• 32 •

4.4K 245 1
                                    

Hujan masih belum juga reda saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh limabelas menit, yang artinya Raka dan teman-temannya sudah kurang dari setengah jam berada di kantin. Berhubung guru Bahasa Indonesia mereka sedang berhalangan hadir, maka kesempatan ini mereka gunakan untuk makan di kantin sekaligus memakai WiFi kantin yang sedang sepi.

Setelah Tian menyusul ketiga temannya tadi ke sini, tidak ada yang membahas rencana Tian yang akan melancarkan aksi PDKT-nya pada Tara.

"Eh, anjir! Ini WiFi lemot amat, sih," ujar Jaffar yang sedang bermain Free Fire. "Yan, lo buka apaan, sih? YouTube, ya?"

"Lagi lihat videonya Young Lex," jawab Tian dengan kalem.

Jaffar mengernyit. "Ngapain, sih?"

"Nih, Man, Young Lex aja yang mukanya keling tatoan bisa dapetin cewek cakep kinclong gini, masa gue yang kembaran Cameron Dallas gini gak bisa dapatin Tara." Tian menunjukkan video di ponselnya yang menampilkan video selebram itu.

Nando hanya menggelengkan kepalanya, sudahlah, tidak ada habisnya bicara dengan Tian. Ia melanjutkan game Free Fire-nya bersama Jaffar.

Sementara Raka sedari tadi hanya menikmati segelas coklat panasnya dengan bermain ponsel.

Kaila sayang 💜 : Nanti sore kamu k rumah kan?

Azraka Tasena : Iya, Kai.

Kaila sayang 💜 : Asikkkk😍😍

Azraka Tasena : Mau dibawain apa?

Kaila sayang 💜 : Apa aja deh💓

Azraka Tasena : Yakin? Mumpung lgi baik nih.

Kaila sayang 💜 : Haha

Kaila sayang 💜 : Iya sayang, apa aja terserah kamu.

Azraka Tasena : Oke deh.

"Raka!" Suara itu berasal dari pintu kantin bagian depan. Kemudian menghampiri meja Raka dan temannya yang berada tak jauh darinya.

"Mampus, lo!" Tian menepuk dahinya.

Perempuan berkucir kuda itu menatap keempatnya tajam. "Kalian ada masalah apa sih, di hidupnya sampai-sampai gak mau masuk kelas kalau gak ada guru?"

Raka menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Anu lho, Sha ... kita lagi meneliti lebih banyak siswa pembeli mie ayam atau bakso."

Sesha mengernyit.

"Ck, tugas Ekonomi itu. Masa lo lupa?" ucap Tian sok tahu.

Sesha mengibaskan tangannya di udara. "Pokoknya kalian ke kelas sekarang!"

"Tanggung, Sha," ujar Jaffar memperlihatkan ponselnya yang masih di arena game.

"Oke," Sesha mengangguk. Ia mengeluarkan catatan kecil dari saku jasnya. "Jaffar dan Nando main game di kantin, sepuluh point. Tian dan Raka makan di kantin dua puluh point."

"WEHHH ... "

"Kok curang, sih?"

"Masa poinnya beda, Sha!"

Tak mengindahkan protesan para lelaki itu, Sesha berkacakpinggang, dengan suara lantang ia berseru, "Masuk ke kelas sekarang!"

Jaffar dan Nando langsung lari meninggalkan kantin, membawa gorengannya. Di susul Tian dan Raka yang masih kesusahan berdiri dengan posisi duduk di pojok.

"Tugas Ekonomi itu masuk Bab Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia, gak ada hubungannya sama penelitian di kantin," jelas Sesha yang tak mudah dibohongi.

Raka tertawa. "Emang dasar bego, lo!"

"Lo juga! Katanya meneliti pembeli mie ayam dan bakso, padahal gak ada siswa di sini selain kalian yang lagi makan gorengan," lanjut Sesha.

Kali ini Tian tertawa keras. "Gue rasa lo lebih bego, Ka."

"Anjing, lo," umpat Raka.


[].

HAII GAES!
LUPA KEMARIN GAK APDET:(
KALAU INI RAME, AKU DABEL APDET YHAW!!😙😙💙






—Salam donat;)
04/07/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang