Chapter 33

724 136 7
                                    

Seorang lelaki memasuki ruangan persidangan dimana sudah banyak sekali orang-orang dan wartawan yang siap untuk mengabadikan kasus yang cukup membuat lebih dari separuh warganya mengikuti perkembangan kasus pembunuhan ini. Lebih tepatnya, kasus pembunuhan ayahnya.

Zakky yang saat itu menggunakan pakaian dengan warna gelap dan masker mulut serta kacamata untuk menutupi identitasnya, memilih untuk duduk di bagian belakang pojok kiri ruangan. Karena jika salah satu saja diantara orang-orang yang hadir disana menyadari keberadaannya, fokus persidangan bisa terpecah dan ia tidak ingin itu terjadi.

Tujuan ia menghadiri persidangan itu adalah, karena ia ingin mendengar kabar baik yang mungkin saja akan sebentar lagi dibacakan oleh hakim mengenai status ayah Summer yang bisa saja berubah hari ini. Selain itu, walaupun hanya dari jauh, ia ingin melihat wajah perempuan yang sudah lama ia rindukan.

Fokus lelaki itu teralihkan saat ia mendengar dan melihat kilatan kamera yang langsung membidik pintu masuk ruang persidangan saat seorang perempuan yang sangat ia rindukan memasuki ruangan bersama Rendra yang menggenggam tangan perempuan itu erat.

Ada perasaan lega saat ia melihat perempuan itu tersenyum tipis walaupun bukan untuk dirinya. Setidaknya, ia tahu jika Summer baik-baik saja.

Persidangan pun dimulai. Jalannya pada siang itu berjalan dengan tenang dan tidam ada tanda-tanda kerusuhuan untuk sementara ini. Semua orang yang datang di persidangan itu dapat dengan baik mengikuti jalannya sidang dengan baik.

Air muka tegang dan sekaligus lega tercetak di wajah tampan Zakky yang tertutupi oleh masker mulut warna hitamnya. Semua saksi dan bukti-bukti yang sudah disiapkan Giatra cukup akurat dan setidaknya mampu membawa nama baik Tuan Haris kembali lagi. Walaupun tidak memungkiri jika ada emosi dari dalan diri Zakky saat mengetahui jika Tuan Haris bukanlah pelaku dari pembunuhan ayahnya. Namun, itu masih bisa ia atasi dan fokusnya sekarang hanyalah pemulihan nama baik Tuan Haris.

Sampai saat itu, indera pengelihatan dan indera pendengaran lelaki itu menajam ketika ada seorang lelaki yang menggunakan pakaian serba hitam lengkap dengan topi dan masker mulut yang juga berwarna hitam berdiri untuk mengambil alih atensi banyaknya orang yang ada di ruang persidangan.

Kedua mata tajam Zakky menajam saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut lelaki berbaju serba hitam itu dengan bebasnya.

"Saya akan menyerahkan diri," ucap lelaki itu lantang

"Saya adalah orang yang membunuh Rafadhian." lanjut lelaki itu tanpa keraguan sedikit pun dari suaranya.

Suasana persidangan menjadi semakin panas saat lelaki itu dipersilahkan untuk maju menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh hakim kepada lelaki itu.

Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan cukup detail sehingga semua penjelasan dan jawaban dari lelaki yang mengaku sebagai pelaku sesungguhnya dapat terjawab dengan detail juga.

Zakky yang dari awal memang sudah mengikuti persidangan dengan seksama dan tenang, kini menjadi semakin kalut dan emosinya menjadi semakin tak terkontrol. Rasa ingin bertemu dan melihat wajah si pelaku dengan jelas membuat dirinya langsung keluar ruang persidangan dan menunggu si pelaku keluar dari ruang panas tersebut.

Beberapa saat setelah Zakky keluar dari ruang sidang, lelaki yang sedari tadi ia tunggu akhirnya keluar dengan dikawal dua orang polisi di kanan dan kiri lelaki itu.

Butuh beberapa saat bagi Zakky untuk berkelut dengan emosinya sendiri, namun sepertinya rasa dendam dan ingin membalas semua yang telah pelaku itu lakukan pada ayahnya, membuatnya hilang kendali dan melepaskan pukulan kerasnya yang dengan sukses mampu mematahkan tulang hidung pelaku. Terlihat dari bagaimana darah segar keluar dari kedua lubang hidung bangir pelaku itu tepat setelah mendapatkan pukulan dari Zakky.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang