• 45 •

4.3K 237 1
                                    

Esoknya, Setelah sarapan di restoran hotel Tara dan Kaila sudah bersiap di lobi menunggu Dio, mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar hotel.

Tara menatap orang lalu-lalang dengan bosan, di sampingnya Kaila sedang asik bermain ponsel. Arsen dan Eva sendiri sudah lebih dulu pergi.

“Yuk.” Dio menghampiri keduanya.

Lalu mereka berjalan bersisian menuju Cimory Riverside karena jarak antara hotel dengan tempat yang mereka tuju tidak sampai satu kilo meter.

Kaila menelpon Arsen, menanyakan posisi orang tua itu sekarang, karena mereka sudah sampai. Tara dan Dio yang tak jauh darinya hanya menatap bosan sekitar, kenapa juga Arsen dan Eva harus pergi lebih dulu, membuat mereka pusing.

Ia menghampiri keduanya. “Papa gak angkat telepon. Kita duluan aja.”

“Bilang aja mereka pengin berduaan, gak mau diganggu,” gerutu Tara.

Setelah Kaila membayar tiket masuk ke Cimory River Walk, mereka berjalan di tepi sungai menggunakan jembatan bambu unik karena Hutan Cimory ini terletak di seberang sungai resto utama. Ketiganya langsung disuguhkan hutan pinus yang tinggi-tinggi, berbagai taman di sana membantu menyegarkan perasaan dan pikiran. Terlebih Tara yang sejak kemarin mengurung diri.

Tara duduk di bawah pohon pinus, menyandarkan tubuhnya, membiarkan Kaila membawa adiknya untuk melihat Iguana merah. Tak jauh darinya, sekelompok keluarga tengah bercengkrama dengan akrab. Lalu tersadar, dirinya seorang diri. Kesepian.

Ponselnya berdering, nama Karina tertera di sana.

“Kenapa, Na?”

Kenapa?” Di seberang sana Karina membeo. “Ya Tuhan, Tara, gue panik banget tahu gak, pas HP lo gak aktif, Dio bilang lo ngurung diri di kamar dan gak mau makan. Kalau lo mati tanpa ada yang tahu, gimana?”

Tara tergelak. “Hiperbola banget, deh.”

Ih, serius!”

“Gue gak pa-pa, kok. Kemarin gue udah ngabarin Papa kalau gue gak bisa ke sana.”

Terdengar helaan napas lega dari Karina.Bagus, deh.”

Hening sejenak.

“Oh, ya, gimana liburannya? Asik?”

Tara berjalan mengelilingi pohon pinus. “Asik, dong.” Ia memejamkan matanya, menikmati udara dengan tenang. “Di sini enak, cocok buat yang lagi desperate. Tenang banget, Na.”

Pilihan lo cocok.”

“Lo tahu, gue selalu suka ketenangan.”

“Ya, ya, ya. Pas gue line Dio, katanya dia lagi sama Kaila lihat-lihat hewan, lo gak ikut?”

“Nggak. Gue lebih suka di tamannya. Berlama-lama di sini.”

Karina mendadak panik. “Tar, jangan biarin Kaila ngambil Dio lah, lo gak tahu ‘kan bisa jadi mereka asik berdua dan gak menganggap keberadaan lo. Gak bisa gini, lo harus ikut mereka. Kan gak lucu kalau mereka ninggalin lo di sana.”

Tara memutar matanya malas. “Na, gue gak peduli itu. Lagi pula gue bisa balik ke hotel sendiri.”

Susah ngomong sama lo.”

“Liburan lo gimana di Malaysia? Asik nemenin Kak Dafa lembur akhir tahun gini?” ledek Tara. Temannya itu keukeuh ingin pergi ke Malaysia sejak tiga hari yang lalu, menemui sepupunya yang bekerja di sana.

Boring. Kerjaan gue cuma rebahan di apartemen sambil nonton TV.”

“Nikmatin ajalah.”

Hih, nikmatin sih, nikmatin, kalau kayak gini terus sih, di Bogor juga bisa.”



[].


Heyho!!
Enak ya jadi Karina, liburannya ketemu upin&ipin:))



—Salam donat;)
29/07/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang