Chapter 11

1K 185 22
                                    

Jarum pendek berada di angka sebelas dan jarum panjang menunjukkan angka duabelas. Waktu sudah selarut itu tetapi ada seorang perempuan yang sama sekali tidak bisa menutup matanya untuk beristirahat. Padahal jika melihat jadwalnya besok, ia ada meeting jam setengah delapan di kantornya. Dan biasanya kalau sudah  seperti ini, dia akan menonton drama Korea sampai matanya terasa pedas, lalu ia tertidur karena kelelahan. Tapi sekarang, yang dilakukan perempuan itu hanya diam, melamun, menatap atap kamarnya yang di tengahnya terdapat lampu berwarna putih yang masih memancarkan sinar terang.

Setelah kejadian tadi siang,  Summer benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian tadi siang,  Summer benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Rasa bersalah yang besar tiba-tiba saja muncul di dalam palung hatinya. Terlebih saat ibunya secara tidak sengaja keceplosan tentang penyakit yang di derita ayahnya. Entah memang sengaja atau tidak ibunya mengungkapkan itu semua, yang jelas sekarang perempuan itu merasa seperti anak yang tidak berguna bagi orang tua.

-------

"Ame," panggil Nyonya Weny pelan dan masuk ke kamar Summer. Semarah apa pun Summer, dia bukan tipe orang yang selalu mengunci diri di kamar kalau sedang tidak dalam mood yang baik.

Perempuan itu menghapus air mata yang jatuh di pipinya dengan sedikit kasar. Sebuah goncangan kecil terasa di samping kanannya, menandakan ada orang yang duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang.

"Ame, sayang," panggil ibunya lagi sambil nenyibakkan rambut panjangnya yang menutupi muka karena Summer sedang menunduk, tidak mau menatap mata ibunya.

"Maafin papah kamu, dia tulus minta maaf sama kita, papah bener-bener merasa kehilangan saat kita pergi, Ame."

"Jadi, mamah mohon kamu maafin papah ya nak?"  Pinta Nyonya Weny.

Summer masih terdiam, berusaha sekuat hati untuk menahan amarahnya saat dia mendengar kata "papah" masuk di kedua telinganya.

"Mamah mulai besok mau pulang ke rumah, mau nemenin papa, mamah mau jagain papah kamu,"

Satu kalimat itu sukses membuat Summer mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk hanya untuk lihat wajah ibunya dengan ekspresi kaget.

"Mah, please, Ame mohon mamah jangan balik ke rumah itu lagi,"

"Itu bukan rumah, itu neraka!" Kata Summer dengan sorot mata tajam yang ia berikan ke kedua mata ibunya yang tenang.

"Ame, papah butuh mamah, papah butuh kita."

"Papah itu cuma akting, dia itu akan tetap jadi manusia yang penuh ambisi sampai nggak akan peduli sama keluarganya," sanggah Summer panjang lebar.

"Ame!" Bentak Nyonya Weny pada Summer .

"Papah nggak akan berubah mah, dia akan tetap jadi..."

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang