ajak ke rumah sebagai pacarnya atau bahkan calon suaminya, semua laki-laki yang Summer ajak mampir ke rumahnya hanya berakhir dengan title teman.

Summer sama sekali tidak berpikiran seperti yang ibunya inginkan. Ia hanya menganggap Zakky seperti teman laki-lakinya yang lain, tidak ada perasaan atau apapun itu. Mungkin, untuk sementara ini, ia tidak ingin menganggap semua perhatian Zakky sebagai bentuk lelaki itu tertarik padanya.

Summer hanya lelah. Lelah untuk berpikiran jika ada lelaki yang memberinya perhatian memiliki arti tertarik dengannya, padahal kenyataannya belum tentu seperti itu. Dia lelah untuk kembali membuka hati walaupun ia tak memungkiri kalau Zakky cukup menarik baginya. Ia lelah untuk berekspektasi tinggi tentang perasaannya dan perasaan Zakky. Ia hanya ingin menjalaninya saja, tanpa ada rasa, karena ia lelah untuk kembali sakit.

"Mah, stop, Ame nggak mau bahas," kata Summer tegas.

Nyonya Weny akhirnya memilih mengalah dan mengangguk paham sambil kembali memainkan rambut Nana yang sekarang sedang tiduran dipangkuannya. "Oke," ucap Nyonya Weny menyerah, dia tidak ingin merusak mood anak perempuannya untuk saat ini.

****

Summer memasuki kamarnya setelah tadi selesai makan malam bersama dan membantu ibunya untuk membersihkan dapur.

Perempuan itu menidurkan badannya di kasur king size nya yang berwarna putih tulang. Membuatnya secara langsung menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih disertai dengan aroma lavender peppermint yang menyeruak di dalam kamarnya.

Hari ini kamarnya kembali longgar karena Nana tidur bersama ibunya, hal itu karena kemarin Nyonya Weny sudah berjanji akan membacakan dongeng sebelum tidur untuk Nana, dan gadis kecil itu sekarang menagihnya. Jadilah malam ini Summer tidur sendiri seperti biasanya.

TING!

Sebuah suara notifikasi chat masuk terdengar dari nakas di samping tempat tidurnya. Dan seperti sebuah mantra, suara itu mampu membuat Summer bangun dan mengambil benda kecil persegi panjang yang baru saja mengeluarkan suara itu.

Kedua alis Summer hampir bertaut ketika melihat ada sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk di kolom chat Whatsapp nya.

Ini gue Zakky, abis ini gue mau telepon. Diangkat ya hehehe.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang