• 48 •

4.1K 247 10
                                    

Sedari tadi, Kaila sibuk ketawa-ketiwi mendengar suara Raka lewat telepon, ia berguling ke sana-ke mari menghabiskan tempat di kasur.

“Eh, aku udah beli mug buat kamu, lho.”

“Hah? Mug apaan?”

Kaila berdecak kesal. “Ih, kan tadi siang aku udah bilang ada mug lucu.”

Oh, iya. Makasih, ya, Kai.”

Woi, bakar yang bener!”

“Heh, ngebucin aja kerjaan lo, bantuin, nih!”

Terdengar suara Tian dan Jaffar di sana.

Kaila tertawa. “Ya udah, sana bantuin temen-temen kamu dulu.”

“Oke deh, nanti tengah malem aku telepon lagi, ya.”

“Dahhh.”

Setelah telepon ditutup, Kaila memeluk bantal dengan gemas, lalu menggulingkan tubuhnya lagi.

Tara yang sejak tadi mendengar obrolan mereka memilih pura-pura tuli. “Udah teleponnya? Keluar yuk, yang lain pasti udah nungguin.”

“Hm, oke.”

[].

Pukul sepuluh malam, Arsen, Eva dan Dio sudah di kolam renang hotel untuk bergabung bersama rekan bisnis Arsen merayakan tahun baru. Tara dan Kaila baru saja bergabung, kemudian berkenalan dengan anak seusia mereka.

Salah satu anak rekan bisnis Arsen, ada yang membawa gitar, ia bernama Kala. Mereka bersama-sama menyanyikan lagu Cinta Luar Biasa sambil memakan jagung bakar.

Ponsel di kantung bajunya bergetar, Tara memilih untuk menjauh dari kerumunan. Ia mengernyit saat melihat ID callernya, untuk apa Raka meneleponnya? “Halo?”

“Tara!”

Tara mengerjap kaget. “Eh, Mami. Kenapa, Mi?”

“Kamu lagi liburan, ya? Kok gak bilang-bilang, sih, kalau mau ke Puncak, kan kita bisa liburan bareng,” ujar Kiera.

Tara mengelus tengkuknya. “Gak kepikiran, Mi, maaf.”

“Mami lihat HP Raka gak?”

“Lagi Mami pakai, nih.”

“Eh, ngapain? Mami jangan macem-macem, deh.”

Sstt, diem! Mami lagi telepon Tara.”

“YA ALLAH, MI, NGAPAIN LAGI, SIH?”

“SUKA-SUKA MAMI, DONG. SALAH SENDIRI GAK NGASIH ID LINE TARA.”

“Iya, iya, Raka kasih sekarang. Tapi matiin dulu teleponnya itu.”

Terlanjur, nanti aja. Lagian kamu pelit banget, sih, cuma telepon Tara doang juga, ketakutan banget,” cerocos Kiera.

Tara dengan sabar mendengar pertengkaran antara ibu dan anak itu, interaksi keduanya tak pernah putus, keluarga yang ramai dan harmonis. Tidak seperti dirinya dan Eva yang saat ini tidak saling tanya.

“Bukan gitu, Mi.”

Udah ah, berisik,” sungut Kiera. “Tara?” Suaranya berubah lembut.

Tara mengusap air matanya. “I-iya, Mi?”

“Kamu beliin Mami oleh-oleh, ‘kan?”

“Beli kok. Nanti aku titipin ke Raka, ya, Mi.”

“Duh, baik banget deh, calon mantu,” kekeh Kiara.

“Mi, apaan, sih?” terdengar protesan dari Raka. Tara kira Raka sudah tidak di situ.

“Udah dulu ya, Mi, gak enak sama yang lain.”

“Oh, iya, iya. Maaf, Mami ganggu.”

“Nggak kok, Mi.” Jeda beberapa detik. “Tara tutup, ya?”

“Iya Sayang. Dahh.”

“Dahh, Mami.”






[].

Selamat pagi! Selamat menjalankan aktivitas 'jatuh cinta diam-diam', dia bukan tak tahu, tapi tak peduli. :))))
Vomments yhaw!!!





—Salam donat;)
06/08/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang