Chapter 34

769 144 10
                                    

Lelaki itu melambaikan tangannya saat melihat seorang perempuan yang baru saja terlihat berjalan dari arah pintu masuk. Ia membalas senyum cerah perempuan itu yang kini sudah duduk di depannya.

"Tumben ngajakin makan duluan," sindir perempuan itu dengan nada yang dibuat-buat seperti sedang kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tumben ngajakin makan duluan," sindir perempuan itu dengan nada yang dibuat-buat seperti sedang kesal. Membuat lelaki di depannya tertawa pelan.

"Pesen dulu," lelaki itu menyodorkan buku menu berwarna biru tua kepada perempuan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pesen dulu," lelaki itu menyodorkan buku menu berwarna biru tua kepada perempuan itu.

Namun, bukannya membuka buku menu dan bersiap untuk memesan makanan, yang dilakukan perempuan itu malah menatap lelaki di depannya dengan tatapan penuh curiga.

"Arsen," panggil perempuan itu membuat Arsen mengalihkan perhatiannya dari buku menu yang ia pegang.

"Kamu nggak apa-apa kan?" Tanya perempuan itu dengan hati-hati. Takut jika ia menyinggung perasaan lelaki itu dan acara makan siang mereka harus batal karena satu pertanyaan konyolnya.

"I'm good," jawab Arsen tenang, tapi perempuan itu menaikkan satu alisnya tanda ia tak percaya.

"Gue nggak apa-apa, Andara," ucap Arsen meyakinkan Andara jika ia memang tidak sedang ada masalah.

Wajah Andara tiba-tiba saja terasa begitu panas saat namanya diucapkan lengkap oleh Arsen. Setelah sekian lama, akhirnya lelaki itu bisa memanggil namanya lagi. Ada perasaan lega untuk kesekian kalinya karena Arsen bisa semakin dekat kembali dengannya, walaupun Andara tidak mengharapkan lebih, tapi setidaknya Arsen tidak lagi benci kepadanya.

"Oh oke," sahut Andara sedikit terbata karena salah tingkah.

Siang itu mereka menghabiskan waktu berdua dengan makan siang dan bercerita ringan tentang kejadian di rumah sakit selama Arsen tidak ada. Mereka tertawa saat pembahasan mereka seputar teman-teman yang seprofesi dengan mereka melakukan hal konyol. Atau, ekspresi mereka menjadi serius jika mereka membahas tentang salah satu pasien atau tentang kebijakan rumah sakit.

Arsen menghalangi tangan Andara saat perempuan itu akan membayar bill yang baru saja diberikan oleh pelayan.

"Kan gue yang ngajak," ucap Arsen sambil mengeluarkan sebuah kartu dan ia berikan kepada pelayan itu, membuat Andara tersenyum dan berterimakasih pada Arsen.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang