Chapter 16

1K 174 30
                                    

Menunggu

Satu kata yang membuat orang akan menekuk muka jika diminta untuk melakukan satu kata itu.

Tapi saat seseorang yang spesial mengatakannya, satu kata itu akan berubah menjadi sebuah kata yang memiliki arti lain.

Tidak ada lagi menekuk muka,

Hanya senyuman lebar yang akan terbaca di wajah tampannya.

----

Di depan ruang operasi berdiri beberapa orang yang sedang dengan cemas menunggu hasil dari kegiatan operasi di dalam ruangan bernuansa putih itu.

Apakah operasi berjalan lancar? Ataukah operasi mengalami banyak kendala? Pikiran mereka terlalu rumit dengan segala pertanyaan yang belum tentu bisa terjawab. Yang bisa mereka lakukan saat ini hanyalah berdoa, berharap hasil terbaik yang mereka inginkan akan terkabul.

Tangan kanan Summer digenggam erat oleh ibunya yang sampai sekarang tak berhenti menangis karena suaminya sedang berjuang untuk hidup di dalam ruang operasi sana.

Hari ini adalah jadwal operasi pengangkatan sel kanker yang ada di kepala Tuan Haris. Dan Summer beserta ibunya dengan setia menunggu di depan ruang operasi dengan hati yang selalu terucap doa. Zakky dan Nima juga ada disana ikut berdoa sekaligus untuk menyemangati Summer dan ibunya.

Lampu merah diatas pintu ruang operasi yang tadinya menyala terang tiba-tiba padam, tanda bahwa proses operasi di dalam telah selesai dilakukan. Operasi yang memakan waktu hampir empat jam itu cukup membuat Summer dan ibunya sulit bernapas.

Seorang lelaki berpostur sedikit gemuk berpakaian baju operasi berwarna hijau keluar dari ruang operasi dengan ekspresi tenang. Nyonya Weny yang menyadari hal itu pun langsung berjalan cepat mendekati dokter dan bertanya tentang keadaan suaminya.

"Bagaimana keadaan suami saya, Dok?"

Dokter itu tersenyum hangat dan menepuk pundak Nyonya Weny sekali. "Operasi lancar, Bu. Kondisinya cukup baik dan semangat untuk sembuhnya sangat tinggi, dan itu sangat membantu kelancaran operasi tadi."

Semua orang yang ada disana bisa bernapas lega setelah mendengar penjelasan dari dokter itu. Tak terkecuali Zakky dan Nima. Mereka ikut bersyukur karena kondisi Tuan Haris semakin positif.

"Terima kasih, Dok. Terima kasih banyak," ucap Summer sambil menyalami kedua tangan dokter itu. Dan disaat yang bersamaan, pintu ruang operasi kembali terbuka dengan memperlihatkan beberapa orang berpakaian baju operasi mendekati keluarga Tuan Haris.

"Jangan berterima kasih sama saya, operasi ini full dilakukan oleh Dokter Arsen dan saya hanya membantu saja,"

Tatapan Summer sedikit terkejut saat mengetahui bahwa ada nama Arsen dibalik keberhasilan operasi ayahnya hari ini. Mata Summer pun kini tertuju pada laki-laki yang balas menatapnya dengan senyum hangat.

"Thank you," ucap Summer tulus diikuti dengan senyum yang selama ini Arsen rindukan.

Namun, ada tatapan tajam dari seorang laki-laki yang melihat interaksi keduanya dalam diam.

****

Perempuan itu berdiri di depan vending machine minuman cukup lama. Sibuk berperang dengan pikiran dan hatinya sendiri. Di pikirannya ia hanya ingin bertemu Arsen dan mengucapkan terima kasih, tapi hatinya berkata jika ia perlu membawakan sekaleng dingin es kopi kesukaan lelaki itu yang masih ia ingat sampai sekarang apa merk kopi kesukaan lelaki itu.

Ia pun akhirnya memutuskan untuk memasukkan beberapa lembar uang ke vending machine dan memencet satu merk kopi kesukaan lelaki itu. Senyum tipis tercetak cukup jelas di bibirnya yang tipis.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang