• 49 •

4.1K 256 8
                                    

Setelah menutup telepon dari Kiera, Tara menghela napas kasar, ia duduk di selasar. Mau sebawel dan senyebelin apapun Kiera, ia tetap menjadi Mamiable untuk Raka. Itu yang membuat Tara betah berlama-lama di rumah Kiera, membuat kue bersama, mendengar pertengkaran keluarga, candaan Raka, setidaknya hatinya menghangat.

Tara ingin kembali seperti dulu. Saat ia masih anak-anak, pergi ke mana pun bersama ibu, papa dan Dio. Menggambar dan bernyanyi bersama, memaksa Farhan untuk bermain bom-bom car,

“Tara mau naik mobil itu, Pa!” Tara kecil menunjuk arena mobil yang berisik.

“Yang naik mobil itu Dio, Tara main sepeda aja, ya.” Farhan memberikan penjelasan.

Tapi Tara maunya naik mobil, Pa.”

“Dio juga mau!” seru Dio kecil.

“Kita naik kuda aja, ya?” tawar Farhan.

Emang boleh?” tanya Tara kecil.

“Boleh, dong.”

Lalu mereka menaiki kuda, makan es krim vanila, pulang membawa mainan lalu tertidur karena lelah seharian.

Tara kecil tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarganya, setiap hari melihat adegan harmonis membuatnya kebingungan saat tiba-tiba Farhan pergi membawa barang-barangnya lalu menaiki mobil meninggalkan rumah.

“Papa harus bawa mainan buat Dio yang banyak!” seru Dio sebelum Farhan pergi.

Farhan tersenyum menanggapinya. “Sebagai cowok, Dio harus bisa lindungin kak Tara, jangan biarin kak Tara terluka.”

Siap, Kapten!” Dio memberi hormat pada Papanya.

Tara tersenyum kala itu, ia pikir, Farhan pergi dinas seperti biasanya.

Sebulan setelah itu, semesta mengungkapkan kebenaran, Farhan pergi untuk selamanya. Tidak akan kembali ke rumah, rumah yang dulu hangat oleh kasih sayang. Eva mengatakan bahwa mereka telah bercerai, ada permasalahan orang dewasa yang memang membuat keduanya harus berpisah.

Tara berusaha menerima, karena ia pikir ia masih bisa bertemu dengan Farhan saat libur sekolah. Tapi ternyata Farhan dipindahdinaskan ke Makassar.

Beberapa bulan berlalu, Eva masih hangat, ia berusaha menggantikan sosok papa yang Farhan perankan. Tapi itu semua hanya berlaku beberapa bulan, hingga Eva memutuskan untuk bekerja kembali. Kesibukan membuatnya hanya bertemu Tara dan Dio di pagi dan malam hari, hanya punya waktu luang saat weekend untuk bertanya apa kesibukan kedua anaknya sepekan ini, membicarakan soal sekolah seperlunya, beberapa kali Farhan menelepon untuk melepas rindu pada anak-anaknya.

Tara ingat, bulan April lalu, Eva pulang kerja bersama pria kaya yang ia akui sebagai bosnya. Hari berikutnya Eva dijemput oleh pria yang sama, pulang bersama, hingga Dio bertanya pada Tara ada hubungan apa ibunya dengan pria itu. Sebagai kakak, Tara kelewat bingung untuk mendeskripsikan hubungan kedua orang dewasa tersebut.

“Pa, Tara dan Dio di sini pengin ketemu Papa. Maaf, Tara udah ngecewain Papa.” Tara menenggelamkan wajahnya di atas lutut. Bahunya bergetar hebat.

“Tara pengin kayak dulu lagi, diantar ke sekolah, makan es krim vanila, rebutan bom-bom car sama Dio. Tara pengin Papa di sini.”




[].

Halo!!
Selamat malam jumat!:)))




—Salam donat;)
08/08/19

TARAKA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang