Chapter 10

1K 178 18
                                    

Siang itu terlihat sedikit mendung. Awan saling berkumpul dengan sejenisnya untuk menutup sinar matahari yang menyala cerah pada hari itu. Sekarang pukul dua siang, waktu dimana Nyonya Weny sudah sampai rumah dan akan langsung mengganti seragam PNS nya dengan baju daster khas ibu-ibu rumah tangga.

Wanita itu kini berada di depan rumahnya untuk mengambil sisa makanan kucing kering yang biasa ia dan Summer berikan di depan pagar rumah mereka.

"Oh tinggal sedikit, harus diganti nih," ucap Nyonya Weny pada sebuah piring plastik yang terdapat sisa dry food untuk kucing. Mereka memang biasa memberikan makan untuk kucing-kucing liar yang ada di komplek perumahan mereka.

Langkah Nyonya Weny terhenti ketika ia mendengar suara deru halus sebuah mobil yang berjalan ke arah rumahnya dengan pelan. Mengingat rumah Summer adalah rumah paling pojok dan tidak ada rumah lain selain rumah mereka di pojok komplek, membuat Nyonya Weny berhenti melangkah masuk hanya untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya.

Mata Nyonya Weny membulat sempurna ketika sebuah mobil yang sangat ia kenal sudah terparkir manis di halaman depan rumahnya. Seketika Nyonya Weny dengan cepat membereskan empat piring plastik yang ada di depan pagar dan langsung berlari masuk ke dalam rumahnya karena ada perasaan takut untuk bertemu si pemilik mobil itu.

"Weny!" Teriak seorang lelaki paruh baya yang baru saja turun dari mobil silver itu. Badannya yang tinggi tegap berusaha berlari ke arah nyonya Weny untuk menghentikan langkah wanita itu masuk ke rumah.

"M-mas Haris? K-kenapa Mas?" Tubuh nyonya Weny bergetar saat lengannya di pegang pelan oleh lelaki itu. Nyonya Weny menundukkan kepalanya, tidak berani melihat wajah lelaki itu, apalagi menatap matanya.

Mata Nyonya Weny tiba-tiba saja membulat sempurna ketika merasakan satu dekapan hangat yang mampu membuat tubuh Nyonya Weny sedikit terlonjak. Ya, sang suami memeluknya dengan sangat erat pada siang itu. Memberikan sedikit efek kehangatan pada tubuhnya saat udara mulai dingin karena mendung.

"Maaf," ucap Tuan Haris pelan.

Nyonya Weny masih dalam kondisi terkejut, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika sang suami yang sudah hampir tiga bulan tidak ia temui itu tiba-tiba memeluknya.

"Jangan pergi lagi, aku mohon, aku minta maaf," ucap Tuan Haris lagi. Ada nada takut dan menyesal secara bersamaan yang tertangkap di kedua telinga Nyonya Weny. Secara perlahan, tangan Nyonya Weny mengelus pelan punggung suaminya dengan lembut yang mampu memberikan ketenangan tersendiri bagi Tuan Haris.

*****

"Jalan sama lo tuh kayak nggak kerasa gitu, tau-tau udah sampe rumah lo aja," ucap Zakky saat mobilnya sudah mulai masuk ke komplek perumahan tempat Summer tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jalan sama lo tuh kayak nggak kerasa gitu, tau-tau udah sampe rumah lo aja," ucap Zakky saat mobilnya sudah mulai masuk ke komplek perumahan tempat Summer tinggal.

"Kita dari tadi di mobil kalik, nggak jalan," jawab Summer asal dan membuat Zakky melirik sepintas ke arah perempuan itu dengan ekspresi yang membuat Summer ingin tertawa keras. Muka Zakky terlihat seperti menahan kesal karena jawaban asal yang keluar dari bibir tipis Summer.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang