Chapter 42

923 134 8
                                    

Seorang perempuan dan seorang laki-laki kini sedang duduk di depan seorang polisi berseragam lengkap yang sedang mengetik beberapa hal penting yang mereka sampaikan. Suara keyboard yang beradu dengan jemari polisi itu memberikan efek cukup menegangkan di ruangan yang tidak terlalu banyak orang berseliweran.

"Pak, tolong banget temukan tas saya ya, Pak. Soalnya disitu ada banyak barang penting yang berhubungan sama pekerjaan saya," ucap Summer dengan nada memohon pada polisi itu.

Ditemani oleh Raga, Summer menyampaikan berita kehilangan barang yang dialaminya tadi pagi menjelang siang ketika ia bersama Raga, Sam dan Adit sedang berbelanja di pasar tradisional untuk membeli beberapa bahan makanan yang akan distok di kafe mereka. Tapi kejadian tak mengenakkan menimpa Summer, saat perempuan itu sedang membeli beberapa makanan yang berada dipinggir jalan raya, tas selempang kecil milik Summer dijambret oleh dua orang yang langsung kabur menggunakan motor. Bahkan sampai membuat tubuh Summer terseret beberapa meter, yang mengakibatkan luka lecet di tangan kanannya.

Raga, Sam dan Adit tidak sempat mengejar dua orang penjambret itu karena mereka menggunakan motor, sehingga si jambret  mampu kabur dengan leluasa. Tapi untung saja Raga dengan cepat mengingat plat nomor motor yang digunakan si penjambret itu. Maka dari itu, siang ini mereka melapor ke kantor polisi terdekat untuk menyampaikan kasus kriminal yang terjadi pada Summer tadi.

"Baik, Mbak. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemuka tas milik Mbak Summer," ucap polisi itu yakin karena bukti plat nomor yang jelas sangat mampu ditemukan pada jaman modern sekarang ini.

"Terimakasih banyak, Pak. Saya tunggu kabar baiknya ya, Pak."

Summer dan Raga keluar dari ruangan itu dengan perasaan yang cukup tenang sekarang. Keduanya langsung dihampiri oleh Sam dan Adit yang sedari tadi menunggu di luar ruangan.

"Gimana?" tanya Adit tak sabar.

"Ada kemungkinan besar ketemu karena mereka sudah bisa melacak plat nomor dengan mudah," jawab Raga.

Adit dan Sam pun tampak menghembuskan napas lega mendengar jawaban dari Raga. Mereka pun langsung bergegas untuk kembali ke kafe karena waktu yang mereka butuhkan untuk melapor cukup menghabiskan waktu setengah hari mereka.

"Anak-anak kafe udah di kabarin kan?" tanya Summer sambil memakai sabuk pengaman dengan hati-hati karena luka di sikunya masih terasa cukup perih.

Tidak ada jawaban dari Raga, Sam dan Adit. Mereka bertiga malah saling tatap satu sama lain. Summer yang menyadari itu langsung membulatkan kedua bola matanya. "Nggak ada yang ngabarin anak kafe?" tanyanya dengan nada yang terdengar meninggi.

"Gue gak bawa hape, Kak," ucap Sam hati-hati karena takut Summer marah.

"Gue juga gak bawa karena hape gue lagi dicharge, karena biasanya belanja gak sampe lebih dari dua jam, ya gue tinggal aja hapenya," jawab Adit.

"Gue bawa tapi gue gak sempet ngabarin mereka, karena gue pikir udah dikabarin mereka berdua, lagian dari tadi kan gue nemenin lo, Rin di dalem buat lapor," ucap Raga yang terkesan mencari pembenaran dan itu membuat Summer mendecak kesal.

"Yaudah sekarang telpon Baskara, bilang kita jalan balik ke kafe," perintah Summer pada Raga dan langsung dilaksanakan oleh lelaki itu.

*****

Lelaki itu berjalan menuju meja Nima dengan air muka yang terlihat panik karena pacarnya sedari tadi sama sekali tidak bisa dihubungi. Ia dibuat tambah gusar saat Nima membelikan tiket pesawat yang berangkat pukul lima sore, dan itu artinya Zakky harus menunggu kurang lebih dua jam untuk bisa terbang ke Semarang.

SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang