Chapter 20

1K 168 19
                                    

Bersalah, kecewa, mengecewakan, dan menyesal. Beberapa kata yang mungkin bisa mewakili perasaan beberapa orang saat ini. Dan salah satu dari orang itu memiliki satu kata yang membekas di pikiran dan mungkin di hatinya.

Bersalah.

Lelaki itu memandangi awan jingga yang mulai meredupkan sinarnya dari balik jendela besar yang ada di ruangannya. Menikmati pergantian waktu dari sore menuju malam dengan perasaan bersalah yang sudah dua minggu ini hinggap di dalam dadanya.

 Menikmati pergantian waktu dari sore menuju malam dengan perasaan bersalah yang sudah dua minggu ini hinggap di dalam dadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zakky menghela napas pelan. Ia berdiri dari tempat duduknya dan mendekati jendela besar itu. Menatap langit yang mulai redup dengan pikiran yang melayang pada satu orang wanita yang selama ini - tepatnya hampir tujuh tahun ini selalu berada disisinya.

Walaupun ia sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa pada perempuan itu, tapi entah kenapa dirinya dikepung oleh rasa bersalah yang begitu besar saat ia mengetahui perasaan yang dimiliki oleh wanita itu padanya.

Sudah dua minggu ini ia tidak bertemu dengan Nima. Karena permohonan cuti Nima yang tiba-tiba dan entah kenapa Zakky tidak bisa menolaknya. Mungkin Zakky juga ingin menghindar dari Nima seperti apa yang perempuan itu inginkan. Tapi di sisi lain, Zakky butuh bicara dengan Nima agar semuanya bisa kembali normal seperti biasa.

Ia ingin meminta maaf pada Nima karena tidak peka dengan perhatian gadis itu selama ini. Ia ingin meminta maaf karena tidak merasakan hal yang sama dengan apa yang Nima rasaka selama ini. Selama tujuh tahun mengenal Nima, Zakky hanya memperlakukannya sebatas sebagai adik tingkat di kampusnya, bahkan mungkin seperti adik kandungnya sendiri. Ia tidak memiliki rasa lebih terhadap Nima. Sikap perhatian, peduli, dan sayang yang ia miliki untuk Nima hanya sebatas rasa sayang kakak kepada adiknya. Tidak lebih.

DRRRRRTT DRRRRRTTT

Suara getar dari benda kecil di mejanya menginterupsi lamunannya pada sore itu. Dihampirinya benda kecil yang mengeluarkan getaran halus itu dan senyum tipis tercetak di bibirnya seketika saat melihat nama kontak yang meneleponnya.

Summer.

"Hai," sapa Zakky lembut.

"Zack maaf, tadi aku harus siapin beberapa berkas buat resign, jadi gak bales-bales chat kamu," Summer membalas sapaan Zakky dengan satu kalimat meminta maaf.

Zakky tertawa kecil. Suara Summer yang meminta maaf padanya terdengar sangat lucu, membuat lelaki itu ingin bertemu dengan wanitanya sekarang juga.

"Udah makan?" Bukannya menjawab permintaan maaf Summer, Zakky malah menanyakan hal lain.

"Belum, tadi gak sempet,"

"Habis ini aku jemput ya, udah selesai kan?"

"Eh? Udah sih, tapi aku aja yang jemput kamu,"

"Emang kamu bawa mobil?" Tanya Zakky, karena seingatnya, Summer lebih suka naik ojek online daripada membawa kendaraan sendiri.

"Enggak sih, nanti aku ke kantormu naik taksi aja,"

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang