• 65 •

3.8K 206 2
                                    

Esoknya, Tian tidak benar-benar menjemput Tara. Hanya asal bicara dan bodohnya Raka memercayainya. Tadi pagi bahkan ia bersamaan memarkirkan motor bersama Tian.

"Sendiri aja lo?" tanyanya.

Tian terbahak. "Eh, Ampas Kebo, emangnya selama ini gue berduaan? Sama siapa, bayangan Tara?"

Raka mengernyit. "Bukannya kemarin lo bilang mau jemput Tara?"

Tawa Tian terhenti. Ia berdehem. "Oh. Kesiangan gue."

Raka mengangguk paham, lu berjalan lebih dulu meninggalkan parkiran.

"Woi, Ka! Gak mau nungguin gue lepas helm dulu, gitu?!" teriak Tian.

Raka menoleh, menatap temannya malas. Bahkan tanpa menunggu pun, Tian tetap tak akan tersesat pada kelas lain. Lalu ia berjalan kembali.

[].

Sampai pulang sekolah pun, motor yang Raka naiki masih di depan gerbang sekolah, antara ragu melaju atau tetap tinggal. Sementara tatapannya terarah ke halte sekolah di samping kanan gerbang, tangannya masih mengetikan sesuatu di layar ponsel.

[Sambel ijo]

Raka Tasena : Gys mssuh nugnuin tosn f skkh

Arnando Kusuma : Paan si lo-_-

AH Jaffar : WOEEEE PADA DI MANA?!

Arnando Kusuma : Nyokap gue udah nanyain nih. Jangan sampe doi kecewa kalian g dateng.

Raka menghela napas kasar saat ponselnya terus bergetar.

Raka Tasena : Gue nunggu Tian dulu.

AH Jaffar : GAK USAH KEK RANG PACARAN YA LO PADA HARUS BEDUAAN GT.

Arnando Kusuma : Alay emg.

Raka Tasena : BCT.

Setelah itu, Raka kembali menatap halte, di sana, perempuan berambut sebahu masih setia menunggu jemputannya. Beberapa kali memang ia sering melakukan ini, hanya untuk memastikan keadaannya baik-baik saja sampai sopir menjemput. Melihat dari sini sudah lebih dari cukup. Tak mengganggu. Itu yang Tara inginkan, dan Raka menurutinya.

Tiba-tiba saja helm yang dipakainya terantuk ke depan, seseorang mendorongnya.

"Woi, Septi! bisa gak iseng gak, lo?!" serunya. Ia yakin, yang melakukan tindakan semena-mena ini adalah Tian.

Sang empu nyengir kuda. Lalu menghidupkan motornya. "Sengaja gue dorong-dorong motor biar gak ketauan sama lo. Ah, sial."

Raka mendengus kesal. "Ayo, deh berangkat."

"Bentar." Tian menoleh ke halte. "Gue ke Tara dulu."

Oke, Raka mengangguk paham. Tak lama. Kurang lebih lima menit, Tian sudah kembali padanya. Ia yakin, ajakan pulang bersama yang ditawarkan Tian ditolak mentah-mentah oleh Tara. Dalam helmnya, Raka tersenyum menang.

"Ka, anter beli donat dulu, ya," ucap Tian.

"Ngapain?"

"Buat Tara. Ntar anter gue ke rumahnya, ya."

"Oh. Iya."






[].




"Oh. Iya." Tu maksudnya apa ya, Ka:')
Bonus foto Tara di mulmed!!💙💙




—Salam donat;)
14/09/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang