Chapter 31

785 136 10
                                    

Perempuan itu berjalan cepat menuju sebuah ruang yang ditempati oleh ayahnya selama dirawat di rumah sakit ini. Diikuti oleh kedua kakak laki-lakinya dan Doni yang meminta untuk ikut setelah mendengar kabar tadi siang.

Siang tadi, Giatra melihat ekspresi wajah Summer yang seketika berubah saat menerima telepon dari Arsen. Lelaki itu sedikit panik dan langsung mendekat ke samping Summer untuk mendengarkan percakapan Summer dan Arsen.

"Aku kesana sekarang." ucap Summer dengan nada bergetar.

Sedetik kemudian, belum sempat Giatra dan Rendra bertanya, tubuh perempuan itu langsung merosot jatuh ke lantai yang otomatis membuat Giatra disampingnya kaget.

"Ame, kenapa?"

Perempuan itu menangis histeris saat Giatra menanyakan apa yang dibicarakannya dengan Arsen ditelepon. Tanpa bertanya lagi, Giatra langsung memeluk tubuh Summer dan menenggelamkan kepala Summer di dada bidangnya. Mengelus kepala belakang Summer dengan lembut.

"Papah, Mas, papah," racau Summer dengan suara tangis yang masih histeris.

Jantung Giatra seakan berdetak tak karuan saat Summer meracau tentang ayahnya. Rendra pun merasakan hal yang sama. Pikirannya tiba-tiba saja diselimuti oleh pikiran yang negatif tentang ayah Summer.

"Papah meninggal."

Bagai tersambar petir, tubuh Giatra menegang dan merasakan jantungnya yang seakan sudah lepas dari tubuhnya. Tanpa pikir panjang, lelaki itu langsung menuntun Summer untuk berdiri dan memapah adiknya untuk masuk ke dalam mobil.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya," ucap Giatra lembut dan masih tetap merangkul Summer yang menangis terus.

*****

Summer berdiri mematung di ambang pintu saat kedua matanya yang sembab menatap seorang laki-laki paruh baya yang memejamkan mata seakan sedang beristirahat dengan sangat tenang.

Tapi, suasana saat itu berbeda. Ia tidak lagi melihat kebiasaan ayahnya saat tidur. Jika ayahnya tertidur, beliau pasti akan memiringkan badannya ke kanan dengan tangan kanannya sebagai penyangga bantal. Namun sekarang, ia melihat ayahnya  tertidur dengan badan yang lurus tegap menghadap atap, dan ia sangat tahu itu bukan kebiasaan ayahnya saat tidur. Ditambah, beberapa dokter dan perawat yang menantap pilu laki-laki yang sudah tertidur pulas itu dengan wajah sendu, serta ibunya yang sedang ditenangkan oleh seorang dokter laki-laki karena sempat menangis histeris.

Ia tak menangis histeris seperti saat awal ia mendengar kabar duka itu tadi siang. Walaupun matanya tak berhenti mengeluarkan peluh bening, tubuhnya terasa kaku untuk berjalan menuju samping ranjang ayahnya.

 Walaupun matanya tak berhenti mengeluarkan peluh bening, tubuhnya terasa kaku untuk berjalan menuju samping ranjang ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ame," panggil wanita paruh baya yang menyadari kehadiran anak perempuannya.

Wanita itu berjalan pelan menuju anaknya dan memeluk Summer dengan erat. Mencoba untuk menenangkan putrinya atas musibah yang menimpa keluarga mereka.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang