• 22 •

4.5K 260 1
                                    

"Tara sama Dio berangkat sama jita aja, kan seru tuh kalau kita berlima semobil bareng," ujar Kaila.

Arsen mengangguk setuju. "Betul, tuh."

Sementara Tara dan Dio saling melempar tatap. "Gak usah, sekolah aku jauh dari kantor papa, lebih cepet pake motor aja."

Tara memberikan dua jempolnya pada Dio, yang tentu saja tak ada yang menyadarinya kecuali mereka berdua. "Iya, ibu, papa sama Kaila di mobil aja, biar aku sama Dio di motor. Sayang juga kalau motornya gak dipake."

"Yakin, Dek?" Eva menatap Tara. Bagaimana pun, ia merasa tidak enak hati membiarkan Tara dan Dio pergi dengan motor sementara dirinya di mobik bersama Arsen dan Kaila.

Secara bersamaan, Tara dan Dio mengangguk. "Yakin, Bu."

"Besok-besok kalian harus ikut naik mobil juga, ya!" ujar Kaila yang dibalas deheman oleh Dio.

[].

"Gimana kemarin?" tanya Karina. Jam kedua telah selesai, Bu Sari baru saja keluar kelas.

Tara menutup bukunya. "Biasa aja."

Karina tahu, 'biasa aja' menurut Tara itu artinya membosankan, tak ada yang perlu diingat, sangat amat tidak penting. "Jadi, semalam lo tidur di sana?"

"Iya, hari ini barang-barang dari rumah lama akan dipindahkan ke sana, gak banyak, sih."

"Terus tadi lo berangkat sama dia?" Karina menunjuk Kaila dengan dagunya di depan papan tulis. Entah sedang menulis apa.

"Nggak lah, gila." Tara membantah. "Gue sama Dio di motor."

"Oh, iya, dia 'kan biasa diantar pakai mobil. Pulangnya juga sama Raka. Terus lo sama siapa lagi selain Dio?" guman Karina.

Tara menatap malas lawan bicaranya. "Gue bisa pesan ojol atau naik angkot, ya, Na. Gak usah mengasihani gue gitu."

"Dulu lo juga sering dianter Raka, lo 'kan orang terhemat sedunia. Kalau ada tebengan ngapain harus ngeluarin duit," Karina mencibir.

"Dulu, ya. Sekarang nggak," katanya menekan kata 'dulu'. "Lagi pula, gue emang gak niat semobil sama dia. Biar aja lah ibu ikut sama mereka, Dio sama gue di motor aja."

"Kok gitu, sih?" Karina mengernyit tak suka. "Gak adil dong, berasa kalian anak pungut tahu, gak."

"Apaan deh, pikiran lo kejauhan." Tara mengibaskan tangannya di udara, membuka buku sosiologi nya, mencatat tugas yang tadi Kaila tulis di papan tulis.

Karina ikut mencatat, sebelum bergumam lebih dulu, "Cinderella terbalik, dasar."




[].

Makasih untuk kalian para readers yang masih setia menunggu cerita ini, yang udah vote dan komen, hihii ... donat seneng banget😊😊
Jangan bosen nunggu ya!!💙


—Salam donat;)
20/06/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang