• 15 •

4.8K 245 1
                                    

Raka berjalan melewati kelas XI IPS 1, kelasnya sudah selesai olahraga dan kebetulan setelah ini jam istirahat, jadi mereka boleh ke kantin. Sedikit mengintip, Raka melihat barisan kedua dekat jendela yang hanya diisi Karina.

"Woy, Ka!" Nando menepuk bahu Raka dari belakang. "Lihatin siapa lo?"

"Anjing." Raka mengelus dadanya. "Kepo banget sih, lo!"

Nando tertawa keras. "Ya elah sensitif amat sih, udah kayak cewek PMS."

"Sensitif?! Lo kira Raka hamil!" seru Tian.

"Itu positif, tolol!" Jaffar memukul punggung Tian dengan botol minum yang dibawanya.

"Kok lo ngurat, sih, Jap!" seru Tian tak terima.

"Makanya otak jangan taro di rumah!" ujar Jaffar kesal.

"Gue bawa lah, emangnya elo diumpetin di roomchat gebetan!" balas Tian.

"Kayak yang tahu aja gebetan gue siapa!"

"Sekelas sama Tara, 'kan?! Ngaku lo!"

"Bacot, anjing!" Kesal mendengar perdebatan keduanya,  Raka mengadukan kepala Jaffar dan Tian, sehingga terdengar suara benturan. Keduanya meringis.

"Udah tinggalin aja mereka, Ka, kita ke kantin," ujar Nando seraya menuruni tangga.

Di anak tangga terakhir, Kaila tersenyum pada Raka. "Kalian mau ke kantin?"

"Iya, mau ikut?" Raka menggandeng bahu Kaila.

"Mauuu. Kebetulan aku gak ada guru." Dengan semangat Kaila mengiyakan, padahal sebelumnya ia akan kembali ke kelas karena ada tugas Geografi dari Pak Kusnadi.

Raka mengangguk, lalu mengusap puncak kepala Kaila.

"Kamu habis istirahat ini pelajaran apa?" tanya Kaila.

"Gak tahu, lupa." Raka mengedikkan bahunya tak acuh. Detik selanjutnya ia meringis karena Kaila mencubit pinggangnya. "Sakit, Yang!"

"Papa mau menikah lagi." Tak mengindahkan ringisan Raka, Kaila mendongak agar bisa melihat ekspresi Raka.

"Oh? Sama temen kantornya waktu itu, ya?" Kaila memang pernah memberitahunya kalau sang ayah sedang dekat dengan teman kantornya.

"Iya, yang itu. Kamu datang ya," pinta Kaila.

Raka menatapnya tersenyum. "Pasti."

Sementara di belakang, Jaffar, Tian dan Nando saling merangkul. Mereka mengikuti gerakan dan ucapan Raka pada Kaila.

"Gemes banget, deh!" ujar Tian mencubit pipi Jaffar dengan gemas.

Jaffar mendelik, "Apaan sih, anjing! Jijik gue!" Lalu mengusap-usap wajahnya seolah sentuhan Tian itu najis.

"Kok kamu gitu sih, nanti malam gak aku kasih jatah, ya!" ancam Tian dengan angkuh.

"Jatah pala lo gendeng!" Jaffar memukul kepala Tian dengan botol minumnya lagi.

Tian meringis. "Anjing! Baru di fitrahin nih, gue puasa kemarin!"

"Emangnya gue peduli?!"

"Tai."

Nando yang mendengarkan keduanya berdecak kesal. Daripada telinganya makin panas, lebih baik ia menyusul Raka dan Kaila yang sudah memasuki kantin.


[].

—Salam donat;)
07/06/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang