Chapter 14

847 165 27
                                    

"Aku sayang sama kamu, Summer."

Kedua telinga Summer tidak salah menangkap sebuah kalimat tulus yang terucap dari bibir lelaki yang masih menggenggam tangannya dengan erat.

Kedua mata Summer menatap dalam mata lelaki di hadapannya lekat. Mencari sesuatu kebohongan dari kedua mata lelaki itu, namun hasilnya nihil. Yang Summer temukan dari sorot mata tajam itu adalah ketulusan dan rasa harap yang tinggi.

Tapi anehnya, disaat seharusnya otak perempuan itu memikirkan lelaki di hadapannya sekarang, memikirkan apakah ia bisa kembali menjalin hubungan dengan lelaki yang sedang menatapnya penuh harap itu, otaknya malah terbang ke arah lelaki lain.

Disaat seharusnya nama Arsen akan ada dipusat otaknya sekarang, Summer malah memilih untuk berlari menjauh dari pusat otaknya untuk menemukan satu nama yang beberapa waktu terakhir membuatnya sulit bernapas jika berada dekat dengan si pemilik nama itu.

Disaat yang seharusnya wajah lelaki dihadapannya yang kini mengisi otaknya, Summer malah seakan membuang jauh wajah Arsen di otaknya untuk menempatkan satu wajah lelaki tampan yang selalu ada untuknya beberapa waktu ini.

"Terlambat."

Satu kata itu terucap dari bibir tipis Summer dengan cukup pelan namun masih dapat dengan jelas tertangkap di kedua telinga Arsen. Membuat lelaki yang tidak pernah melepaskan pandangannya dari wajah Summer kini menaikkan alisnya.

"Nggak bisa."

Dua kata yang menjadi lanjutan dari dialog Summer semakin terdengar perih di kedua telinga Arsen.

"Kita lebih baik menjalani hidup masing-masing tanpa pernah berusaha untuk bersama lagi, Sen. Karena memang semua udah terlambat." Summer melepaskan tangannya pelan yang masih digenggam oleh Arsen, dan seakan dunianya mulai runtuh, genggaman tangan Arsen yang tadinya erat pun kini perlahan-lahan semakin melonggar. Seakan mempersilahkan Summer pergi dari hidupnya untuk kedua kalinya.

Selalu ada kata terlambat dibalik sebuah kata penyesalan. Dan itu adalah hal yang bisa Arsen dapatkan dari pertemuannya dengan Summer hari ini.

Summer bangkit dari duduknya secara perlahan. Sebuah senyuman tulus terpancar dari wajah cantiknya yang terlihat sedikit lelah.

Hari ini, dia dipertemukan lagi dengan Arsen, hari ini pula ia mendengar jika Arsen menyesal karena mencampakannya, dan hari ini juga ia mendengar Arsen kembali menyatakan perasaannya. Air muka Summer terlihat begitu tenang, tidak kaget atau panik seperti saat ia pertama kali bertemu dengan Arsen setelah hampir tujuh tahun lamanya. Kini perempuan itu entah kenapa bisa lebih jujur dan tulus dengan apa yang ia ucapkan. Dan Summer yakin, tidak ada kata penyesalan dibalik kalimat keputusan yang telah dibuatnya.

Keputusan untuk memilih sendiri jalan hidupnya. Keputusan untuk tidak kembali menerima Arsen  sebagai dunianya. Keputusan untuk memulai kembali hidupnya yang terasa hampa menjadi bahagia.

"Thank you coklat panasnya," ucap Summer sebelum beranjak meninggalkan Arsen.

"Tapi akhir-akhir ini aku lebih suka susu coklat."

Dan Summer pun pergi meninggalkan Arsen yang masih menatap perempuan itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

****

Zakky berjalan dengan sedikit tergesa menuju kearah ruang UGD yang ia yakini pasti akan mendapatkan informasi mengenai keadaan ayah Summer.

Langkah kakinya yang jenjang membuatnya tidak membutuhkan waktu lama untuk berjalan dari parkiran mobil ke meja perawat jaga di depan ruang UGD yang kini terlihat sedikit lenggang. Mungkin karena sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan malam, jadi UGD tidak terlihat begitu ramai.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang