Chapter 27

780 136 7
                                    

Kedua mata sayu seorang perempuan mengerjap pelan karena merasakan sakit di kepalanya yang mampu membuatnya terbangun pada malam hari itu. Kedua netranya seakan beradaptasi secara perlahan saat cahaya lampu tidurnya yang tidak begitu terang menerobos masuk ke dalam kedua matanya.

Nafasnya menderu berat dan terasa panas. Kepalanya juga terasa sakit dan berat membuatnya sedikit susah untuk bangun dari tempat tidurnya. Bahkan untuk menilik jam dinding yang ada di atas televisi kamarnya saja dia sedikit kesusahan karena rasa sakit di kepalanya yang terasa mau meledak sekarang juga.

"Aku kenapa?" Ucapnya pelan dan sedikit terengah. Perempuan itu dapat merasakan napasnya yang terasa panas.

Ia mencoba bangun dari tempat tidurnya dan berjalan perlahan menuju dapur untuk mengambil air putih. Siapa tahu dengan meminum air, tubuhnya menjadi lebih mendingan, begitu pikirnya.

"Ame?" Tanya lelaki yang sedang berada di ruang makan bersama kakaknya untuk mempelajari beberapa berkas yang tersebar di atas meja makan.

Giatra langsung menengok ke arah belakangnya saat Rendra menyebutkan nama panggilan Summer.

"Kok belum tidur?" Tanya Giatra, namun Summer hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Perempuan itu merasa tubuhnya terasa semakin panas dan lemas. Ia pun perlahan berjalan dengan berpegangan pada meja marmer dapurnya.

Giatra yang merasa ada yang aneh dengan Summer langsung berdiri menghampiri Summer. "Ya ampun, badan lo kok panas banget?" Tanyanya khawatir. Lelaki itu mencoba untuk menopang tubuh Summer.

Summer tetap tidak menjawab. Dirinya menunduk dalam untuk mengontrol dirinya agar tidak pingsan di dapur. Ia merasa kepalanya terasa berputar dan semakin berat. "Mas, kepalaku sakit," ucapnya lirih.

"Kita ke rumah sakit sekarang," kata Giatra dan langsung menandapatkan respon cepat dari Rendra yang langsung ikut memapah tubuh Summer berjalan keluar dapur.

Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, tubuh Summer semakin melemah dan ia pingsan dipelukan Giatra.

"Ame? Ame? Summer?" Giatra menepuk-nepuk pelan pipi adiknya namun tetap saja tidak ada respon dari perempuan dengan wajah yang sudah pucat itu. Membuat kedua lelaki itu panik dan Giatra langsung membopong tubuh Summer keluar rumah.

******

DRRRTT DRRRRTT

Suara getar ponsel itu membuyarkan lamunan seorang pria paruh baya yang sedang menikmati jalanan malam kota Jakarta dari ruang kerjanya.

Lelaki itu langsung menggeser kanan ponselnya setelah melihat siapa yang meneleponnya. Tatapan matanya kini menatap tajam jalanan Ibu Kota saat berita yang disampaikan si penelepon masuk di telinga kanannya.

"Kita perlu dana untuk menutup mulut dua security disana, Bos. Karena ternyata video itu masih ada di salah satu diantara mereka berdua," ucap si penelepon itu dengan nada serius.

"Butuh berapa? Mereka butuh apa?" Tanya lelaki paruh baya itu yang kini menuangkan sebotol wine ke dalam gelas kaca di sebelah kanannya.

"Menurut saya, masing-masing diberi 10 juta sudah cukup untuk menutup mulut mereka berdua, Bos."

"Oke, malam ini uang akan ditransfer. Pastikan kalian ambil bukti video cctv itu dan mereka tidak punya hasil copy-annya." Perintah lelaki itu pada anak buahnya.

"Baik, Bos. Saya pastikan malam ini anda bisa tidur dengan tenang karena saya akan menyelesaikan malam ini juga."

Sebuah senyum tipis -senyum yang terlihat sedikit menyeramkan bagi orang awam yang melihatnya, tercetak jelas di wajah lelaki itu. Suara helaan napas lega terdengar dari balik bibirnya setelah meminum satu gelas wine yang sedari tadi ia mainkan es batunya.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang